tag:blogger.com,1999:blog-49082952907397196802024-03-08T09:21:05.894-08:00SEUNTAI MUTIARA Sebaris kalimat membuka mataHarapan- harapan dari angan-angan.Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.comBlogger103125tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-76118899919987014672021-03-26T07:22:00.001-07:002021-03-26T07:22:24.951-07:00Ilmu<span style="background-color: white; color: #1d2228; font-family: Verdana; font-size: 12px;">Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.</span><br style="background-color: white; color: #1d2228; font-family: Verdana; font-size: 12px;" /><span style="background-color: white; color: #1d2228; font-family: Verdana; font-size: 12px;">Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.</span><span class="fullpost">
</span><div><span style="background-color: white; color: #1d2228; font-family: Verdana; font-size: 12px;"><br /></span></div><div><span style="background-color: white; color: #1d2228; font-family: Verdana; font-size: 12px;">by : </span><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: arial, helvetica, clean, sans-serif; font-size: 13px;">mencintai-islam-owner@yahoogroups.com</span></div><div style="background-color: white; color: #333333; float: left; font-family: arial, helvetica, clean, sans-serif; font-size: 13px; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: 19px; margin-bottom: 6px; margin-left: 40px; margin-top: 22px;"><br /></div><div style="background-color: white; clear: both; color: #1d2228; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px;"></div><div style="background-color: white; clear: both; color: #1d2228; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px;"></div><div style="background-color: white; clear: both; color: #1d2228; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px;"></div><div style="background-color: white; color: #1d2228; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-left: 40px; margin-top: 10px; min-height: 25px;"></div>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-72864757784885182402021-03-26T06:52:00.002-07:002021-03-26T06:52:50.776-07:00IndahKeindahan alam adalah keindahan hati, mengapa kita harus merusaknya<span class="fullpost"></span><div>Rusaknya alam maka pertanda hati manusia telah rusak pula, mengapa kita tidak ingin memperbaikinya.</div><div><br /></div><span><a name='more'></a></span><div>Alam yang diciptakan oleh Yang Maha Pencipta bukanlah untuk kita kuasai. Bukan untuk dijadikan apa saja, mau diapakan saja. Tetapi bagaimana kita membuat alam menjadi bisa dinikamati oleh siapa saja.</div><div>Pertanyaannya mengapa saat ini banyak terjadi kerusakan alam yang berakibat merugikan bukan manusia saja juga makhluk hidup lain. </div><div>Jawabannya karena alam yang ada dalam diri manusia telah rusak, alam batin yang telah tergerus dengan tajamnya kerakusan.</div><div>Setelah mearsakan akibatnya baru kita sebagai makhluk yang dikatakan berakal menyadari ketika ada penderitaan akibat kerusakan tersebut. Lalu bagaimana ? Apakah ingin terus begitu?. Tentu kita kembalikan pada nurani kita. Ingin memperbaiki atau tidak.</div>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-19505000070393224672020-05-27T00:30:00.002-07:002020-05-27T00:30:55.509-07:00Waktu BerlaluSaat ini banyak hal yang dijalani, ternyata waktu telah berlalu meninggalkan suka dan duka. Ketika membayangkan usia yang telah bertambah, raut wajah mengerut, rambut telah memutih. Ada kisah-kisah yang jadi hikmah kehidupan. Kini dalam sepi menapak hasil-hasil hidup yang telah ditempuh, keseuksesasan dan kegagalan mewarnai semuanya. Tapi apakah semuaya telah disyukuri sebagai anugrah atau hanya pelengkap hidup saja tanpa makna. Semoga semuanya bermakna.<span class="fullpost">
</span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-77476592870023235082014-10-17T09:09:00.002-07:002014-10-17T09:09:43.173-07:00Mengapa kita harus bersyukur kepada Allah?<div id="yui_3_16_0_1_1413558907668_87486" style="font-family: arial, helvetica, clean, sans-serif; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; line-height: 20px; text-decoration: none;">
by;
</div>
<div id="yui_3_16_0_1_1413558907668_87476" style="float: left; line-height: 20px; margin-left: 40px;">
<h3 id="yui_3_16_0_1_1413558907668_87475" style="color: #3353f3; float: left; font-family: arial, helvetica, clean, sans-serif; font-size: 12px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; margin: 0px 0px 0px 1px; padding: 0px; text-decoration: none;">
<a href="mailto:nizaminz@yahoo.com?subject=Re%3A%20Mengapa%20kita%20harus%20bersyukur%20kepada%20Allah%3F" id="yui_3_16_0_1_1413558907668_87479" rel="nofollow" style="text-decoration: none;" target="_blank">
<span id="yui_3_16_0_1_1413558907668_87478" style="color: #3353f3;">
"A Nizami" nizaminz </span>
</a>
</h3>
</div>
<div style="clear: both;">
</div>
Assalamu'alaikum wr wb,<br />
<br />
Mengapa kita harus bersyukur kepada Allah?<br />
<br />
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ
شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ<br />
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An Nahl: 78)<br />
<a name='more'></a><br />
“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran,
penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur” [Al Mu’minuun 78]<br />
<br />
Coba kita renungi diri kita. Siapakah yang telah menciptakan kedua mata
kita? Kedua telinga kita? Mulut kita? Kaki dan tangan kita? Allah bukan?
Mengapakah kita tidak mau bersyukur?<br />
<br />
Sekedar untuk membeli frame dan lensa saja bisa habis jutaan rupiah.
Mata kita tentu nilainya jauh di atas itu. Mengapa kita tidak bersyukur?<br />
<br />
Saat orang sakit jantung, dia bisa menghabiskan ratusan juta rupiah
untuk mengobatinya. Bukankah kita seharusnya bersyukur kepada Allah yang
telah memberikan jantung kepada kita secara Cuma-Cuma?<br />
<br />
Jika kita amati orang tua kita, anak-anak kita, istri kita, semua itu Allah yang menciptakan.<br />
<br />
Begitu pula dengan bumi dan langit beserta seluruh isinya.<br />
<br />
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” [An Nahl 18]<br />
http://mediaislamraya.blogspot.com/2014/08/bersyukur-kepada-allah.html<br />
Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-71270468934356956972013-04-04T01:05:00.001-07:002013-04-04T01:05:16.173-07:00Menggapai Surga<div id="yui_3_7_2_1_1365059397963_12887" style="float: left; line-height: 20px; margin-left: 40px; width: 524px;">
Posted by:Ananto<a href="mailto:pratikno.ananto@gmail.com?subject=Re%3A%20%28Hikmah%20of%20the%20Day%29%20Menggapai%20Surga" id="yui_3_7_2_1_1365059397963_12914" rel="nofollow" style="text-decoration: none;" target="_blank"><span id="yui_3_7_2_1_1365059397963_12913" style="color: #3353f3;">" </span>
</a>
</div>
<br />
<br />
Rasulullah SAW bersabda: Gapailah surga dengan kesungguhanmu, dan larilah<br />
dari siksa neraka dengan kesungguhanmu. Sesungguhnya surga itu tidak pernah<br />
tidur bagi siapapun yang bersungguh-sungguh mencarinya. Neraka juga tidak<br />
pernah tidur bagi setiap orang yang ingin lari dari siksa neraka. Dan<br />
sesungguhnya surga itu dikelilingi oleh sesuatu yang kita benci, sedangkan<br />
neraka dikelilingi oleh segala kenikmatan dan syahwat.<a name='more'></a><br />
<br />
Diceritakan Nabi Musa AS bermunajat kepada Allah SWT, lalu beliau bertanya:<br />
"Wahai Tuhanku, Kau ciptakan makhluk dan juga kenikmatannya. Kau beri<br />
mereka rezeki, kau ciptakan kiamat, dan ada surga juga neraka. Kenapa tidak<br />
semuanya Kau masukkan ke dalam surga saja?. Kemudian Allah menjawab:<br />
<br />
"Wahai Musa, bangkit dan tanamlah padi, kemudian sirami setelah itu<br />
panenlah." lalu akhirnya Nabi Musa mulai menanam dan menyirami padi hingga<br />
masuk masa panen. Setelah masuk masa panen, Allah SWT bertanya kepada Nabi<br />
Musa AS:<br />
<br />
"Wahai Musa bagaimana hasil panennya?." Nabi Musa pun menjawab: "Wahai<br />
Tuhanku semua padi telah saya panen." lalu Allah SWT kembali bertanya:<br />
"Adakah diantara padi-padi yg kau panen itu kau tinggalkan?. Kemudian Nabi<br />
Musa menjawab:<br />
<br />
"Tidak ada satupun yang kami tinggalkan kecuali beberapa padi yang memang<br />
tidak ada isinya." Lalu Allah pun menjawab: "Begitu pula Aku wahai Musa,<br />
Aku tidak akan pernah memasukkan ke dalam surga orang-orang yang tidak ada<br />
isinya." []<br />
<br />
(Jimmy Mustahimbillah)<br />
<br />
-- <br />
<a href="http://harian-oftheday.blogspot.com/" id="yui_3_7_2_1_1365059397963_12905" rel="nofollow" target="_blank">http://harian- oftheday. blogspot. com/</a><br />
<br />
"...menyembah yang maha esa,<br />
menghormati yang lebih tua,<br />
menyayangi yang lebih muda,<br />
mengasihi sesama..."<span class="fullpost">
</span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-25609690084075395762012-07-26T07:53:00.002-07:002012-07-26T07:53:25.821-07:00Sifat 20: Sifat Allah yang Penting dan Wajib Kita KetahuiPosted by: "A Nizami" nizaminz Assalamu'alaikum wr wb,
Jika bermanfaat, mohon disebarkan.
Sifat 20: Sifat Allah yang Penting dan Wajib Kita Ketahui
Ilmu Tauhid (Aqidah/Iman) adalah hal yang paling penting yang harus dipelajari setiap Muslim. Bahkan harus dipelajari lebih dulu sebelum kita mempelajari/ melakukan ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Bagaimana kita bisa tergerak untuk melakukan ibadah jika dalam hati kita tidak ada iman? Bagaimana kita bisa ikhlas dan khusyuk beribadah jika kita tidak tahu/tidak yakin akan Allah dan sifat-sifatNya?<span class="fullpost">
Banyaknya ummat Islam di Indonesia yang menjadi murtad itu karena mereka nyaris tidak mempelajari dan meyakini ilmu Tauhid sehingga akhirnya tidak tahu Sifat-sifat Tuhan yang asli/sejati. Akhirnya mereka menyembah Tuhan yang sifatnya berlawanan dari sifat Allah seperti menyembah 3 Tuhan dan sebagainya.
Pada Ilmu Tauhid ini diasumsikan orang belum memiliki iman yang kuat kepada Allah, apalagi Al Qur’an. Oleh karena itu dalilnya pun yang pertama dipakai adalah dalil Akal/Logika (Aqli). Setelah beriman, baru dalil Naqli (Al Qur’an) dikemukakan. Pada ilmu tentang Iman, maka Akal harus digunakan. Ada pun jika sudah beriman dan mengenai fiqih misalnya kenapa kalau kentut bukan (maaf) pantat yang dibasuh, tapi harus mencuci anggota badan lainnya, maka dalil Naqli (Al Qur’an dan Hadits) yang harus dipakai. Pada Tauhid, Aqli harus dipakai. Pada Fiqih, Naqli yang dipakai.
Karena itulah Allah dalam Al Qur’an juga kerap menggunakan dalil Akal/Logika kepada kaum yang kafir atau imannya masih lemah. Hanya orang yang berakal saja yang dapat pelajaran.
“…Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” [Ali ‘Imran 7]
Allah juga kerap memakai ilmu pengetahuan seperti penciptaan langit dan bumi sebagai tanda bagi orang yang berakal:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” [Ali ‘Imran 190]
“dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.” [Al Jaatsiyah 5]
Lihat ayat Al Waaqi’ah ayat 58 hingga 72. Allah menggunakan logika kepada manusia (termasuk kita yang membaca surat tersebut) agar menggunakan akal kita:
“Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?” [Al Waaqi’ah 58-59]
“Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?” [Al Waaqi’ah 72]
Allah menggunakan logika dan perumpamaan- perumpamaan (Tamtsil/Ibarat) agar orang yang berakal/berilmu meski dia belum beriman jadi berfikir dan beriman kepada Allah.
“Dan perumpamaan- perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” [Al ‘Ankabuut 43]
Baca juga ayat Al Hasyr 21, Al Kahfi 45, Al Kahfi 54, Ar Ruum 58, Az Zumar 27, dsb. Ada 58 ayat lebih tentang perumpamaan yang dikenal sebagai logika analogi.
Contoh perumpamaan itu adalah ayat Al A’raaf 176, Al ‘Ankabuut 41, Al Baqarah 17, Al Baqarah 171, Al Baqarah 261, Al Baqarah 264, dan sebagainya.
Keliru sekali jika ada orang yang menolak sama sekali penggunaan dalil Akal atau Logika apalagi jika itu ditujukan pada orang yang belum atau masih tipis imannya. Karena itu, banyak orang-orang yang dulunya kafir, akhirnya masuk Islam. Bayangkan, bagaimana mungkin orang mau mempercayai Al Qur’an (firman Allah) jika kepada Allah saja dia belum beriman? Karena itulah pendekatan akal digunakan.
Berbagai firman Allah seperti Afalaa Ta’qiluun, La’allakum Tatafakkaruun, Ulil Albaab merupakan perintah Allah pada manusia untuk menggunakan akal atau fikiran termasuk dalam beragama.
Sifat Allah itu banyak/tidak terhitung. Namun seandainya ditulis 1 juta, 1 milyar, atau 1 trilyun, tentu kita tidak akan sanggup mempelajarinya bukan? Seorang ulama menulis 20 sifat yang wajib (artinya harus ada) pada Tuhan/Allah. Jika tidak memiliki sifat itu, berarti dia bukan Tuhan atau Allah. Minimal kita bisa memahami dan meyakini 13 dari sifat tersebut agar tidak tersesat. Setelah itu kita bisa mempelajari sifat Allah lainnya dalam Ama’ul Husna (99 Nama Allah yang Baik)
Video Sifat 20 bisa dilihat di sini:
Sifat-sifat itu adalah:
1. Wujud (ada)
Allah itu Wujud (ada). Tidak mungkin/mustahil Allah itu ‘Adam (tidak ada).
Memang sulit membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tapi jika kita melihat pesawat terbang, mobil, TV, dan lain-lain, sangat tidak masuk akal jika kita berkata semua itu terjadi dengan sendirinya. Pasti ada pembuatnya.
Jika benda-benda yang sederhana seperti korek api saja ada pembuatnya, apalagi dunia yang jauh lebih komplek.
Bumi yang sekarang didiami oleh sekitar 8 milyar manusia, keliling lingkarannya sekitar 40 ribu kilometer panjangnya. Matahari, keliling lingkarannya sekitar 4,3 juta kilometer panjangnya. Matahari, dan 8 planetnya yang tergabung dalam Sistem Tata Surya, tergabung dalam galaksi Bima Sakti yang panjangnya sekitar 100 ribu tahun cahaya (kecepatan cahaya=300 ribu kilometer/detik! ) bersama sekitar 100 milyar bintang lainnya. Galaksi Bima Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan galaksi lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”. Cluster ini bersama ribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super Cluster. Sementara ribuan Super Cluster ini akhirnya membentuk “Jagad Raya” (Universe) yang bentangannya sejauh 30 Milyar Tahun Cahaya!
Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun Cahaya baru angka estimasi saat ini, karena jarak pandang teleskop tercanggih baru sampai 15 Milyar Tahun Cahaya.
Bayangkan, jika jarak bumi dengan matahari yang 150 juta kilometer ditempuh oleh cahaya hanya dalam 8 menit, maka seluruh Jagad Raya baru bisa ditempuh selama 30 milyar tahun cahaya. Itulah kebesaran ciptaan Allah! Jika kita yakin akan kebesaran ciptaan Tuhan, maka hendaknya kita lebih meyakini lagi kebesaran penciptanya.
Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit, bintang, matahari, bulan, dan lain-lain:
“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” [Al Furqoon:61]
Karena kita tidak bisa melihat Tuhan, bukan berarti Tuhan itu tidak ada. Tuhan ada. Meski kita tidak bisa melihatNya, tapi kita bisa merasakan ciptaannya.” Pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena panca indera manusia tidak bisa mengetahui keberadaan Tuhan adalah pernyataan yang keliru.
Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar manusia, tapi pada kenyataannya benda itu ada?
Betapa banyak benda langit yang jaraknya milyaran, bahkan mungkin trilyunan cahaya yang tidak pernah dilihat manusia, tapi benda itu sebenarnya ada?
Berapa banyak zakat berukuran molekul, bahkan nukleus (rambut dibelah 1 juta), sehingga manusia tak bisa melihatnya, ternyata benda itu ada? (manusia baru bisa melihatnya jika meletakkan benda tersebut di bawah mikroskop yang amat kuat).
Berapa banyak gelombang (entah radio, elektromagnetik. Listrik, dan lain-lain) yang tak bisa dilihat, tapi ternyata hal itu ada?
Benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang terbatas, sehingga tidak mengetahui keberadaannya.
Kemampuan manusia untuk melihat warna hanya terbatas pada beberapa frekuensi tertentu, demikian pula suara. Terkadang sinar yang amat menyilaukan bukan saja tak dapat dilihat, tapi dapat membutakan manusia. Demikian pula suara dengan frekuensi dan kekerasan tertentu selain ada yang tak bisa didengar juga ada yang mampu menghancurkan pendengaran manusia. Jika untuk mengetahui keberadaan ciptaan Allah saja manusia sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk mengetahui keberadaan Sang Maha Pencipta!
Ada jutaan orang yang mengatur lalu lintas jalan raya, laut, dan udara. Mercusuar sebagai penunjuk arah di bangun, demikian pula lampu merah dan radar. Menara kontrol bandara mengatur lalu lintas laut dan udara. Sementara tiap kendaraan ada pengemudinya. Bahkan untuk pesawat terbang ada Pilot dan Co-pilot, sementara di kapal laut ada Kapten, juru mudi, dan lain-lain. Toh, ribuan kecelakaan selalu terjadi di darat, laut, dan udara. Meski ada yang mengatur, tetap terjadi kecelakaan lalu lintas.
Sebaliknya, bumi, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain selalu beredar selama milyaran tahun lebih (umur bumi diperkirakan sekitar 4,5 milyar tahun) tanpa ada tabrakan. Selama milyaran tahun, tidak pernah bumi menabrak bulan, atau bulan menabrak matahari. Padahal tidak ada rambu-rambu jalan, polisi, atau pun pilot yang mengendarai. Tanpa ada Tuhan yang Maha Mengatur, tidak mungkin semua itu terjadi. Semua itu terjadi karena adanya Tuhan yang Maha Pengatur. Allah yang telah menetapkan tempat-tempat perjalanan (orbit) bagi masing-masing benda tersebut. Jika kita sungguh-sungguh memikirkan hal ini, tentu kita yakin bahwa Tuhan itu ada.
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” [Yunus:5]
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” [Yaa Siin:40]
Sungguhnya orang-orang yang memikirkan alam, insya Allah akan yakin bahwa Tuhan itu ada:
“Allah lah Yang meninggi-kan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia berse-mayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya) , menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) , supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2]
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [Ali Imron:191]
Artikel lengkap tentang Bukti Tuhan itu Ada dapat anda lihat di www.media-islam. or.id
Hikmah: Kunci Iman menyembah Allah. Kalau orang tidak mempercayai Allah itu ada, maka dia adalah Atheist. Tidak mungkin bisa ikhlas dan khusyu’ menyembah Allah.
2. Qidam (Terdahulu)
Allah itu Qidam (Terdahulu). Mustahil Allah itu Huduts (Baru).
“Dialah Yang Awal …” [Al Hadiid:3]
Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Allah yang menciptakan langit, bumi, serta seluruh isinya termasuk tumbuhan, binatang, dan juga manusia.
“Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu..?” [Al Mu'min:62]
Oleh karena itu, Allah adalah awal. Dia sudah ada jauh sebelum langit, bumi, tumbuhan, binatang, dan manusia lainnya ada. Tidak mungkin Tuhan itu baru ada atau lahir setelah makhluk lainnya ada.
Sebagai contoh, tidak mungkin lukisan Monalisa ada lebih dulu sebelum pelukis yang melukisnya, yaitu Leonardo Da Vinci. Demikian juga Tuhan. Tidak mungkin makhluk ciptaannya muncul lebih dulu, kemudian baru muncul Tuhan.
3. Baqo’ (Kekal)
Allah itu Baqo’ (Kekal). Tidak mungkin Allah itu Fana’ (Binasa).
Allah sebagai Tuhan Semesta Alam itu hidup terus menerus. Kekal abadi mengurus makhluk ciptaannya. Jika Tuhan itu Fana’ atau mati, bagaimana nasib ciptaannya seperti manusia?
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati…” [Al Furqon 58]
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” [Ar Rahman:26-27]
Karena itu jika ada “Tuhan” yang wafat atau mati, maka itu bukan Tuhan. Tapi manusia biasa.
Hikmah: Jika kita mencintai Allah yang Maha Kekal dan selalu ada dan menjadikanNya teman serta pelindung, niscaya kita akan tetap sabar meski kehilangan segala yang kita cintai.
4. Mukhollafatuhu lil hawaadits (Tidak Serupa dengan MakhlukNya)
Allah itu berbeda dengan makhlukNya (Mukhollafatuhu lil hawaadits). Mustahil Allah itu sama dengan makhlukNya (Mumaatsalaatuhu lil Hawaadits). Kalau sama dengan makhluknya misalnya sama lemahnya dengan manusia, niscaya “Tuhan” itu bisa mati dikeroyok atau disalib oleh manusia. Mustahil jika “Tuhan” itu dilahirkan, menyusui, buang air, tidur, dan sebagainya. Itu adalah manusia. Bukan Tuhan!
Allah itu Maha Besar. Maha Kuasa. Maha Perkasa. Maha Hebat. Dan segala Maha-maha yang bagus lainnya.
“…Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia…” [Asy Syuura:11]
Misalnya sifat “Hidup” Allah beda dengan sifat “Hidup” makhluknya. Allah itu dari dulu, sekarang, kiamat, dan hingga hari akhirat nanti tetap hidup. Sebaliknya makhluknya seperti manusia dulu mati (tidak ada). Setelah itu baru dilahirkan dan hidup. Namun itu pun hanya sebentar. Paling lama 1000 tahun. Setelah itu mati lagi dan dikubur. Jadi meski sekilas sama, namun sifat “Hidup” Allah beda dengan makhlukNya.
Demikian juga dengan sifat lain seperti “Kuat.” Allah selalu kuat dan kekuatannya bisa menghancurkan alam semesta. Sementara manusia itu dulu ketika bayi lemah dan ketika mati juga tidak berdaya. Saat hidup pun jika kena tsunami atau gempa apalagi kiamat, dia akan mati.
5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya)
Allah itu Qiyamuhi Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya). Mustahil Allah itu Iftiqoorullah (Berhajat/butuh) pada makhluknya.
“.. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [Al ‘Ankabuut:6]
“Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” [Al Israa’ 111]
Di dunia ini, semua orang saling membutuhkan. Bahkan seorang raja pun butuh penjahit pakaian agar dia tidak telanjang. Dia butuh pembuat bangunan agar istananya bisa berdiri. Dia butuh tukang masak agar bisa makan. Dia butuh pengawal agar tidak mati dibunuh orang. Dia butuh dokter jika dia sakit. Saat bayi, dia butuh susu ibunya, dan sebagainya.
Sebaliknya Allah berdiri sendiri. Dia tidak butuh makhluknya. Seandainya seluruh makhluk memujiNya, niscaya tidak bertambah sedikitpun kemuliaanNya. Sebaliknya jika seluruh makhluk menghinaNya, tidaklah berkurang sedikitpun kemuliaanNya.
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” [ Faathir 15]
Hikmah: Tidak sombong dan memohon hanya kepada Allah. Karena Manusia ketika lahir butuh bantuan. Demikian pula ketika mati meski dia kaya dan berkuasa
6. Wahdaaniyah (Esa)
Allah itu Wahdaaniyah (Esa/Satu). Mustahil Allah itu banyak (Ta’addud) seperti 2, 3, 4, dan seterusnya.
Allah itu Maha Kuasa. Jika ada sekutuNya, maka Dia bukan yang Maha Kuasa lagi. Jika satu Tuhan Maha Pencipta, maka Tuhan yang lain kekuasaannya terbatas karena bukan Maha Pencipta.
”Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan yang lain beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu” [Al Mu’minuun:91]
Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” [Al Ikhlas:1-4]
Oleh karena itu, ummat Islam harus menyembah Tuhan Yang Maha Esa/Satu, yaitu Allah. Tidak pantas bagi ummat Islam untuk menyembah Tuhan selain Allah seperti Tuhan Bapa, Tuhan Anak, Roh Kudus. Tidak pantas juga bagi ummat Islam untuk menyembah 3 Tuhan di mana satu adalah yang Menciptakan, satu lagi yang merusak, dan terakhir yang memelihara.
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari syirik, bagi siapa yang dikehendaki- Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An Nisaa’:48]
Hikmah: Tidak mempersekutukan Allah
7. Qudrat (Kuasa)
Sifat Tuhan yang lain adalah Qudrat atau Maha Kuasa. Tidak mungkin Tuhan itu ‘Ajaz atau lemah. Jika lemah sehingga misalnya bisa ditangkap, disiksa, dan disalib, maka itu bukan Tuhan yang sesungguhnya. Hanya manusia biasa.
”… Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” [Al Baqarah:20]
”Jika Dia kehendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian tidak sulit bagi Allah.” [Fathiir:16- 17]
Hikmah: menyadari kekuasaan Allah dan tawakal kepada Allah.
8. Iroodah (Berkehendak)
Sifat Allah adalah Iroodah (Maha Berkehendak) . Allah melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya. Mustahil Allah itu Karoohah (Melakukan sesuatu dengan terpaksa).
“…Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” [Huud:107]
“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak untuk menciptakan sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia.” [Al Baqarah:117]
“…Katakanlah : “Maka siapakah yang dapat menghalangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al Fath:11]
Hikmah: tawakal kepada Allah dan selalu berdoa kepada Allah
9. Ilmu (Mengetahui)
Allah itu berilmu (Maha Mengetahui). Mustahil Allah itu Jahal (Bodoh). Allah Maha Mengetahui karena Dialah yang menciptakan segala sesuatu.
Sedangkan manusia tahu bukan karena menciptakan, tapi sekedar melihat, mendengar, dan mengamati. Itu pun terbatas pengetahuannya sehingga manusia tetap saja tidak mampu menciptakan meski hanya seekor lalat.
“Dan Allah memiliki kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu basah atau kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” [Al An’aam:59]
“Katakanlah: Sekiranya lautan jadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu.” [Al Kahfi:109]
“Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’:176]
10. Hayaat (Hidup)
Allah itu Hayaat (Maha Hidup). Tidak mungkin Tuhan itu Maut (Mati). Jika Tuhan mati, maka bubarlah dunia ini. Tidak patut lagi dia disembah. Maha Suci Allah dari kematian/wafat.
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup kekal Yang tidak mati…” [Al Furqaan:58]
11. Sama’ (Mendengar)
Allah bersifat Sama’ (Maha Mendengar). Mustahil Tuhan bersifat Shomam (Tuli).
Allah Maha Mendengar. Mustahil Allah tuli.
“… Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah:256]
12. Bashor (Melihat)
Allah bersifat Melihat. Mustahil Allah itu ‘Amaa (Buta).
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Al Hujuraat:18]
Hikmah: takut berbuat dosa karena Allah selalu melihat kita
Lebih jauh tentang Sifat Bashor bisa anda lihat di:
http://media- islam.or. id/2010/05/ 04/allah- maha-melihat- bashor
13. Kalam
Allah bersifat Kalam (Berkata-kata) . Mustahil Allah itu Bakam (Bisu)
“…Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung” [An Nisaa’ 164]
Jika kita meyakini ini, tentu kita tidak akan menyembah berhala yang tidak bisa bicara sebagai Tuhan [Al Anbiyaa’ 63-65]
Demikianlah sifat-sifat Allah yang penting yang wajib kita ketahui agar kita tahu mana Tuhan yang asli dan mana yang bukan.
Jika sifat-sifat Tuhan itu kita pahami dan yakini, niscaya kita tidak akan menyembah 3 Tuhan atau Tuhan yang Mati atau Tuhan yang Lemah, dan sebagainya. Kita hanya mau menyembah Allah yang memiliki sifat-sifat di atas dengan sempurna.
Ada pun sifat-sifat ke 14-20 sesungguhnya merupakan bentuk Subyektif/Pelaku dari Sifat nomor 7-13 yaitu:
14. Qoodirun: Yang Memiliki sifat Qudrat
15. Muriidun: Yang Memiliki Sifat Iroodah
16. ‘Aalimun: Yang Mempunyai Ilmu
17. Hayyun: yang Hidup
18. Samii’un: Yang Mendengar
19. Bashiirun: Yang Melihat
20. Mutakallimun: Yang Berkata-kata
Insya Allah semua sifat-sifat Allah itu berdasarkan dalil Al Qur’an yang kuat jadi harus kita yakini kebenarannya. Ilmu Tauhid ini begitu penting. Sebab itu cetaklah dan sebarkanlah pada keluarga dan teman-teman anda untuk memperkuat aqidah mereka.
Video dan bacaan selengkapnya bisa dilihat di:
http://media- islam.or. id/2009/11/ 08/sifat- 20-allah- yang-penting- dan-wajib- kita-ketahui/
Silahkan lihat juga:
http://media- islam.or. id/category/ iman/iman- kepada-allah
</span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-36659840260000485102012-07-26T07:49:00.001-07:002012-07-26T07:49:02.648-07:00*Momen Kembali ke Jalan Lurus**Oleh: Prof. DR. KH. Said Aqil Siradj*
Ramadhan adalah bulan suci umat Islam yang penuh rahmat dan pengampunan. Di
dalamnya tersimpuh ajaran adiluhung untuk melatih diri (riyadhah al-nafs)
dan penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs). Artinya, puasa bukanlah sekadar
”ritual kosong”, melainkan bermakna secara spiritual, psikologis, humanis
dan sosial.
Saking mendalamnya ”bobot” puasa, sampai-sampai diwartakan bahwa ibadah
puasa menjadi lelaku yang ”sangat privat”. Maksudnya, orang yang berpuasa
punya ikatan atau tanggung jawab langsung dengan Allah. Beda dengan ibadah
lainnya, seperti shalat yang secara lahiriah mudah dikenali, orang yang
berpuasa akan sulit diketahui dari lahiriahnya.
<span class="fullpost">
Manakala kita melaksanakan puasa Ramadhan, sejatinya kita sedang
melaksanakan dua hal. Pertama, menahan diri dari segala hal yang merusak.
Kedua, mendekatkan diri kepada Allah.
Di sini tersimpuh kata *al-imsak,* yang dalam tata bahasa Arab bisa
bergandengan dengan kata *‘an* atau dengan *bi*. Bila bergandengan dengan *‘an
(imsak ‘an),* berarti menahan diri untuk tak melakukan sesuatu. Bila dengan
*bi (imsak bi),* berarti berpegang teguh pada sesuatu yang dijadikan
pegangan.
Orang yang ber-*imsak* bi seharusnya ia ber-*imsak ‘an*, baik dalam puasa
maupun di luar puasa. Berpuasa Ramadhan mestinya dengan sepenuh jiwa,
melatih diri agar dalam kondisi apa pun tetap teguh iman. Menahan diri dari
ketamakan, korupsi, bertindak zalim, dan segala rupa perbuatan batil.
Dengan berpuasa Ramadhan, kita mengembalikan harkat kemanusiaan kita yang
lebih mulia dari segala yang ada di dunia ini sebagai makhluk ciptaan
Allah. Kitalah yang mengendalikan harta, bukan harta mengendalikan kita.
Kitalah yang mengendalikan makanan, bukan makanan yang mengendalikan kita.
Kita kembalikan jalan hidup kita ke jalan lurus.
Berpuasa Ramadhan sejatinya pula sebuah penegasan kembali doa dan ikrar
kita agar selalu ditunjukkan ke jalan yang lurus (*ihdina al-shirat
al-mustaqim* ). Menyitir Prof Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah,
istilah *shira*t bagaikan jalan tol. Kita tidak dapat lagi keluar atau
tersesat setelah memasukinya. Bila memasukinya, kita telah ditelan olehnya
dan tidak dapat keluar kecuali sampai pada akhir perjalanan.
*Pembebasan*
Bertumpuknya hikmah Ramadhan ini sesungguhnya bisa dikembalikan pada
semangat Islam, yakni semangat pembebasan yang integratif dengan spirit
kemanusiaan. Ramadhan menjadi pijakan untuk meneguhkan fitrah yang
menghajatkan dimensi ekologis yang kental dengan dimensi transendental
untuk menggapai keadilan hakiki. Dalam semangat fitrah terpapar etika untuk
mencapai kesalehan secara masif, tidak serta-merta transendental, juga
tanpa pengebirian terhadap kesucian hak manusia lainnya.
Spirit semacam ini akan menghalau kesenjangan sosial, sikap serba cuek
dengan sekitarnya. Jika semangat pembebasan telah berurat akar, fitrah
manusia akan kembali menemukan harmonisasi di tengah kosmos. Kehidupan yang
merupakan pancaran aura ketuhanan dengan potensi azali manusia akan saling
bersahutan demi membangun masyarakat yang adil.
Kemiskinan, kebodohan, dan borjuasi kehidupan telah menggurita di berbagai
lapisan masyarakat. Kaum Muslim hanya berkompetisi di depan publik dengan
pemberian hadiah pada saat momen religius saja. Di luar itu, basis
kebajikan manusia kembali mengakar pada teosentrisme, sebuah hal yang
lagi-lagi dilogikakan demi kepentingan Tuhan yang sebenarnya. Seorang
Muslim yang baik semestinya tidak mengukur pahala sebagai standardisasi
pola kerja kebajikannya, tetapi menggunakan realitas sosial sebagai
parameter kesuksesan kebajikan.
Krisis yang timbul di kalangan elite dan masyarakat kita sekarang ini
karena mereka kehilangan kendali diri dan menjauh dari jalan lurus. Bahkan,
di zaman modern, manusia sudah kehilangan rasa kebersamaan dan solidaritas
sosial. Tak salah kalau banyak yang kelaparan pada saat kita semua
menjalankan ibadah puasa karena puasa hanya sekadar kewajiban.
Bila disimak secara saksama, puasa Ramadhan masih terpampang sebatas simbol
ibadah yang belum memberikan nilai transformatif kepada masyarakat. Puasa
Ramadhan hanya sekadar rutinitas dan tren unjuk beragama. Bila begitu
terus, tak hanya menjadikan agama teralienasi dari pesan moral dan ajaran
agama yang formal, tetapi juga agama teralienasi dari hakikat makan dan
fungsi agama di tengah mobilisasi simbol keagamaan. Dalam Al Quran, Allah
mengutuk orang yang shalat, tetapi lalai. Mereka yang dikatakan lalai itu
adalah yang tidak tulus (riya’) dan tidak mau menolong orang lain (QS.
Al-Ma’un: 5-7).
Begitulah dampak puasa belum ditumbuhkan dalam kehidupan konkret. Berbagai
bentuk kezaliman terus merajalela, kejahatan terus mengalami eskalasi yang
luar biasa, kekerasan tetap marak di mana-mana, proses dehumanisasi terus
berlangsung dalam kehidupan. Atau dengan kata lain, ibadah puasa umat Islam
masih bersifat individu-vertikal belum sampai ke tingkat sosial-horizontal.
Andai puasa Ramadhan tak berhenti sebagai ritus, diserap benar-benar
sebagai mentalitas dan perilaku, bisa jadi sebagian penyimpangan sosial
manusia bisa ditekan. Betapa indah andai kita hidup di tengah masyarakat
yang mengembangkan dan menjaga mentalitas Ramadhan, yaitu pengendalian
dalam apa saja dengan berbasiskan bahasa hati. Ketika bahasa hati yang
bicara, bahasa sistem dalam upaya menciptakan kendali, misalnya dalam
membangun good governance, kita yakini bakal menemukan efektivitasnya.
Segi-segi ideal itulah yang selalu muncul dalam gambaran ketika Ramadhan
tiba.
*Titik lompatan*
Jika pada bulan-bulan lain para elite politik seenaknya mengumbar
kata-kata, selama puasa harus berlatih untuk lebih bijak dalam bertutur.
Kalau pada bulan selain Ramadhan para pelaku birokrasi begitu mudah
menyimpangkan anggaran negara, saat puasa mereka mesti berupaya
mengakhirinya. Tidak ada momentum sekhidmat Ramadhan yang bisa dijadikan
titik untuk membuat lompatan.
Tentu sangat banyak cobaan dan godaan selama menjalankan puasa. Namun,
dengan kebesaran hati dalam menjalankan perintah agama, kiranya semua
persoalan itu bisa diatasi. Jangan sampai tergoda dengan hal-hal yang
kurang baik dan dapat mengurangi makna puasa.
Walhasil, saatnya kita berdoa dan bertekad kembali agar puasa Ramadhan
tahun ini bisa menyadarkan dan mencerahkan kita semua untuk kembali ke
jalan lurus. Jalan menuju transformasi diri yang berangkat dari kesadaran
spiritual individual dan kemudian berurutan mewujud dalam kesadaran sosial
sehingga bisa membawa manfaat bagi negeri kita tercinta ini, yang tengah
membangun dalam suasana plural dan multikultural. Selamat berpuasa bagi
saudara-saudara kita yang sedang menunaikannya.
*Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU*
Sumber:
http://cetak. kompas.com/ read/2012/ 07/20/02043948/ .momen.kembali. ke.jalan. lurus
</span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-47459043314051102552012-07-26T07:42:00.000-07:002012-07-26T07:42:05.892-07:00Keajaiban Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan ModernPosted by: "A Nizami" nizaminz Assalamu'alaikum wr wb,
Jika bermanfaat, mohon sebarkan ke yang lain.
Keajaiban Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Modern
Benar kiranya jika Al Qur’an disebut sebagai mukjizat. Bagaimana tidak, ternyata ayat- ayat Al Qur’an yang diturunkan di abad ke 7 masehi di mana ilmu pengetahuan belum berkembang (saat itu orang mengira bumi itu rata dan matahari mengelilingi bumi), sesuai dengan ilmu pengetahuan modern yang baru-baru ini ditemukan oleh manusia.
<span class="fullpost">
Sebagai contoh ayat di bawah:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” [Al Anbiyaa:30]
Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang dan teori ilmiyah lainnya menyatakan bahwa alam semesta (bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang ini.
Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38)
Langit yang mengembang (Expanding Universe)
Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51:47)
Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengemban g. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Menurut Stephen Hawkings dengan teori Big Bang, sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Teori lain seperti Inflationary juga berpendapat jagad raya terus berkembang. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.
Gunung yang Bergerak
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” [QS 27:88]
14 abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak. Namun dalam Al Qur’an disebutkan gunung itu bergerak.
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)
Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)
Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Al Qur’an, 15:22)
Ramalan Kemenangan Romawi atas Persia
“Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).” (Al Qur’an, 30:1-4)
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang
semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)
Diselamatkannya Jasad Fir’aun
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu” [QS 10:92]
Maurice Bucaille dulunya adalah peneliti mumi Fir’aun di Mesir. Pada mumi Ramses II Dia menemukan keganjilan, yaitu kandungan garam yang sangat tinggi pada tubuhnya. Dia baru kemudian menemukan jawabannya di Al-Quran, ternyata Ramses II ini adalah Firaun yang dulu ditenggelamkan oleh Allah swt ketika sedang mengejar Nabi Musa as.
Injil & Taurat hanya menyebutkan bahwa Ramses II tenggelam; tetapi hanya Al-Quran yang kemudian menyatakan bahwa mayatnya diselamatkan oleh Allah swt, sehingga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Perhatikan bahwa Nabi Muhammad saw hidup 3000 tahun setelah kejadian tersebut, dan tidak ada cara informasi tersebut (selamatnya mayat Ramses II) dapat ditemukan beliau (karena di Injil & Taurat pun tidak disebut). Makam Fir’aun, Piramid, yang tertimbun tanah baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni tahun 1817.Namun Al-Quran bisa menyebutkannya karena memang firman Allah swt (bukan buatan Nabi Muhammad saw).
Segala Sesuatu diciptakan Berpasang-pasangan
Al Qur’an yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam alam tumbuh-tumbuhan, juga menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih umum, dan dengan batas-batas yang tidak ditentukan.
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui.” [Yaa Siin 36:36]
Kita dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal yang manusia tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling besar, baik dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang dijelaskan dalam ayat itu secara rambang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak menemukan pertentangan dengan Sains masa ini.
Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
“…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat.”
Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui letupan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian “dikirim ke bumi”, persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur’an diturunkan.
Tulisan di atas hanyalah sebagian kecil dari keajaiban Al Qur’an yang ada dan ternyata sesuai dengan ilmu pengetahuan modern. Bagi yang ingin tahu lebih banyak silahkan baca buku referensi di bawah.
Jelas Al Qur’an itu benar dan tak ada keraguan di dalamnya.
”Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” [Al Baqarah:2]
Jika agama lain bisa punya lebih dari 4 versi kitab suci yang berbeda satu dengan lainnya, maka Al Qur’an hanya ada satu dan tak ada pertentangan di dalamnya:
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” [An Nisaa’:82]
Artikel selengkapnya beserta foto dan gambar bisa dilihat di:
http://media- islam.or. id/2007/11/ 07/keajaiban- al-quran- dan-ilmu- pengetahuan/
Silahkan baca juga:
http://media- islam.or. id/category/ artikel-penting
</span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-65008977148051694872012-07-26T07:22:00.002-07:002012-07-26T07:22:35.396-07:00Keutamaan Menuntut IlmuPosted by: "A Nizami" nizaminz
Assalamu'alaikum wr wb,
Jika bermanfaat, mohon sebarkan ke yang lain:
Keutamaan Ilmu
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim, begitu Nabi bersabda.
“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim (Muslim lelaki dan Muslim perempuan).” (HR. Ibnu Majah)
Kita harus mempelajari ilmu sebelum kita berbicara dan beramal tentang itu:
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah…” [Muhammad 19]
Dalam menyampaikan ilmu, Nabi biasanya mengulang hingga 3x:
“Anas r.a. mengatakan bahwa apabila Nabi saw. mengatakan suatu perkataan beliau mengulanginya tiga kali sehingga dimengerti. Apabila beliau datang pada suatu kaum, maka beliau memberi salam kepada mereka tiga kali.” [HR Bukhari]<span class="fullpost">
Ilmu membuat seseorang jadi mulia, baik di hadapan manusia juga di hadapan Allah:
” ….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujaadilah [58] : 11)
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Az-Zumar [39]: 9).
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba- Nya, hanyalah ulama”. (TQS.Fathir [35]: 28)
„Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? (Az-Zumar:9)
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah: 11)
Pada surat Ali ‘Imran: 18 Allah SWT bahkan memulai dengan dirinya, lalu dengan malaikatnya, dan kemudian dengan orang-orang yang berilmu. Jelas kalau Allah menghargai orang-orang yang berilmu.
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)” (Ali Imran:18)
Allah juga menyatakan bahwa hanya dengan ilmu orang bisa memahami perumpamaan yang diberikan Allah untuk manusia.
“Dan perumpamaan- perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (Al ‘Ankabut:43)
Hendaknya kita berdoa agar ilmu kita senantiasa ditambah:
“Dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmuku.” (Thaha: 114)
Tuhan juga menegaskan hanya dengan ilmulah orang bisa mendapat petunjuk Al Qur’an.
“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat2 yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu” (Al Ankabut:49)
Dalam Kitab Ihya ‚Uluumuddiin susunan Imam Al Ghazali disebut bahwa Nabi berkata: „Di akhirat nanti tinta ulama ditimbang dengan darah para syuhada. Ternyata yang lebih berat adalah tinta ulama!“
Nabi Muhammad SAW juga sangat menghargai orang yang berilmu. “Ulama adalah pewaris para Nabi” Begitu sabdanya seperti yang dimuat di HR Abu Dawud.
Bahkan Nabi tidak tanggung2 lebih menghargai seorang ilmuwan daripada satu kabilah. “Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan daripada matinya seorang ‘alim.” (HR Thabrani)
Seorang ‘alim juga lebih tinggi dari pada seorang ahli ibadah yang sewaktu2 bisa tersesat karena kurangnya ilmu. “Keutamaan orang ‘alim atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan diriku atas orang yang paling rendah dari sahabatku.” (HR At Tirmidzi).
Itulah kemulian orang yang berilmu!
Menuntut ilmu itu pahalanya begitu besar:
“Barangsiapa berjalan di satu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalan menuju surga. Dan sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu tanda ridha dengan yang dia perbuat. (Dari hadits yang panjang riwayat Muslim)
“Barangsiapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada dalam sabilillah hingga kembali.” (HR. Tirmidzi, hasan)
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim)
“Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka Allah akan pahamkan dia dalam (masalah) dien (agama).” (HR.Bukhari)
Menuntut ilmu itu wajib selama kita masih hidup:
اطلبوا العلم من المهد إلى اللحد.
“Carilah ilmu semenjak dari ayunan sampai liang lahat” [HR Bukhari]
Dalam hadits lainnya dijelaskan bahwa ilmu yang wajib dituntut adalah ilmu yang bermanfaat. Yang bukan hanya benar, tapi juga dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT dan dapat memberi kebahagiaan bagi kita, keluarga, dan masyarakat baik di dunia mau pun di akhirat.
Rasulullah saw bersabda: “Apabila anak cucu adam itu wafat, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakan orangtuanya.” (HR.Muslim, dari Abu Hurairah ra)
Allah berfirman, “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Allah. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (QS Lukman [31] : 27)
Ilmu itu begitu luas, dari yang bermanfaat hingga yang tidak bermanfaat. Contoh ilmu yang bermanfaat adalah ilmu agama, ilmu fisika, ilmu komputer, dsb. Contoh ilmu yang tidak bermanfaat bahkan terlarang adalah ilmu sihir, ilmu meramal/astrologi, dsb. Begitu banyak ilmu namun waktu kita begitu sedikit. Oleh karena itu hendaknya dipakai untuk mempelajari ilmu yang bermanfaat.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah memohon dalam doanya, “Allaahumma inni a’uudzubika min ‘ilmin laa yanfa’u”. ‘Ya, Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.’
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Allah SWT Memberi wahyu kepada Nabi Dawud a.s. Firman-Nya, “Wahai, Dawud. Pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat.”
“Ya, Rabbi. apakah ilmu yang bermanfaat itu ? ” tanya Nabi Daud.
“Ialah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui keluhuran, keagungan, kebesaran, dan kesempurnaan kekuasaan-Ku atas segala sesuatu.Inilah yang mendekatkan engkau kepada-Ku.”
Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Ar Rabi-i’, Rasulullah SAW bersabda, “Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya, menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wa Jalla, sedangkan Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya didunia dan akhirat.”
Ternyata ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang menyebabkan kita semakin dapat mengenal Allah, yang dapat kita amalkan, yang membuat kita rendah hati serta terhindar dari sifat takabur..
Ilmu selain diyakini kebenarannya juga harus diamalkan. Sebab ilmu tanpa amal, seperti pohon yang tidak berbuah.
“Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam amalan nya sehingga ia mendapatkan surga. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka ia tersesat oleh ilmunya itu. Dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya sehingga ia akan mendapatkan neraka “. (hadits)
Tidak pantas bagi orang Islam/Ulama mengajarkan orang melakukan sesuatu sementara dia sendiri tidak melaksanakannya:
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan sesuatu yang kalian sendiri tidak mengerjakannya. Sungguh besar murka Allah atas perkataan kalian terhadap sesuatu yang kalian sendiri tidak kerjakan.” (QS. Ash Shaff [61]: 2-3)
“Apakah kalian menyuruh orang untuk mengerjakan kebaikan sedangkan kalian melupakan kewajiban diri kalian sendiri. Padahal kalian juga membaca Al Kitab. Tidakkah kalian memahami.” (QS. Al Baqarah [2]: 44)
Ilmu atau ayat Al Qur’an yang tidak diamalkan akan jadi beban bagi kita di akhirat:
“Dan al-Qur’an itu adalah hujjah bagimu atau hujjah untuk menjatuhkan dirimu.” (HR. Muslim)”
“Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai dia akan ditanya tentang empat perkara, diantaranya adalah tentang ilmunya, apa yang sudah diamalkannya.” [HR Abu Barzah]
Dari Usamah bin Zaid, dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari kiamat nanti akan ada seseorang yang didatangkan kemudian dilemparkan ke dalam neraka. Isi perutnya terburai, sehingga ia berputar-putar sebagaimana berputarnya keledai yang menggerakkan penggilingan. Penduduk neraka pun berkumpul mengerumuninya. Mereka bertanya, ‘Wahai fulan, apakah yang terjadi pada dirimu? Bukankah dahulu engkau memerintahkan kami untuk berbuat kebaikan dan melarang kami dari kemungkaran?’. Dia menjawab, ‘Dahulu aku memerintahkan kalian berbuat baik akan tetapi aku tidak mengerjakannya. Dan aku melarang kemungkaran sedangkan aku sendiri justru melakukannya’.” [HR Bukhari dan Muslim]
Begitu juga amal tanpa ilmu, hanya akan membawa kehancuran. Contohnya orang tidak pernah belajar menerbangkan pesawat tentu akan berbahaya jika dia menerbangkan pesawat. Setelah diamalkan, maka disunnahkan bagi kita untuk mengajarkan ilmu tersebut ke orang lain yang belum mengetahui.
Kita menuntut ilmu dunia selama 12 tahun dari SD hingga SMA. Setiap hari paling tidak 5 jam kita mempelajari ilmu dunia. Tapi pernahkah kita menghitung berapa lama kita belajar ilmu agama? Adakah sejam sehari?
Jika tidak, sungguh malang nasib kita, padahal ilmu agama penting bagi kita guna mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Bukankah kebahagiaan di akhirat lebih baik dan lebih kekal? Bukankah hidup di dunia hanya sekejap saja (Cuma sekitar 63 tahun)?
Meski dia profesor Fisika atau Pakar Komputer, tapi jika tidak tahu ilmu agama sehingga sholat, puasa, zakat, dsb tidak benar niscaya dia akan masuk neraka.
Pada awal masa Islam, ummat Islam melaksanakan ajaran tsb dengan sungguh2. Mereka giat menuntut ilmu. Hadits2 seperti “Siapa yang meninggalkan kampung halamannya untuk mencari pengetahuan, ia berada di jalan Allah”, “Tinta seorang ulama adalah lebih suci daripada darah seorang syahid (martir)”, memberikan motivasi yang kuat untuk belajar.
Ummat Islam belajar dari orang Cina teknik membuat kertas. Pabrik kertas pertama didirikan di Baghdad tahun 800, dan perpustakaan pun tumbu dengan subur di seluruh negeri Arab (baca: Islam) yang dulu dikenal sebagai bangsa nomad yang buta huruf dan cuma bisa mengangon kambing.
Direktur observatorium Maragha, Nasiruddin At Tousi memiliki kumpulan buku sejumlah 400.000 buah. Di Kordoba (Spanyol) pada abad 10, Khalifah Al Hakim memiliki suatu perpustakaan yang berisi 400.000 buku, sedangkan 4 abad sesudahnya raja Perancis Charles yang bijaksana (artinya: pandai) hanya memiliki koleksi 900 buku. Bahkan Khalifah Al Aziz di Mesir memiliki perpustakaan dengan 1.600.000 buku, di antaranya 16.000 buah tentang matematika dan 18.000 tentang filsafat.
Pada masa awal Islam dibangun badan2 pendidikan dan penelitian yang terpadu. Observatorium pertama didirikan di Damaskus pada tahun 707 oleh Khalifah Amawi Abdul Malik. Universitas Eropa 2 atau 3 abad kemudian seperti Universitas Paris dan Univesitas Oxford semuanya didirikan menurut model Islam.
Para ilmuwan Islam seperti Al Khawarizmi memperkenalkan “Angka Arab” (Arabic Numeral) untuk menggantikan sistem bilangan Romawi yang kaku. Bayangkan bagaimana ilmu Matematika atau Akunting bisa berkembang tanpa adanya sistem “Angka Arab” yang diperkenalkan oleh ummat Islam ke Eropa. Kita mungkin bisa menuliskan angka 3 dengan mudah memakai angka Romawi, yaitu “III,” tapi coba tulis angka 879.094.234. 453.340 ke dalam angka Romawi. Bingungkan? Jadi para ahli matematika dan akuntan haruslah berterimakasih pada orang-orang Islam, he he he..:) Selain itu berkat Islam pulalah maka para ilmuwan sekarang bisa menemukan komputer yang menggunakan binary digit (0 dan 1) sebagai basis perhitungannya, kalau dengan angka Romawi (yang tak mengenal angka 0), tak mungkin hal itu bisa terjadi.
Selain itu Al Khawarizmi juga memperkenalkan ilmu Algorithm (yang diambil dari namanya) dan juga Aljabar (Algebra).
Omar Khayam menciptakan teori tentang angka2 “irrational” serta menulis suatu buku sistematik tentang Mu’adalah (equation).
Di dalam ilmu Astronomi ummat Islam juga maju. Al Batani menghitung enklinasi ekleptik: 23.35 derajad (pengukuran sekarang 23,27 derajad).
Dunia juga mengenal Ibnu Sina (Avicenna) yang karyanya Al Qanun fit Thibbi diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard de Cremone (meninggal tahun 1187), yang sampai zaman Renaissance tetap jadi textbook di fakultas kedokteran Eropa.
Ar Razi (Razes) adalah seorang jenius multidisiplin. Dia bukan hanya dokter, tapi juga ahli fisika, filosof, ahli theologi, dan ahli syair. Eropa juga mengenal Ibnu Rusyid (Averroes) yang ahli dalam filsafat.
Dan masih banyak lagi kemajuan yang dicapai oleh ummat Islam di bidang ilmu pengetahuan. Ketika terjadi perang salib antara raja Richard the Lion Heart dan Sultan Saladdin, boleh dikata itu adalah pertempuran antara bangsa barbar dengan bangsa beradab. Raja Richard yang terkenal itu ternyata seorang buta huruf, (kalau rajanya buta huruf, bagaimana rakyat Eropa ketika itu) sedangkan Sultan Saladin bukan saja seorang yang literate, tapi juga seorang ahli di bidang kedokteran. Ketika raja Richard sakit parah dan tak seorangpun dokter ahli Eropa yang mampu mengobatinya, Sultan Saladin mempertaruhkan nyawanya dan menyelinap di antara pasukan raja Richard dan mengobatinya. Itulah bangsa Islam ketika itu, bukan saja pintar, tapi juga welas asih. Jika kita menonton film Robin Hood the Prince of Thieves yang dibintangi Kevin Kostner, tentu kita maklum bagaimana Robin Hood terkejut dengan kecanggihan teknologi bangsa Moor seperti teropong.
Tapi itu sekarang tinggal sejarah. Ummat Islam sekarang tidak lagi menghargai ilmu pengetahuan tak heran jika mereka jadi bangsa yang terbelakang. Hanya dengan menghidupkan ajaran Islam-lah kita bisa maju lagi.
Ummat Islam harus kembali giat menuntut ilmu. Menurut Al Ghazali, sesungguhnya menuntut ilmu itu ada yang fardu ‘ain (wajib bagi setiap Muslim) ada juga yang fardu kifayah (paling tidak ada segolongan ummat Islam yang mempelajarinya.
Jika sebagian muslim sudah mempelajarinya (misalnya ada beberapa orang yang belajar ilmu kedokteran), maka gugurlah kewajiban itu bagi yang lainnya. Tapi mempelajari ilmu agama adalah fardu ‘ain, kewajiban bagi setiap Muslim. Tanpa ilmu, maka semua amalnya akan ditolak.
Ilmu agama tentang mana yang wajib dan mana yang halal seperti cara shalat yang benar itu adalah wajib bagi setiap muslim. Jangan sampai ada seorang ahli Matematika, tapi cara shalat ataupun mengaji dia tidak tahu. Jadi ilmu agama yang pokok agar setiap muslim bisa mengerjakan 5 rukun Islam dan menghayati 6 rukun Iman serta mengetahui kewajiban dan larangan Allah harus dipelajari oleh setiap muslim. Untuk apa kita jadi ahli komputer, kalau kita akhirnya masuk neraka karena tidak pernah mengetahui cara shalat?
Adapun ilmu yang memberikan manfaat bagi ummat Islam seperti kedokteran yang mampu menyelamatkan jiwa manusia, ataupun ilmu teknologi persenjataan seperti pembuatan tank dan pesawat tempur agar ummat Islam bisa mempertahankan diri dari serangan musuh adalah fardu kifayah. Paling tidak ada segolongan muslim yang menguasainya.
Yang pertama harus kita pelajari adalah aqidah atau tauhid yang juga disebut “Ushuluuddiin” (Dasar-dasar Agama). Ini adalah fondasi yang harus kita kuasai. Kita bukan cuma tahu bahwa rukun iman ada 6, tapi juga tahu dalil-dalilnya. Sebagai contoh, beriman kepada Allah. Kita juga harus tahu sifat-sifat Allah seperti wujud (ada). Kita tidak bisa cuma bilang bahwa Tuhan itu ada. Tapi juga harus bisa membuktikan/ menjelaskan dalil-dalil bahwa Tuhan itu memang ada.
Tanpa aqidah yang kuat, maka seseorang yang ibadahnya rajin dapat tersesat atau murtad dengan mudah.
Setelah aqidah kita kuat dan dilandasi dengan ilmu, baru kita mempelajari Fiqih. Fiqih adalah ilmu yang menjelaskan cara-cara beribadah kepada Allah seperti sholat, puasa, zakat, hubungan dengan sesama manusia, dan sebagainya. Banyak kewajiban mau pun larangan yang harus kita ketahui, ada di kitab-kitab Fiqih.
Yang harus kita ketahui lagi adalah, ilmu agama harus berlandaskan Al Qur’an dan Hadits yang shahih. Jika satu masalah tidak tercantum dalam Al Qur’an dan Hadits, baru dilakukan ijtihad. Tapi ijtihad ini pun tidak boleh bertentangan dengan Al Qur’an dan hadits.
Menuntut ilmu juga niatnya harus untuk Allah semata. Bukan untuk kepentingan pribadi.
Dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali menulis sebagai berikut : “Wahai, hamba Allah yang rajin menuntut ilmu. Jika kalian menuntut ilmu, hendaknya dengan niat yang ikhlas karena Allah semata-mata. Di samping itu, juga dengan niat karena melaksanakan kewajiban karena menuntut ilmu wajib hukumnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki maupun perempuan” [HR Ibnu Abdul barr]
Janganlah sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan maksud untuk bermegah-megahan, sombong, berbantah-bantahan, menandingi dan mengalahkan orang lain (lawan bicara), atau supaya orang mengagumimu. Jangan pula engkau menuntut ilmu untuk dijadikan sarana mengumpulkan harta benda kekayaan duniawi. Yang demikian itu berarti merusak agama dan mudah membinasakan dirimu sendiri.
Nabi SAW mencegah hal seperti itu dengan sabdanya. “Barangsiapa menuntut ilmu yang biasanya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, tiba-tiba ia tidak mempelajarinya, kecuali hanya untuk Mendapatkan harta benda keduniaan, maka ia tidak akan memperoleh bau harumnya surga pada hari kiamat. ” [HR Abu Dawud]
Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu, maka baginya neraka…neraka.” [HR Tirmidzi & Ibnu Majah]
“Seorang ‘alim apabila menghendaki dengan ilmunya keridhaan Allah, maka dia akan ditakuti oleh segalanya. Akan tetapi, jika dia bermaksud untuk menumpuk harta, maka dia akan takut dari segala sesuatu.” [HR. Ad Dailami]
Sedikit nasehat dalam belajar: Biasakan usai belajar di sekolah/madrasah, dibaca/pelajari lagi apa yang baru dipelajari. Kemudian saat akan belajar di sekolah juga baca/pelajari apa yang akan dipelajari. Dengan cara ini, ilmu akan lebih melekat ketimbang dengan memakai “sistem” SKS (Sistem Kebut Semalam) yang dalam waktu 1-2 minggu juga bisa hilang lagi hafalan/ilmunya.
Dirangkum dari berbagai tulisan seperti “Ilmu yang bermanfaat” (Aa Gym), “Ihya ‘Uluumuddiin” (Imam Al Ghazali)
Baca selengkapnya di:
http://media- islam.or. id/2007/09/ 14/keutamaan- ilmu
</span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-58601095350620236142012-07-19T07:35:00.002-07:002012-07-19T07:35:16.901-07:00MULAILAH BAHAGIAPosted by: "iswardeni@pbrx.co.id" iswardeni
Morning: Hidup ini akan indah dan membahagiakan, jika kita memiliki sudut pandang positif. Mulai lah hari dgn bersyukur dan membangkitkan rasa bahagia dan kegembiraan. Begitu banyak alasan untuk bersyukur dan bergembira, jangan biarkan hidup menderita. Sukses akan mudah diraih dgn rasa bersyukur dan gembira. Prilaku yg baik, dan selalu terjaga niscaya akan berakhir baik bagi semua. Rgds Iswardeni. BAHAGIAKAN HATI DGN HIDUP PENUH SYUKUR.<span class="fullpost">
</span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-34325109905349266902012-07-19T07:24:00.005-07:002012-07-19T07:24:47.324-07:00Antara Dakwah Islam dan Mematikan Syiar IslamPosted by: "A Nizami" nizaminz Assalamu'alaikum wr wb,
Bukan cuma dalam bisnis.
Dalam dakwah Islam pun kadang terjadi persaingan yang bukan sekedar fastabiqul khoirot, tapi juga saling mematikan.
Masing-masing pihak merasa hanya kelompoknya yang masuk 1 golongan yang lurus dari 73 aliran Islam yang ada. Sementara ummat Islam yang lain dianggap sesat atau kafir. Mereka merasa hanya kelompok mereka saja yang termasuk orang-orang yang beriman.
Walhasil, banyak yang tidak mau mengaji di masjid2 dekat rumah mereka. Sementara mengaji dgn ustad yang sekelompok malas karena jauh. Sehingga mereka dan juga anak2 mereka tidak paham cara membaca Al Qur'an (makhroj dan tajwid) yang benar. Tak paham cara sholat yang benar, dsb.
<span class="fullpost">
Sesungguhnya ummat Islam yang beriman itu bersaudara:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” [Al Hujuraat 10]
Orang-orang yang beriman itu ibarat satu tubuh. Jika satu bagian sakit, yang lain ikut merasakan sakit:
Hadis riwayat Nukman bin Basyir ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam. (Shahih Muslim No.4685)
Ummat Islam itu saling menguatkan satu sama lain:
Hadis riwayat Abu Musa ra. dia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan di mana bagiannya saling menguatkan bagian yang lain. (Shahih Muslim No.4684)
Allah melarang ummat Islam untuk bercerai-berai:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Janganlah kita berpecah-belah dan menganggap hanya kelompok kita yang paling benar. Apa pun alasannya!
Allah sudah mengingatkan kita dan melarang kita melakukan hal itu:
“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar Ruum:32]
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” [Al An’aam:159]
http://media- islam.or. id/2011/03/ 13/ummat- islam-itu- satu-dan- jangan-berpecah- belah
.
</span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-55574446043911485162012-07-19T07:17:00.001-07:002012-07-19T07:17:10.928-07:00Panduan Puasa Ramadhan menurut Ayat Qur’an dan HaditsPosted by: "A Nizami" nizaminz Panduan Puasa Ramadhan menurut Ayat Qur’an dan Hadits
Kewajiban berpuasa dalam Al Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagi kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan bagi orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa” [Al Baqarah:183]
Pada bulan Ramadhan, setiap Muslim wajib berpuasa kecuali orang yang sakit, dalam perjalanan, haidh, atau pun belum balligh:
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelas an mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” [Al Baqarah 185]<span class="fullpost">
Keutamaan berpuasa:
“Diriwayatkan dari Sahl bin Saad r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya di dalam Surga itu terdapat pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada Hari Kiamat kelak. Tidak boleh masuk seorangpun kecuali mereka. Kelak akan ada pengumuman: Di manakah orang yang berpuasa? Mereka lalu berduyun-duyun masuk melalui pintu tersebut. Setelah orang yang terakhir dari mereka telah masuk, pintu tadi ditutup kembali. Tiada lagi orang lain yang akan memasukinya” [Bukhari-Muslim]
Orang yang berpuasa termasuk golongan yang mendapat ampunan dan pahala besar dari Allah:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” [Al Ahzab 35]
“Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Setiap hamba yang berpuasa di jalan Allah, Allah akan menjauhkannya dari api Neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun” [Bukhari-Muslim]
Keutamaan bulan Ramadan
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila tiba bulan Ramadan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu neraka dan setan-setan dibelenggu Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim: 1793
Wajib berpuasa Ramadan jika melihat hilal awal Ramadan dan berhenti puasa jika melihat hilal awal Syawal. Jika tertutup awan, maka hitunglah 30 hari
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Dari Nabi saw. bahwa beliau menyebut-nyebut tentang bulan Ramadan sambil mengangkat kedua tangannya dan bersabda: Janganlah engkau memulai puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan Ramadan dan janganlah berhenti puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan Syawal. Apabila tertutup awan, maka hitunglah (30 hari)
Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim: 1795
Larangan berpuasa satu atau dua hari sebelum bulan
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Janganlah engkau berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadan, kecuali bagi seorang yang biasa berpuasa, maka baginya silakan berpuasa
Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim: 1812
Dilarang puasa pada hari raya
“Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a katanya: Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Tidak boleh berpuasa pada dua hari tertentu, iaitu Hari Raya Korban (Aidiladha) dan hari berbuka dari bulan Ramadan (Aidilfitri)” [Bukhari-Muslim]
Niat Puasa Ramadhan
Sesungguhnya amal itu tergantung dari niat [Bukhari-Muslim]
Dari Hafshah Ummul Mukminin bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa tidak berniat puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya.” [Imam Lima]
Bersahur (makan sebelum Subuh) itu sunnah Nabi
“Diriwayatkan daripada Anas r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Hendaklah kamu bersahur karena dalam bersahur itu ada keberkatannya” [Bukhari-Muslim]
Tips agar kuat berpuasa: minumlah 2 sendok makan madu dan 3 butir korma saat sahur. Sunnah melambatkan sahur.
Dari Zaid bin Tsabit ra., ia berkata: Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah saw. Kemudian kami melaksanakan salat. Kemudian saya bertanya: Berapa lamakah waktu antara keduanya (antara makan sahur dengan salat)? Rasulullah saw. menjawab: Selama bacaan 50 ayat (sekitar 5 menit). (Shahih Muslim No.1837)
Menyegerakan Berbuka Puasa di waktu maghrib
“Diriwayatkan daripada Umar r.a katanya: Rasulullah s.a.w telah bersabda: Apabila datang malam, berlalulah siang dan tenggelamlah matahari. Orang yang berpuasa pun bolehlah berbuka” [Bukhari-Muslim]
Dari Sahal Ibnu Sa’ad Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Orang-orang akan tetap dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” [Muttafaq Alaihi]
Menurut riwayat Tirmidzi dari hadits Abu Hurairah ra bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Hamba-hamba- Ku yang paling Aku cintai adalah mereka yang menyegerakan berbuka.”
Sunnah berbuka puasa dengan kurma dan air minum (ta’jil) kemudian shalat Maghrib. Setelah itu makan malam.
Dari Sulaiman Ibnu Amir Al-Dlobby bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Jika seseorang di antara kamu berbuka, hendaknya ia berbuka dengan kurma. Jika tidak mendapatkannya, hendaknya ia berbuka dengan air karena air itu suci.” Riwayat Imam Lima. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Hakim.
Ketika kita berpuasa, kita dilarang berkata kotor, mencaci, atau berkelahi. Hal ini untuk menempa diri kita agar memiliki akhlak yang terpuji:
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila seseorang daripada kamu sedang berpuasa pada suatu hari, janganlah berbicara tentang perkara yang keji dan kotor. Apabila dia dicaci maki atau diajak berkelahi oleh seseorang, hendaklah dia berkata: Sesungguhnya hari ini aku berpuasa, sesungguhnya hari ini aku berpuasa” [Bukhari-Muslim]
Puasa yang sia-sia
“Dari Abu Hurairah ra: katanya Rasulullah saw berabda: “Barang siapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan berbuat jahat (padahal dia puasa), maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minum” [Bukhari]
Jika kita berpuasa, tapi kita berkata dusta atau menyakiti orang lain, maka sia-sialah puasa kita.
Dilarang bersetubuh pada saat berpuasa
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Seorang lelaki datang menemui Rasulullah s.a.w lalu berkata: Celakalah aku wahai Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.a.w bertanya: Apakah yang telah membuatmu celaka?
Lelaki itu menjawab: Aku telah bersetubuh dengan isteriku pada siang hari di bulan Ramadan.
Rasulullah s.a.w bertanya: Mampukah kamu memerdekakan seorang hamba? Lelaki itu menjawab: Tidak.
Rasulullah s.a.w bertanya: Mampukah kamu berpuasa selama dua bulan berturut-turut? Lelaki itu menjawab: Tidak.
Rasulullah s.a.w bertanya lagi: Mampukah kamu memberi makan kepada enam puluh orang fakir miskin? Lelaki itu menjawab: Tidak. Kemudian duduk. Rasulullah s.a.w kemudiannya memberikan kepadanya suatu bekas yang berisi kurma lalu bersabda: Sedekahkanlah ini. Lelaki tadi berkata: Tentunya kepada orang yang paling miskin di antara kami. Tiada lagi di kalangan kami di Madinah ini yang lebih memerlukan dari keluarga kami.
Mendengar ucapan lelaki itu Rasulullah s.a.w tersenyum sehingga kelihatan sebahagian giginya. Kemudian baginda bersabda: Pulanglah dan berilah kepada keluargamu sendiri” [Bukhari-Muslim]
Bangun dari junub tidak membatalkan puasa
“Diriwayatkan daripada Aisyah dan Ummu Salamah r.a, kedua-duanya berkata:: Nabi s.a.w bangkit dari tidur dalam keadaan berjunub bukan dari mimpi kemudian meneruskan puasa” [Bukhari-Muslim]
Lupa tidak membatalkan puasa
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa lupa bahwa ia sedang berpuasa, lalu ia makan dan minum, hendaknya ia meneruskan puasanya, karena sesungguhnya ia telah diberi makan dan minum oleh Allah.” [Muttafaq Alaihi]
Orang yang sedang dalam perjalanan boleh tidak berpuasa. Tapi wajib menggantinya di lain hari.
Dari Hamzah Ibnu Amar al-Islamy ra bahwa dia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku kuat berpuasa dalam perjalanan, apakah aku berdosa? Maka Rasulullah SAW bersabda: “Ia adalah keringanan dari Allah, barangsiapa yang mengambil keringanan itu maka hal itu baik dan barangsiapa senang untuk berpuasa, maka ia tidak berdosa.” [Bukhari-Muslim]
Orang tua cukup bayar fidyah
Ibnu Abbas ra berkata: Orang tua lanjut usia diberi keringanan untuk tidak berpuasa dan memberi makan setiap hari untuk seorang miskin, dan tidak ada qodlo baginya. Hadits shahih diriwayatkan oleh Daruquthni dan Hakim.
Orang yang sakit atau bepergian boleh tidak puasa. Namun harus mengganti puasanya di hari lain. Ada pun orang yang berat menjalankannya (misalnya sudah tua), wajib membayar fidyah:
“Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” [Al Baqarah 184]
Wanita hamil/menyusui jika kuat sebaiknya puasa. Tapi jika dia sakit atau lemah sehingga merasa berat sebagaimana ayat di atas, dia bisa mengqodho puasanya.
I’tikaf (diam di masjid) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan
Dari ‘Aisyah ra bahwa Nabi SAW selalu beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian istri-istri beliau beri’tikaf sepeninggalnya. Muttafaq Alaihi.
Dari ‘Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW bila hendak beri’tikaf, beliau sholat Shubuh kemudian masuk ke tempat i’tikafnya. Muttafaq Alaihi.
Dari ‘Aisyah ra bahwa Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa meninggal dan ia masih menanggung kewajiban puasa, maka walinya berpuasa untuknya.” Muttafaq Alaihi.
Dari Abu Ayyub Al-Anshory ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan, kemudian diikuti dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawwal, maka ia seperti berpuasa setahun.” Riwayat Muslim.
Malam Lailatul Qadr
Malam Lailatul Qadar adalah malam mulia yang nilainya lebih baik daripada 1.000 bulan (354.000x malam biasa):
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan.
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” [QS Al Qadar: 1 - 5]
Dari Ibnu Umar ra bahwa beberapa shahabat Nabi SAW melihat lailatul qadr dalam mimpi tujuh malam terakhir, maka barangsiapa mencarinya hendaknya ia mencari pada tujuh malam terakhir.” Muttafaq Alaihi.
Dari Muawiyah Ibnu Abu Sufyan ra bahwa Nabi SAW bersabda tentang lailatul qadar: “Malam dua puluh tujuh.” [Abu Daud]
Dari ‘Aisyah ra bahwa dia bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku tahu suatu malam dari lailatul qadr, apa yang harus aku baca pada malam tersebut? Beliau bersabda: “bacalah:
(artinya: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai ampunan, maka ampunilah aku).” Riwayat Imam Lima selain Abu Dawud.
Baca selengkapnya di:
http://media- islam.or. id/2009/08/ 17/panduan- puasa-bulan- ramadhan- menurut-ayat- qur%E2%80% 99an-dan- hadits/
Media Islam – Belajar Islam sesuai Al Qur’an dan Hadits
http://media- islam.or. id/category/ islam/puasa
Silahkan baca juga artikel lain tentang puasa. Semoga bermanfaat:
Panduan Puasa Ramadhan menurut Ayat Qur’an dan Hadits
Hikmah Puasa yang Harus Kita Amalkan
Tips Agar Kuat Berpuasa di Bulan Ramadhan===
Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits di http://media- islam.or. id
</span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-90271529390632223812012-07-06T00:17:00.000-07:002012-07-06T00:17:00.375-07:00Allah adalah Tuhan kitaWahai Jin dan Manusia,
Allah adalah Tuhan kita. Dia maujud, ada! Dia ada bukan karena suatu
ciptaan. Bukan pula muncul dari ketiadaan. Dia ada bersama dengan segala
sesuatu, namun tidak dengan suatu kesertaan. Dia lain dari segala sesuatu
bukan karena keterpisahan darinya. Dia pelaku namun tanpa gerak maupun
alat. Dia maha melihat bahkan sebelum adanya suatu makhluk apapun. Dia
sendiri, dalam arti tidak ada sesuatu yang dengannya Dia merasa terikat
atau gelisah bila terpisah darinya.
Subhanallah, alhamdulillah, lailahaillallah, allahuakbar.
*
--
Posting oleh Temie Iswanto<span class="fullpost">
</span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-79965362551265605122012-07-06T00:09:00.000-07:002012-07-06T00:09:03.285-07:00Si Putih tidak selamanya cantik, sihitam bukan lambang kejelekan by "Rahima" rahimarahimPosted by: "Rahima" rahimarahim Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakaatuh
Hmmm, sebuah ibarat
sindirian yang sangat memukau dan menyakitkan bagi yang sadar.
Kulit Putih itu, tidak
selamanya lambang “KECANTIKAN”
Kulit Hitam tidak
selamanya lambang “KEBURUKAN”
Lihatlah kain kafan,
betapa dia berwarna PUTIH tapi MENAKUTKAN
Lihatlah Ka’bah dia
HITAM tapi sangat CANTIK<span class="fullpost">
Manusia itu dinilai
bukan dengan kecantikan tampilan depannya
Tapi dengan akhlaq yang
mulia.
Kalau seorang lelaki
dinilai KEJANTANANNYA, dari SUARANYA YANG KERAS
Maka KELEDAI lah tempat
yang pantas untuk dinilai ber Suara yang JANTAN
(Ingat lho,..ini firman
llah Ta’ala, sesungguhnya sekeras keras suara adalah suara Himar, alias
keledai)
Kalau saja Keperempuanan
/kefeminiman wanita dinilai dari “Ketelanjangan
tubuhnya”
Maka KERALAH tempat
yang paling pantas untuk menarik perhatian orang lain.
</span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-11031498749878561502012-07-06T00:00:00.003-07:002012-07-06T00:00:37.416-07:00*Seputar Perbedaan Ilmu Hisab dan Penentuan Hari Raya (1)*Posted by: "Ananto"
Ilmu hisab (astronomi) tentang posisi bulan yang berkembang di Indonesia
secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Ilmu Hisab Hakiki Taqribi. Yang termasuk kelompok ini antara lain
Sullamun Nayyirayn oleh Muhammad manshur Ibn Abdil Hamid ibn Muhammad
ad-Damiri al-batawi dan Fathur Rauful Mannan oleh KH Dahlan Semarang.
2. Ilmu Hisab Hakiki Tahqiqi. Yang termasuk kelompok ini antara lain
Khulashotul Wafiyah oleh KH Zubeir, Badi’atul Mitsal oleh KH Ma’shum dan
Nurul Anwar oleh KH Nur Ahmad
3. Ilmu Hisab Hakiki Tahqiqi Kontemporer. Yang termasuk kelompok ini
antara lain New Comb, Astronomic Almanac, Nautical Almanac, Islamic
Calender, dan Astronomical Formula for Computer.
<span class="fullpost">
Pengelompokan tersebut didasarkan atas usia temuan data tentang gerakan
benda-benda langit –terutama Matahari, Bulan dan Bumi– yang menjadi acuan
hisabnya, yakni mulai dari temuan Sultan Ulugh Beyk di abad ke-14 Masehi
(abad ke-9 Hijriyah) hingga temuan temuan astronomis di abad ke-20 serta
temuan kontemporer yang selalu dikoreksi dengan rukyat demi rukyat (baca:
observasi demi observasi). Oleh karena itu pengelompokan tersebut sekaligus
meneunjukkan derajat kecermatan atau akurasinya.
Persoalannya adalah bahwa ilmu-ilmu hisab dari semua kelompok yang memiliki
derajat ketelitian yang berbeda-beda tersebut sama-sama ikut mengambil
bagian untuk “didengar suaranya” dalam menentukan awal bulan qamariyah
(Hijriyah) di Indonesia. Oleh karena itu manakala kepada para ahli hisab
kapan awal bulan A atau awal bulan B qamariyah, maka lumrah saja jika
jawaban mereka kadang berbeda-beda.
Memperkecil Perbedaaan
Terjadinya perbedaan hasil hisab tentang saat terjadinya ijtima’
(konjungasi) dan irtifa’ (ketinggian) hilal dalam derajat yang amat
mencolok dari sudut ilmu pasti sangat sulit untuk ditoleransi. Apalagi
obyek kajian ilmu hisab yang berbeda-beda hasil hitungannya itu tadi adalah
gerakan dan lintasan benda-benda langit yang sama. Karena itu --tidak bisa
tidak-- upaya untuk memperpendek jarak perbedaan --jika belum mungkin untuk
menyamakannya- - harus segera dilakukan dengan sungguh-sungguh oleh para
ahli hisab sendiri. Sebab, suara para ahli hisab yang berbeda-beda --di
samping membingungkan lambat-laun akan menurunkan wibawa mereka sendiri di
mata umat.
Mengingat produk hitungan ilmu hisab itu bukanlah perkara “ghaib” yang
bersangkut paut dengan iman, melainkan produk dari suatu metoda ilmiah,
maka hubungan seorang ahli hisab dengan metoda hisab yang dianutnya
hendaknya tidak mengambil pola pendekatan imani dengan menempatkan metoda
hisabnya itu sebagai “kaidah yang diturunkan dari langit”, melainkan harus
mengambil pola pendekatan ilmiah juga, yakni siap menguji kebenarannya
secara empirik. Jika tenyata ada selisih, ia harus memiliki kesiapan untuk
memodifikasi metoda hisab itu, atau dengan sikap terbuka menerima kehadiran
metoda hisab lain yang lebih akurat. Bersikukuh untuk tetap menyuarakan
hasil perhitungan dari metoda hisab yang terbukti selalu meleset sama
artinya dengan sengaja memfatwakan kekeliruan.
Pengujian secara empirik hasil perhitungan dari sesuatu metoda hisab adalah
dengan rukyat atau observasi, baik untuk variable ijtima’ maupun untuk
variable irtifa’. Mengingat kedudukannya sebagai media pengujian, maka
rukyat tersebut harus dilakukan dengan ketajaman akurasi yang memadai, baik
dari segi ukuran ruang maupun waktu. Kerjasama dengan lembaga-lembaga yang
memiliki otoritas di bidang ini, seperti pusat-pusat observatorium
astronomi, mutlak diperlukan dalam rangka memperoleh rukyat yang akurat itu
tadi.
Terdapat kesulitan untuk menguji ijtima’ dengan rukyat karena peristiwa
ijtima’ itu sangat jarang yang dapat dirukyat. Bahagian terbesar dari
peristiwa ijtima’ sama sekali tidak dapat dirukyat. Di dalam Compton's
Pictured Encyclopedia jilid 9 halaman 480 (The Plulse of the Moon)
dinyatakan: “The new moon can be the subject of no pictured errors since we
see it at all.” (Bulan baru/ijtima’ dapat menjadi penyebab
kesalahan-kesalahan yang tak tergambarkan karena kita tidak pemah
merukyatnya) .
Nah, peristiwa ijtima’ yang dapat dirukyat adalah kusufusy syams atau
gerhana Matahari. Oleh karena itu peristiwa gerhana Matahari total yang
terjadi kemarin merupakan kesempatan emas bagi para ahli hisab untuk
menguji akurasi hasil hisabnya tentang saat terjadinya ijtima’.
Kesulitan pengujian ijtima' yang diakibatkan oleh jarangnya terjadi
peristiwa gerhana Matahari bisa diatasi dengan pengujian peristiwa
istiqba1, yaitu dengan merukyat peristiwa khusuful qamar atau gerhana Bulan
yang tenyata lebih sering terjadi. Tingkat kekeliruan hasil perhitungan
mengenai saat terjadinya khusuful qamar adalah gambaran dari tingkat
kekeliruan hasil perhitungan mengenai saat terjadinya ijtima’.
Soal Sulamun Nayyirayn
Dalam hubungan ini terobosan hisab kitab Sullamun Nayyirayn patut diajukan
sebagai contoh. Suatu tanbih atau peringatan dari kitab hisab Sullamun
Nayyirayn yang ditujukan kepada para pengguna metoda tersebut menegaskan
bahwa apabila terjadi selisih waktu antara saat ijtima-' atau istiqbal yang
dihasilkan dari Sullamun Nayyirayn dengan saat Khusuf dan Kusuf senyatanya
yang bisa dirukyat, maka untuk penyesuaian agar diperoleh yang lebih tepat
hendaknya selisih waktu tersebut ditambahkan kepada saat ijtima-' yang
dihasilkan dari hisab Sullamun Nayyirayn. Sebab, tabel hisab Sultan Ulugh
Beyk al-Samarqandi yang diacu oleh Sullamun Nayyirayn adalah tabee hisab
yang sudah lama yang natijah-natijahnya sudah kurang tepat setelah
berlalunya masa yang panjang. “Penyesuaian” adalah langkah penting yang
senantiasa ditempuh oleh para falaki dalam rangka mempertajam perhitungan
mengenai gerakan an-Nayyirayn (Matahari dan Bulan). Esensi tanbih yang
dinamis dan terbuka dari Sullamun Nayyirayn ini adalah menifestasi dari
sikap ilmiah falaki yang sejati.
Selanjutnya untuk variabel irtifa’ atau ketinggian hilal, pengujiannya
dengan rukyat hilal tanggal satu adalah relatif sulit. Disamping karena
ketinggiannya rendah dan saat munculnya di atas ufuk relatif singkat, juga
karena cahayanya masih terlalu lemah dan tipis sehingga mudah hilang
ditelan oleh kecerlangan warna mega yang melatarbelakanginya atau ditutup
oleh polusi udara dan mendung yang tipis sekalipun. Untuk kepentingan
pembuktian, rukyat hilal perlu dilakukan pada tanggal dua atau tanggal tiga
dengan mengukur irtifa’nya secara cermat dengan memanfaatkan alat ukur
ketinggian benda langit yang teruji akurasinya. Pengukuran itu hendaknya
dilakukan berkali-kali dalam bulan yang berlainan, dan hasilnya difungsikan
sebagai juri yang adil untuk memutuskan metode hisab mana yang paling
akurat hasil hitungan irtifa' hilalnya.
KH Abdul Salam Nawawi
Ketua Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Jawa Timur
--
http://harian- oftheday. blogspot. com/
"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."
</span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-87687359770666291932011-02-04T20:47:00.000-08:002011-02-04T20:48:06.759-08:00Pemburu Yang ReligiusSeorang pria pergi berburu. Ia mau berburu beruang. Saat ia masuk dan melalui hutan untuk mencari binatang buas itu, ia menemukan bukit besar dan curam. Ia berpikir barangkali akan ada beruang di sisi lain dari bukit itu, ia mendaki lereng yang curam dan, sampai pada saat ia melalui batu karang terakhir, ia bertemu dengan seekor beruang yang sangat besar. <br />Beruang itu meraung dengan ganas. Orang itu sangat takut sehingga ia kehilangan keseimbangannya dan jatuh dari bukit dengan beruang yang tidak terlalu jauh berada di dekatnya. Saat ia terguling di sepanjang bukit, orang itu kehilangan senapannya. Akhirnya ia berada di dasar bukit, barulah ia sadar kalau kakinya sebelah patah. Melarikan diri sudah tidak mungkin lagi, sehingga orang itu akhirnya mengingat Tuhannya. Padahal sebelumnya ia tidak pernah sama sekali beribadah menyembah Tuhannya dan segera ia berdoa, "Oh Tuhanku, jika Engkau akan membuat beruang ini seagama denganku, aku akan bahagia dengan apapun juga yang telah Engkau berikan sepanjang sisa hidupku." <br />Sekarang beruang itu berada tidak lebih dari tiga kaki dari orang itu dan ia berhenti … dan memandangi langit dengan pandangan aneh... kemudian jatuh berlutut sambil membaca doa dengan suara nyaring, "O Tuhan, berkatilah makanan yang akan aku makan ini.”<br />MAHDARIANATA<br />EMAIL: HAFRILIANDO@YAHOO.COM<br /><br /><span class="fullpost"> </span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-84155411149952792072011-02-04T20:46:00.000-08:002011-02-04T20:47:09.159-08:00Mimpi Buruk Seorang AnakSeorang pria masuk ke dalam kamar putranya untuk mengucapkan selamat tidur. Ia lihat putranya mengalami suatu mimpi buruk – pria itu lalu membangunkan putranya kemudian bertanya apakah ia baik-baik saja? Putranya menjawab ia sangat ketakutan karena ia bermimpi bahwa bibi Susi telah dininggal. Kemudian pria, ayahnya itu, meyakinkan putranya bahwa bibi Susi masih hidup dan dalam kondisi sehat dan segera ia menyuruh anaknya untuk tidur. <br />Hari berikutnya, bibi Susi meninggal. <br />Satu minggu kemudian, pria itu masuk kamar putranya untuk mengucapkan selamat tidur. Ia melihat putranya tersebut masih mengalami mimpi buruk kemudian ia membangunkannya. Kali ini sang putra bermimpi bahwa kakeknya telah meninggal. Kemudian sang ayah mengatakan bahwa kakek masih hidup dan baik-baik saja. Segera ia menyuruh putra agar kembali tidur. <br />Hari berikutnya, kakek meninggal. <br />Satu minggu kemudian, pria itu kembali masuk kamar putranya untuk mengucapkan selamat tidur. Ia melihat putranya mengalami mimpi buruk lainnya, segera ia bangunkannya. Saat itu sang putra mengatakan kalau ia bermimpi ayahnya meninggal. Sang ayah meyakinkannya bahwa ia sehat-sehat saja dan tak akan mati secepat itu. Kemudian sang putra tidur lagi. <br />Pria itu pergi tidur tetapi tidak bisa tidur karena ia sangat takut. Hari berikut, pria itu sangat ketakutan akan hidupnya ia yakin sebentar lagi dia akan mati. Setelah mengenakan baju ia mengemudi dengan hati-hati untuk menghindari tabrakan. Dia tidak makan siang sebab takut makanannya telah terkena racun. Dia menghindari setiap orang yang ia jumpai sebab dia yakin pasti akan ada yang akan membunuhnya. <br /><br />Ketika memasuki pintu depan rumahnya, ia mejumpai istrinya. "Astaga! sayangku." ia berkata, "Aku baru saja mempunyai hari terburuk sepanjang hidupku! <br />Istrinya menanggapi perkataan suaminya, "Kamu pikir harimu sangat buruk, pagi ini seorang pengantar susu jatuh dan meninggal tepat dipintu masuk ini." <br /><br />MAHDARIANATA<br />EMAIL: HAFRILIANDO@YAHOO.COM<br /><br /><span class="fullpost"> </span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-72948630391924344122011-02-04T20:43:00.000-08:002011-02-04T20:45:05.411-08:00Seniman di Kebun BinatangSuatu hari seorang seniman jalanan mengunjungi kebun binatang dan berusaha mendapatkan uang dengan berperan sebagai pemain sandiwara jalanan. Pada saat banyak orang telah berkerumun untuk menyaksikan attraksinya tiba-tiba seorang petugas kebun binatang menangkapnya dan membawanya ke dalam kantor. Petugas kebun binatang menjelaskan kepadanya bahwa binatang yang melakukan atraksi paling populer di kebun binatang adalah seekor gorilla. Tapi ia meninggal tiba-tiba dan para petugas sangat khawatir pengunjung kebun binatang akan berkurang dengan drastis. Ia menawarkan suatu pekerjaan buat seniman jalanan itu untuk berdandan seperti gorila sampai mereka mendapatkan pengganti gorila yang telah mati tersebut. Dan seniman itupun menerima tawaran itu. <br />Pagi berikutnya seniman itu mengenakan pakaian gorila dan masuk ke dalam sangkar sebelum para pengunjung datang. Ia merasa ini adalah pekerjaan yang sangat baik dan mudah. Ia dapat tidur kapan saja ia ingin, bermain dan memperolokkan orang-orang dan ternyata ia berhasil menarik perhatian banyak pengunjung. Namunpada akhirnya kerumunan orang-orang mulai bosan akan attraksinya yang hanya itu-itu saja Cuma berayun-ayun dari roda ke roda lain. Dan sebenarnya iapun juga lelah. Ia mulai memperhatikan orang-orang sekarang lebih memperhatikan di sangkar tepat di sebelahnya. Tidak ingin kehilangan perhatian pengunjung, ia memanjat ke atas sangkarnya keluar dan berpindah ke atas sangkar singa. Tentu saja, ini membuat singa sangat marah, tetapi pengunjung sangat menyenangi pertunjukan seperti ini. <br />Pada sore harinya petugas kebun kebun binatang datang megatakan sangat senang dan puas atas pertunjukan si seniman itu. Kejadian ini terus berlangsung selama bebera waktu, si seniman it terus mengejek singa. Para pengunjung semakin hari semakin banyak. Dan gajinya pun ikut bertambahLalu hari yang mengerikan itupun dating jua. Ketika ia asyik bergelantungan di atas singa yang sedang marah ia tidak hati-hati dan terjatuh masuk ke dalan sangkar singa. Diapun sangat ketakutan. <br />Singa mendekatinya dan bersiap untuk menerkam. Seniman itu sangat ketakutan. hingga ia mulai berlari memutari sangkar berkali-kali dengan singa yang sudah sangat dekat dengannya. Akhirnya, ia mulai menjerit dan berteriak, "Tolong, Tolong saya!", tetapi singa itu sangat cepat menerkamnya. Seniman itu tak sempat berbuat sesuatu kecuali hanya bersandaran di tepi sangkar dan memandangi singa yang sedang marah dan singa itu berkata, "Tutup mulutmu, bodoh! Apakah kamu ingin kita berdua dipecat??" <br /><br /><br />MAHDARIANATA<br />EMAIL: HAFRILIANDO@YAHOO.COM<br /><br /><span class="fullpost"> </span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-46140047800833527052010-05-22T18:25:00.000-07:002010-05-22T18:26:20.567-07:00Makna RabbPosted by: "wirawan" wirawan.smg@gmail.com wirawan_smg<br />Wed May 19, 2010 5:46 pm (PDT)<br /><br /><br />*Makna Rabb*<br /><br />Segala puji hanya milik Allah *Subhaanahu Wa Ta’aalaa*. Shalawat dan salam<br />semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah tercinta, Muhammad bin<br />Abdullah, segenap keluarga, para sahabat dan umatnya yang setia.<br /><br />Apabila kita bertanya kepada seseorang…siapa *Rabb*-mu?<br /><br />Barangkali orang tersebut akan menjawab..Allah *Rabb*-ku…<br /><br />Penggunaan kata *Rabb* memang biasa diterjemahkan sebagai Tuhan. Ini tidak<br />salah. Namun kata *Rabb* bisa juga diterjemahkan sebagai :<br /><br />(1) Tuan besar, majikan, pemimpin yang bagaikan as sebuah motor yang padanya<br />tergantung gerakan motor itu.<br /><br />(2) Ketua yang diakui kekuasaannya, berwibawa dan yang semua<br />perintah-perintahny a dipatuhi dan diendahkan.<br /><br />Sebagaimana Fir’aun menjadikan dirinya sebagai *rabb* selain Allah.<br /><br />Menjadikan manusia sebagai *Rabb* selain Allah *Subhanahu Wa Ta’ala* adalah<br />kemusyrikan. Sebagaimana orang Nasrani menjadikan alim-ulama dan<br />pendeta-pendeta mereka sebagai *Rabb* selain Allah *Subhanahu** Wa**Ta’ala*<br />*<br /><br />AYAT-AYAT YANG MENGANDUNG MAKNA (2) DAN SEBAHAGIAN DARI MAKNA (1)<br /><br />اِتَّخَ ُ ذوْا َأحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ َأرْبَابًا مِّن دُونِ الّلهِ<br /><br />Mereka angkat para alim-ulama dan pendita-pendita mereka sebagai Rabb-rabb<br />(tuhan-tuhan) selain Allah... QS.9:31.*<br /><br />وَ َ لا يَتَّخِ َ ذ بَعْضُنَا بَعْضًا َأرْبَابًا مِّن دُونِ الّلهِ<br /><br />Dan kita tidak saling menjadikan Rabb-rabb (tuhan-tuhan) selain Allah.<br />QS.3:64.<br /><br />Adapun yang dimaksud dari kata *Arbaban*, kata majmuk dari *Rabb* pada dua<br />ayat tersebut ialah, semua pemimpin, baik pemimpin agama, ormas dan orpol,<br />mahupun pemimpin lainnya, yang mengeluarkan aturan atau rencana yang lalu<br />ditaati dan dilaksanakan oleh bawahan mereka, sekalipun bertentangan dengan<br />ketentuan-ketentuan Allah. Malah dianggap biasa.<br /><br />(*) Ketika ayat ini dibacakan dihadapan shahabat ‘Adiy Ibnu Hatim, asalnya<br />beliau ini Nasrani sedang beliau datang kepada Rasul dalam keadaan masih<br />Nasrani. Dan ketika mendengar ayat ini dengan vonis-vonis di atas, maka<br />‘Adiy Ibnu Hatim berpikir: Kami (maksudnya: dia dan orang-orang Nasrani)<br />tidak pernah shalat, sujud kepada alim ulama kami, atau kepada pendeta kami,<br />lalu kenapa Allah memvonis kami musyrik, kami melanggar *Laa ilaaha<br />illallaah* dst. Jadi dalam benak ‘Adiy Ibnu Hatim bahwa yang namanya<br />kemusyikan itu adalah shalat, sujud atau memohon kepada selain Allah.<br />Sehingga mereka tidak mengetahui bahwa yang mereka lakukan selama ini adalah<br />kemusyrikan, mereka heran… sebenarnya apa kemusyrikan yang dilakukan dan<br />bagaimana bentuknya sehingga kami disebut telah mentuhankan alim ulama ?<br /><br /><span class="fullpost"> <br />Maka Rasulullah *shalallahu ‘alaihi wasallam* berkata: “*Bukankah orang –<br />orang alim dan para rahib kalian itu menghalalkan apa yang telah Allah<br />haramkan lalu kalian ikut-ikutan menghalalkannya? , bukankan mereka<br />mengharamkan apa yang telah Allah halalkan kemudian kalian juga<br />mengharamkannya? *”, lalu ‘Adiy berkata: “*Ya !*”, maka Rasul berkata: *“Itulah<br />bentuk peribadatan (orang nasrani) terhadap mereka*”<br /><br />Lengkapnya adalah sbb:<br /><br />Mengenai penafsiran ayat ini, at-Tirmidzi telah meriwayatkan dari Adi bin<br />Hatim, bahwa dia berkata: “Ya Rasulullah, mereka itu tidak menyembah mereka<br />(orang-orang alim dan para rahib).” Maka beliau Shallallahu Alaihi Wa Sallam<br />pun menjawab: “Tidak demikian, sesungguhnya orang – orang alim dan para<br />rahib menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal bagi mereka, lalu<br />mereka mengikuti orang – orang alim dan para rahib itu, maka yang demikian<br />itu merupakan *penyembahan* kepada orang-orang alim dan para rahib tersebut.<br />(Sumber : Tafsir Ibnu Katsir)<br /><br />Kembali ke pembahasan mengenai *rabb*.<br /><br />Contoh penggunaan kata “rabb” yang tidak diterjemahkan / diartikan sebagai<br />“tuhan”:<br /><br />َأمَّا َأحَدُ ُ كمَا َفيَسْقِي رَبَّهُ خَمْرًا<br /><br />Adapun salah seorang di antara kamu berdua, akan kembali melayani rabbnya<br />(tuan/majikannya) dengan minuman keras. QS.12:41.<br /><br />وََقا َ ل لِلَّذِي ظَنَّ َأنَّهُ نَاجٍ مِّنْهُمَا ا ْ ذ ُ كرْنِي عِندَ<br />رَبِّكَ َفَأنسَاهُ الشَّيْ َ طا ُ ن ذِكْرَ رَبِّهِ<br /><br />Dan (Yusuf) berkata kepada orang yang sudah diyakini akan bebas itu:<br /><br />Terangkanlah keadaanku kepada rabb (tuan)mu. Tetapi syaitan menjadikannya<br />lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada rabb (tuan)nya. QS.l2 :42.<br /><br />َفَلمَّا جَاءهُ الرَّسُو ُ ل َقا َ ل ارْجِعْ إَِلى رَبِّكَ َفاسَْأْلهُ مَا<br />بَا ُ ل النِّسْوَةِ اللاَّتِي َقطَّعْنَ َأيْدِيَهُنَّ إِنَّ<br /><br />رَبِّي بِ َ كيْدِهِنَّ عَلِيمٌ<br /><br />Tatkala utusan itu datang kepadanya (Yusuf), berkatalah ia (Yusuf):<br /><br />Kembalilah kepada rabb (tuan)mu dan tanyakanlah padanya bagaimana halnya<br />dengan wanita-wanita yang telah melukai (jari) tangan-tangan mereka.<br />Sesungguhnya Rabb (Tuhan)ku, Maha Mengetahui tipu-daya mereka. QS.12:50.<br /><br />Yusuf a.s. memberikan prediket *rabb* itu kepada raja dan penguasa atau<br />majikan-majikan di Mesir. Orang-orang Mesir pada waktu itu, menganggap<br />setiap raja, mahupun pejabat dan penguasa ataupun majikan, sebagai pemilik<br />dan berkuasa mutlak keatas mereka. Mereka dapat menyuruh dan melarang dalam<br />segala hal tanpa boleh dibantah. Dengan demikian mereka dianggap sebagai *<br />rabb-rabb*. Tetapi sebaliknya, Nabi Yusuf tidak bermaksud dari kata Rabbi<br />(Tuhanku) selain Allah s.w.t. Kerana, mutlaklah kekuasaanNya.<br /><br />Demikian juga yang dimaksud dengan Fir’aun. Ia menganggap dirinya adalah<br />penguasa tertinggi, pemimpin tertinggi bangsa Mesir. Karena bila ia mengakui<br />Musa a.s sebagai utusan dari *Rabb *yang *haq*, maka otomatis kekuasaannya<br />menjadi tidak berarti, menjadi terbatas karena diganti dengan<br />syariat-syariat dari Allah melalui Musa a.s.<br /><br />Jelasnya perhatikan kisah berikut ini : (NB: menurut pengetahuan modern,<br />dari peninggalan piramid dan hieroglyph, tuhan bangsa Mesir Kuno bukanlah<br />Fir’aun, melainkan ; Dewa Horus, Dewa Ra, Dewi Isis dan dewa-dewa yang lain)<br /><br />* *<br /><br />*FIR’AUN DAN BANGSA MESIR*<br /><br />Marilah kita telaah kisah Fir’aun Raja Mesir dan rakyatnya zaman dahulu.<br /><br />Mereka termasuk di antara bangsa-bangsa zaman dahulu yang dituduh dengan<br />yang tidak-tidak. Mereka dituduh masyarakat masa kini dengan apa yang<br />dilontarkan terhadap Namrud Raja Babilon dan rakyatnya, bahkan berlebihan.<br /><br />Fir’aun, selain dituduh ingkar akan Allah Tuhan seru sekalian alam,<br />memproklamasikan dirinya sebagai satu-satunya tuhan. Kalau benar, maka<br />alangkah tololnya Fir’aun itu menyatakannya di hadapan bangsanya yang boleh<br />dikatakan sudah tinggi kebudayaannya. Dan alangkah bodohnya bangsa Mesir,<br />terutama para pejabat pemerintahan jika mereka percaya.<br /><br />Fir’aun menentang Nabi Musa a.s. kerana paksaan politik anti suku Israel,<br />suku Musa. Sebab, itulah, maka. Fir’aun sangat gigih menentang *Uluhiyah*dan<br />*Rububiyah* Allah yang diperjuangkan Musa a.s., kendatipun meyakininya,<br />seperti kaum sekular dewasa ini. Adapun penjelasan lebih lanjut tentang<br />Fir’aun dan para pejabat tinggi pemerintahnya, adalah sebagai berikut:<br /><br />Ketika Nabi Yusuf a.s. dinobatkan sebagai raja baru Mesir pengganti yang<br />telah mangkat, maka perhatiannya sangat besar terhadap dakwah. Kerananya<br />dikenal seluruh lapisan, kendatipun tidak semuanya memeluk *dien* raja<br />mereka (Islam) itu. Tetapi mereka percaya bahwa Allah Pencipta alam semesta<br />ini, adalah *Ilah* dan *Rabb* (sesembahan dan Tuhan) mereka serta dewa-dewa<br />yang disembahnya itu.<br /><br />Ratusan tahun kemudian, dimana generasi-generasi bergantian, kaburlah ajaran<br />Yusuf itu. Namun demikian pengaruhnya masih ada pada generasi-generasi<br />pelanjut itu sampai generasi Musa a.s. Musa pun diutus Allah sebagai Rasul<br />dan Nabi sekaligus. Adapun bukti pengaruh ajaran Yusuf a.s. itu yang masih<br />melekat pada diri orang-orang Mesir ialah ketika kabinet berkali-kali sidang<br />di bawah pimpinan Fir’aun yang hendak merencanakan pembunuhan Musa a.s.,<br />maka tampillah salah seorang menteri di antaranya menentang perencanaan itu<br />seraya berkata:<br /><br />َأتَقْتُُلو َ ن رَجًُلا َأن يَُقو َ ل رَبِّيَ اللَّهُ وََقدْ جَآءَ ُ كم<br />بِاْلبَيِّنَاتِ مِن رَّبِّ ُ كمْ وَإِن يَكُ َ كاذِبًا َفعََليْهِ<br /><br />َ كذِبُهُ وَإِن يَكُ صَادًِقا يُصِبْ ُ كم بَعْضُ الَّذِي يَعِدُكُمْ إِنَّ<br />اللَّهَ َلا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ<br /><br />كَذَّابٌ يَا َقوْمِ َلكُمُ الْمُلْكُ الْيَوْمَ َ ظاهِرِينَ فِي الَْأرْضِ<br />َفمَن يَنصُرُنَا مِن بَأْسِ اللَّهِ إِ ْ ن<br /><br />جَآءَنَا<br /><br />Apakah kamu akan membunuh orang kerana ia menyatakan bahawa Tuhannya adalah<br />Allah dan telah membawakan bukti-bukti akan kebenarannya dari Tuhan kalian<br />itu? Seandainya ia dusta, maka ia akan memikul akibatnya. Tetapi kalau<br />benar, maka kamu akan mengalami bencana yang dikatakannya itu. Dan Allah<br />takkan menunjuki orang yang bersikeras dan pendusta. Hai kaumku, sekarang<br />kamulah yang berkuasa, bertindak semahu diri. Tetapi ingatlah nanti, siapa<br />gerangan yang akan dapat menolong kita bila azab Allah (bencana) menimpa<br />kita? QS.40:28-29.<br /><br />يَا َقوْمِ إِنِّي َأخَافُ عََليْ ُ كم مِّثْ َ ل يَوْمِ الْأَحْزَابِ مِثْ َ ل<br />دَأْبِ َقوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وََثمُودَ وَالَّذِينَ<br /><br />مِن بَعْدِهِمْ<br /><br />Hai kaumku, sungguh aku khuatir (bencana) menimpa kalian seperti yang<br />menimpa kelompok.kelompok masa lalu. Seperti nasib Kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud dan<br />lain-lainnya. QS.40 :30-31.<br /><br />ََلَقدْ جَآءَ ُ كمْ يُوسُفُ مِن َقبْلُ بِاْلبَيِّنَاتِ َفمَا زِْلتُمْ فِي<br />شَكٍّ مِّمَّا جَآءَ ُ كم بِهِ حَتَّى إَِذا<br /><br />هََلكَ ُقْلتُمْ َلن يَبْعَ َ ث اللَّهُ مِن بَعْدِهِ رَسُوًلا<br /><br />Dan dahulu telah datang pada kalian Yusuf dengan keterangan yang jelas,<br />tetapi kalian tiada hentinya meragukan apa yang ia bawa kepada kalian itu.<br />Sampai ketika ia meninggal, maka kalian berkata: Allah tidak akan mengutus<br />seorang Rasul lagi sesudahnya.. . QS.40:34.<br /><br />وَيَا َقوْمِ مَا لِي َأدْعُو ُ كمْ إَِلى النَّجَاةِ وَتَدْعُونَنِي إَِلى<br />النَّارِ تَدْعُونَنِي لَِأكْفُرَ بِاللَّهِ وَأُشْرِكَ<br /><br />بِهِ مَا َليْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وََأنَا َأدْعُو ُ كمْ إَِلى الْعَزِيزِ<br />اْلغَفَّارِ<br /><br />Hai kaumku, sungguh aku hendak menghindarkan kalian dari bencana tapi<br />mengapa kamu hendak mengajakku ke neraka (penderitaan) ? Kamu suruh aku<br />menentang Allah dan menyekutukan dengan Dia apa yang tidak kukenal, sedang<br />aku mengajak kalian kepada yang Maha Gagah lagi Maha Pemurah. QS.40: 41-42<br /><br />Dari kata-kata pejabat tinggi tadi, maka jelaslah sudah betapa ajaran Nabi<br />Yusuf membekas pada diri-diri mereka semua, kendatipun setelah ditinggalnya<br />sejak ratusan tahun. Mengingatkan ini, maka tak mungkinlah seorang orang pun<br />di antara bangsa Mesir ketika tidak tersentuh hatinya oleh dakwah Nabi Yusuf<br />a.s. itu. Kerana itu, tidak akan ada yang engkar terhadap Allah, Tuhan seru<br />sekalian alam, takkan engkar terhadap *Uluhiyah* dan RububiyahNya. Tetapi,<br />mereka berbuat suatu kesalahan besar, seperti kesalahan yang dilakukan oleh<br />bangsa-bangsa atau suku suku dan kaum Nuh Ad, Tsamud Namrud dan Babilon dan<br />lain-lainnya, seperti anda ketahui dan halaman-halaman lalu.<br /><br />Kesalahan tersebut ialah mempersekutukan anasir-anasir atau oknum-oknum<br />tertentu dengan Allah dalam *Rububiyah* dan *Uluhiyah*. Dengan demikian<br />bererti kekuasaan Allah tidak mutlak, lantaran terbahagi di antara<br />oknum-oknum yang telah dipersekutukan mereka itu. Dengan demikian, mereka<br />menentang ketentuan-ketentuan Allah menolak perintah dan menggeser<br />laranganNya.<br /><br />Kini timbul tandatanya tentang peribadi Fir’aun Raja Mesir dahulu itu.<br />Menurut pendapat orang-orang Islam pada umumnya, bahwa Fir’aun itu, tidak<br />percaya akan adanya Allah, engkar terhadap Tuhan seru sekalian alam. Ia<br />menganggap dirinya sebagai *ilah* dan *rabb*, sesembahan dan tuhan. Pendapat<br />ini berdasarkan al-Quran. Antara lain:<br /><br />(1) Ketika Musa berkata: “Aku adalah pesuruh Tuhan seru sekalian alam,” maka<br />sambut Fir’aun dengan pertanyaan: “Gerangan apakah Tuhan seru sekalian alam<br />(Rabbul-alamin) itu?” Q.26:16&23.<br /><br />(2) Perintah Fir’aun kepada Haman agar membangunkan sebuah menara untuk<br />membuktikan Ilah (Sesembahan) Musa a.s. Q.40:36-37.<br /><br />(3) Ancamannya pada Musa a.s.: “Jika engkau menganggap suatu tuhan selain<br />aku, akan ku penjarakan.” Q.26:29.<br /><br />(4) Pernyataannya di depan rakyat: “Akulah rabb (tuhan) kalian.” Q.79:24.<br /><br />(5) Pernyataannya di depan para pejabat tinggi: “Tidak ada ilah (sesembahan)<br />bagi kalian selain aku.” Q.28 :38<br /><br />Pernyataan-pernyata an serupa tersebut, memang menimbulkan tuduhan atas diri<br />Fir’aun sebagai tidak percaya akan adanya Allah, tidak mengenal *<br />Rabbulalamin* , Pencipta dan Tuhan seru sekalian alam dan menganggap dirinya<br />sebagai tuhan dan sesembahan. Sesungguhnya, pernyataan-pernyata an Fir’aun<br />tadi, terdorong oleh emosi dan rasa khuatir yang mencengkam alam fikirannya.<br />Ia khuatir dengan dakwah atau misi Musa itu, kekuasaan negara akan jatuh<br />kembali ke tangan suku Bani Israel lagi.<br /><br />Ketika Nabi Yusuf as. menduduki singgahsana kerajaan Mesir, beliau<br />menyebar-luaskan kepercayaan terhadap Allah sebagai satu-satunya sesembahan<br />dan Tuhan seru sekalian alam, sehingga mereka yang tidak memeluk agama yang<br />dibawakannya itupun rnenghayati kepercayaan tersebut.<br /><br />Berkat keluhuran keperibadiannya, maka besar jualah pengaruhnya di hati<br />segenap masyarakat, dimana sukunya (Israel) berpengaruh dan disegani. Maka<br />dengan mudah mereka mendapatkan kedudukan-kedudukan tinggi dalam<br />pemerintahan selama beberapa abad.<br /><br />Tiada sesuatu yang kekal di alam ini. Begitulah halnya dengan pengaruh dan<br />kekuasaan suku Israel di Mesir itu. Tindakan dan tingkah pola mereka yang<br />tidak senonoh atau adil itu, menimbulkan anti pati kebencian terhadap mereka<br />di kalangan rakyat Mesir dan tokoh — atau pemuka-pemuka mereka.<br />Makatimbullah pergolakan. Sudah tentu kemenangan akhirnya di pihak yang<br />adil.<br /><br />Tetapi suku Israel berusaha mengambil alih kembali kekuasaan atas Mesir di<br />bawah tanah. Tetapi pemerintah mengadakan pengawasan terhadap mereka lebih<br />ketat. Sehingga setiap bayi laki-laki yang lahir dibunuh, supaya<br />lama-kelamaan kaum laki-laki musnah kerana tiada pengganti. Dengan demikian,<br />maka akan punahlah suku Israel itu dari permukaan bumi sekiranya tidak<br />ditolong Allah s.w.t.<br /><br />Maka dengan seizin Allah, lahirlah seorang bayi laki-laki dan dia bernama<br />Musa yang dapat perlindungan khusus dari Allah dari kekejaman atau<br />kebijaksanaan Fir’aun yang tidak bijaksana itu. Malah justeru dipelihara<br />oleh Fir’aun di dalam istana sebagai anak dan pangeran yang disayangi sekali<br />oleh sekeluarga. Sehingga apabila sudah dewasa dan layak diberi tugas<br />risalah (misi) oleh Allah, Tuhan seru sekalian alam, maka Fir’aun dan<br />kelompoknya akan menghadapi suatu tentangan yang sungguh berat sekali,<br />dimana tiada alternatif bagi mereka selain tunduk dan setia pada misi Musa<br />itu, dimana menurut pendapat mereka, bererti menyerahkan kembali kekuasaan<br />negara kepada Musa dan suku Israel yang sudah dikenal di masa lalu sebagai<br />penguasa-penguasa yang tidak adil dalam segala tindakan mereka, sehingga<br />memiskinkan dan memelaratkan rakyat. Atau menentang Musa, dimana masih<br />tampak harapan untuk bertahan. Maka yang inilah dipilihnya dan dijadikannya<br />sebagai garis besar haluan negara. Mereka tidak segan-segan lagi<br />mempergunakan segala tipudaya dan muslihat serta intimidasi dengan asal demi<br />kemenangan terakhir.<br /><br />Dalam pada itu, al-Quran menceritakan sebagai berikut: Berkatalah Fir’aun<br />kepada para pejabat terasnya ketika menerima Musa a.s. dan menghadapinya:<br /><br />َفَلوَْلا أُلْقِيَ عََليْهِ َأسْوِرٌَة مِّن َذهَبٍ َأوْ جَآءَ مَعَهُ<br />الْمَلَائِ َ كةُ مُقْتَرِنِينَ<br /><br />(Sebagai utusan Allah) mengapa tidak dipakaikan padanya seragam dari emas<br />(tanda kebesaran) atau diiringi barisan Malaikat? QS.43 :53.<br /><br />Apakah mungkin berkata demikian seorang engkar akan Allah dan Malaikat itu?<br /><br />Di lain bahagian al-Quran membawakan dialog yang pernah terjadi antara<br />mereka berdua. laitu, setelah Musa a.s. mempertunjukkan beberapa Mukjizat<br />kepadanya, maka Fir’aun berkata:<br /><br />فَقَا َ ل َلهُ فِرْعَو ُ ن إِنِّي َلَأظُنُّكَ يَا مُوسَى مَسْحُورًا َقا َ ل<br />َلَقدْ عَلِمْتَ مَا َأنزَ َ ل هَؤُلآءِ إِلاَّ<br /><br />رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ بَصَآئِرَ وَإِنِّي َلَأظُنُّكَ يَا فِرْعَو ُ<br />ن مَْثبُورًا<br /><br />Maka berkatalah Fir’aun: Hai Musa, jelaslah bagiku, bahawa semua itu, adalah<br />sihir (black magic) semata.<br /><br />Lalu jawab Musa: Sesungguhnya engkau sudah tahu dan yakin benar, bahawa hal<br />itu takkan dapat diperlakukan kecuali oleh Tuhan seru sekalian alam. Dan aku<br />yakin, bahawa engkau hai Fir’aun pasti binasa. QS.17:l0l-102.<br /><br />Di ayat lain al-Quran membongkar isi hati Fir’aun dan kuncu kuncunya:<br /><br />َفَلمَّا جَآءَتْهُمْ آيَاتُنَا مُبْصِرًَة َقاُلوا هَ َ ذا سِحْرٌ مُّبِينٌ<br />وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيَْقنَتْهَآ َأنُفسُهُمْ<br /><br />ُ ظْلمًا وَعُُلوا<br /><br />Maka tatkala mukjizat-mukjizat Kami (Allah) itu sampai kepada mereka dengan<br />jelasnya, mereka sanggah: Ini adalah sihir semata. Sengaja mereka engkari,<br />padahal mereka yakin dalam hati akan kebenarannya. QS.27:l3-14.<br /><br />Di bahagian lain, al-Quran mengungkapkan tipu daya pihak Fir’aun<br /><br />terhadap dakwah Musa di muka umum:<br /><br />َقا َ ل َلهُم مُّوسَى وَيَْل ُ كمْ َلا تَفْتَرُوا عََلى اللَّهِ َ كذِبًا<br />َفيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ وََقدْ خَابَ مَنِ<br /><br />اْفتَرَى َفتَنَازَعُوا َأمْرَهُم بَيْنَهُمْ وََأسَرُّوا النَّجْوَى َقاُلوا<br />إِ ْ ن هَذَانِ َلسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ َأن<br /><br />يُخْرِجَا ُ كم مِّنْ َأرْضِ ُ كم بِسِحْرِهِمَا وَيَ ْ ذهَبَا بِطَرِيَقتِكُمُ<br />اْلمُْثَلى<br /><br />Kata Musa kepada mereka: Hati-hatilah, jangan berdusta terhadap Allah, kelak<br />kamu dibinasakanNya dengan azab. Dan pastilah rugi orang berdusta itu.<br /><br />Lalu timbul perselisihan pendapat di antara mereka sendiri tentang sikap<br />yang akan diambilnya dalam sidang tertutup.<br /><br />Lalu kata mereka di hadapan umum: Bahawasanya dua ahli sihir ini, akan<br />merebut kekuasaan negerimu ini dengan sihir serta mengubah<br />peraturan-peraturan mu yang sempurna itu sekali. QS.20:6l-63.<br /><br />Adapun yang menimbulkan perselisihan di antara pihak. Fir’aun atau penguasa<br />ialah ancaman Musa terhadap mereka dengan kepastian menimpanya *azab* Allah<br />(bencana, kekacauan, kesulitan dan lain lain lagi) bila mereka menentang<br />ketentuan ketentuan Allah (norma-norma alamiah/insaniah) yang berlaku sejak<br />dahulu hingga akhir zaman. Dengan ini mereka sedari benar-benar dengan penuh<br />keyakinan, tidak dibantah. Akan tetapi kerana mereka khuatir kekuasaan<br />negeri jatuh kembali di tangan suku Israel golongan Musa itu, maka kebenaran<br />dan keadilan yang diperjuangkan Musa itu selalu diputar belitkan.<br /><br />Mukjizat-mukjizat yang tak mungkin dilakukan kecuali oleh Allah dengan<br />perantaraan pesuruh atau RasulNya dianggapnya sihir seperti yang dilakukan<br />oleh banyak ahli sihir. Dan Musa difitnah mereka sabagai ahli sihir yang<br />sangat mahir yang mahu merebut kekuasaan negara dan bangsa Mesir, dimana<br />undang-undang dan peraturan serta adat istiadat bangsa Mesir yang sudah<br />sempurna itu dibuangnya.<br /><br />Kerana jelas sudah hakikat tersebut, maka mudahlah bagi kita untuk<br />selanjutnya mengkaji:<br /><br />(1) Apa sebab Fir’aun memusuhi Musa a s.<br /><br />(2) Di sektor manakah kesesatan (kekeliruan) Fir’aun dan orang Mesir masa<br />lalu itu?<br /><br />(3) Erti yang manakah dari kata *ar* *Rabb* yang dimaksud Fir’aun hingga ia<br />menganggap dirinya sebagai *ilah* dan *rabb* (sesembahan dan tuhan) itu?<br /><br />Supaya mendapatkan jawapan yang memuaskan, baiklah kita telaah lebih dahulu<br />keterangan yang disertai ayat ayat al Quran sebagai berikut.<br /><br />(1) Kelompok yang berpihak Fir’aun, setiap kali mendapat kesempatan dalam<br />pertemuan, baik di sidang mahupun di luarnya menganjurkan Fir’aun agar<br />bertindak sekeras-kerasnya terhadap gerakan atau dakwah Musa a.s. itu:<br /><br />َأتَ َ ذرُ مُوسَى وََقوْمَهُ لِيُ ْ فسِدُوْا فِي الأَرْضِ وَيَ َ ذرَكَ<br />وَآلِهَتَكَ<br /><br />Mengapa tuan biarkan saja Musa dan sukunya mengacau dan meninggalkan (tidak<br />menghiraukan) tuan dan sesembahan-sesembah an tuan itu? QS.7 :127.<br /><br />Sebaliknya, di pihak yang pro Musa dan merahsiakan imannya di antara<br />pejabat-pejabat tinggi itu, berkata:<br /><br />تَدْعُونَنِي لَِأكْفُرَ بِاللَّهِ وَأُشْرِكَ بِهِ مَا َليْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ<br /><br />(Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir terhadap Allah dan mempersekutukan<br />dengan Dia apa yang tak kuketahui itu? Q.40:42.<br /><br />Jika kedua ayat tersebut dan sejarah Fir’aun dan Mesir pada masa dahulu itu<br />diteliti, maka akan jelaslah bahwa berhala-berhala atau<br />sesembahan-sesembah an yang mereka persekutukan dengan Allah dalam<br />RububiyahNya, terbatas pada makna (Memelihara dan menjamin atau memenuhi<br />keinginan yang dipelihara) dan (Membimbing serta mengawasi di samping<br />memperbaiki dalam segala hal.). Maka itu, mereka sembah. Seandainya Fir’aun<br />mengangkat dirinya sebagai *rabb* (tuhan) dalam arti yang luas itu, iaitu<br />menguasai seluruh ketentuan alam dan tata-tertibnya serta tiada tuhan<br />mahupun sesembahan selain dia, maka takkan berdiri sebuah patung berhala pun<br />di tanah Mesir itu.<br /><br />(2) Adapun pernyataan Fir’aun di hadapan seluruh pejabat tinggi:<br /><br />يَا َأيُّهَا الْمََلأُ مَا عَلِمْتُ َل ُ كم مِّنْ إَِلهٍ َ غيْرِي<br /><br />Hai seluruh pejabat: Selainku, tiada tuhan bagi kamu. Q.28 :38.<br /><br />Dan ancamannya kepada Musa a.s.:<br /><br />َلئِنِ اتَّخَذْتَ إَِلهًا َ غيْرِي َلَأجْعََلنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ<br /><br />Akan kupenjarakan jika engkau mempertuhankan sesuatu selainku. Q.26 :29.<br /><br />Maksud Fir’aun dengan kata-katanya di atas tadi ialah, melarang Musa untuk<br />berdakwah. Tidak bererti bahawa ia ingkar akan Allah dan ingkar terhadap<br />berhala-berhala yang disembahnya dan disembah rakyat. Kalau dibiarkannya<br />Musa herdakwah hingga berhasil, maka takkan ada satupun tuhan akan diakui<br />selain Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tuhan yang tak terbatas kekuasaanNya<br />di segala lapangan hidup, baik lapangan politik mahupun sosial dan<br />lain-lainnya tanpa kekecualian, dimana Fir’aun dan yang lain takkan berkuasa<br />dan berbuat semahunya. Dan tak dapat memperbudakkan rakyat sebagaimana<br />raja-raja dan penguasa dahulu. Sebab itulah, maka ia tak dapat menguasai<br />emosinya ketika berkata di hadapan umum: Hai ketahuilah, bahawa tiada<br />sesuatu yang bersifat seperti yang di katakan Musa itu selainku. Dan engkau,<br />hai Musa, jika engkau mempertuhankan sesuatu selainku, maka akan<br />kupenjarakanlah.<br /><br />Dan penjelasan al-Quran dan dari sejarah bangsa-bangsa masa lalu dan<br />pengalaman-Pengalam an mereka, jelaslah bahawa raja-raja zaman dahulu (di<br />zaman sekarang pun ada) di antaranya Fir’aun-fir’aun Mesir, tidak hanya<br />bercita cita menguasai fisik dan material rakyat mereka, akan tetapi juga<br />hendak menguasai alam fikirannya. Mereka propagandakan dengan cara apapun<br />agar diri-diri mereka dianggap turunan dewa-dewa, sempurna, tiada kekurangan<br />atau kelemahannya, dimana kemudian mereka di persekutukan dengan Allah,<br />Tuhan seru sekalian alam dalam sektor *Uluhiyah* dan *Rububiyah*. Dalam pada<br />itu dan untuk maksud tersebut, sengaja diadakannya upacara-upacara khusus<br />yang harus ditaati, baik oleh rakyat-jelata mahupun pejabat setiap menghadap<br />sang raja. Jika mereka mati atau diganti, maka berpindahlah kekuasaan rohani<br />itu ke lain tangan, begitupun kebesaran dan keagungannya yang bersifat<br />sementara itu.<br /><br />(3) Pengakuan Fir’aun akan uluhiyah (ketuhanan) dirinya hanya terbatas pada<br />lingkungan yang dikuasainya. Bukan *Uluhiyah* yang mutlak kekuasannya itu.<br />laitu kekuasaan atas seluruh alam semesta. Apabila ia berkata:<br /><br />َأنَا رَبُّ ُ كمُ اْلَأعَْلى<br /><br />Akulah tuhanmu yang paling tinggi. Q.79:24.<br /><br />Maka yang dimaksudkan olehnya ialah bahwa ia adalah penguasa atau pemimpin<br />yang tertinggi di Mesir. Maka sudahlah sayugianya setiap perintah dan<br />larangannya diendahkan dan ditaati sekali. Tetapi terbatas pada tiga sektor,<br />iaitu sektor 3, 4 dan 5. Sedangkan sektor-sektor 1 dan 2 dikuasai Allah,<br />Tuhan seru sekalian alam itu, dimana tiada satupun yang ikut berkuasa. Kini,<br />apakah benar atau tidak penyataan Fir’aun menurut tutur al-Quran: Wahai<br />bangsa Mesir, apakah negeri ini bukan milikku di mana sungai-sungai mengalir<br />di bawah kekuasaanku (irigasi)?:<br /><br />وَنَادَى فِرْعَوْ ُ ن فِي َقوْمِهِ َقا َ ل يَا َقوْمِ َأَليْسَ لِي مُلْكُ<br />مِصْرَ وَهَذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِن<br /><br />تَحْتِي َأَفَلا تُبْصِرُو َ ن<br /><br />Dan Fir’aun berseru kepada kaumnya seraya berkata: Hai Kaumku, bukankah<br />kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan bukankah sungai-sungai ini mengalir di<br />bawah kekuasaanku, apakah kamu tidak merenungkannya? Q.43:51.<br /><br />Namrud Raja Babilon itupun, menganggap dirinya sebagai rabb (tuhan) dengan<br />alasan serupa, iaitu kekuasaan:<br /><br />َأَلمْ تَرَ إَِلى الَّذِي حَآجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رِبِّهِ َأ ْ ن آتَاهُ<br />اللّهُ اْلمُْلكَ<br /><br />Apakah engkau sudah tahu tentang orang yang mendebat Ibrahim tentang<br />Tuhannya kerana dianugerahi Allah sebuah *kerajaan*? Q.2:258.<br /><br />Maka itu, raja Mesir sebelum Musa, telah menobatkan Nabi Yusuf a.s. sebagai<br />gantinya, tanpa pemilihan umum atau persepakatan dan majlis permusyawaratan.<br />Sebab, sebagai raja, maka ia berkuasa penuh, serupa diktator.<br /><br />(4) Adapun faktor utama yang menyebabkan permusuhan yang tajam dari pihak<br />Fir’aun dari kawan-kawannya terhadap Musa a.s., bukanlah kerana Musa<br />menyatakan kemutlakan *Rububiyah* dan *Uluhiyah* Allah atas sekalian alam<br />ini, akan tetapi ialah kerana menganggap Allah itu sebagai satu-satunya<br />Tuhan yang berkuasa penuh di langit dan di bumi sekali. Maka itu, seluruh<br />makhluk harus tunduk pada ketentuan-ketentuan Nya dalam seluruh aspek-aspek<br />kehidupan, politik, sosial, ekonomi dan lain. Iainnya, baik individu,<br />mahupun perkumpulan.<br /><br />Atas dasar ini, maka wajiblah Fir’aun menyerahkan kekuasaan negeri Mesir itu<br />kepada Musa a.s. yang sudah ditunjuk Allah sebagai Rasul (utusan), dimana<br />kemudian Musa akan menerima arahan arahan dan petunjuk Allah, Tuhan seru<br />sekalian alam itu. Dan mukjizat-mukjizat yang ditunjukkan oleh Musa dan<br />doa-doanya yang selalu dikabulkan Allah itu, sebagai langkah langkah pertama<br />untuk meyakinkan Fir’aun.<br /><br />Kerana itulah, maka Fir’aun menjadi kalap dan berusaha menyahkan Musa walau<br />dengan membunuhnya. Sebab, jelas ia akan kehilangan kejayaan dan<br />kekuasaannya bila Musa dibiarkan bebas berdakwah. Ia mengerahkan segala<br />kemampuannya, mengerahkan Departmen Penerangannya untuk berkempen di seluruh<br />pelosok tanahair mengenai kegiatan Musa dan saudara kandungnya (Harun) untuk<br />mengembalikan kekuasaan Mesir kepada suku Israel seperti masa-masa lalu,<br />dimana nanti tatacara hidup, adat istiadat dan peraturan-peraturan kita yang<br />sempurna itu diganti dengan yang baru menurut kehendak mereka. Dan kita<br />dijajah serta dijadikan budak budaknya Demikian kurang lebih keterangan<br />al-Quran berikut:<br /><br />وََلَقدْ َأرْسَْلنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا وَسُْل َ طانٍ مُّبِينٍ إَِلى<br />فِرْعَوْ َ ن وَمََلئِهِ َفاتَّبَعُوْا َأمْرَ فِرْعَوْ َ ن وَمَا<br /><br />َأمْرُ فِرْعَوْ َ ن بِرَشِيدٍ<br /><br />Dan telah, Kami (Allah) utus Musa dengan peraturan peraturan Kami dan dengan<br />mukjizat yang nyata. Kepada Fir’aun dan pembesar-pembesarny a. Tapi mereka<br />ikuti perintah Fir’aun padahal perintah Fir’aun tidak benar. Q.11:96-97.<br /><br />ََلَقدْ َفتَنَّا َقبَْلهُمْ َقوْمَ فِرْعَوْ َ ن وَجَآءَهُمْ رَسُو ٌ ل َ<br />كرِيمٌ َأ ْ ن َأدُّوا إَِليَّ عِبَادَ اللَّهِ إِنِّي َل ُ كمْ<br /><br />رَسُو ٌ ل َأمِينٌ وََأنْ لَّا تَعُْلوا عََلى اللَّهِ إِنِّي آتِي ُ كم بِسُْل<br />َ طانٍ مُّبِينٍ<br /><br />Sesungguhnya sebelum mereka (Quraisy) telah Kami (Allah) cuba kaum Fir’aun,<br />dimana datang kepada mereka seorang utusan yang mulia (berwibawa).<br /><br />Seraya berkata: Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (rakyat/bangsa) , aku<br />adalah pemimpin yang dapat dipercaya. Dan kamu jangan membangkang terhadap<br />perintah Allah. Kini kubawakan kepemimpinan yang jelas. Q.44:17-19<br /><br />نَِّا َأرْسَْلنَآ إَِليْ ُ كمْ رَسُوًلا شَاهِدًا عََليْ ُ كمْ َ كمَآ<br />َأرْسَْلنَآ إَِلى فِرْعَوْ َ ن رَسُوًلا َفعَصَى فِرْعَوْ ُ ن<br /><br />الرَّسُو َ ل فَأَخَذْنَاهُ َأخْ ً ذا وَبِيلًا<br /><br />Bahawasanya Kami (Allah) mengutuskan kepada kamu (Quraisy) seorang Rasul<br />sebagai pimpinan atas kamu, sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul<br />kepada Fir’aun. Tetapi Fir’aun menderhakai Rasul itu, maka Kami balasnya<br />dengan tegas. Q.73.15-16.<br /><br />َقا َ ل َفمَن رَّبُّ ُ كمَا يَا مُوسَى قَا َ ل رَبُّنَا الَّذِي َأعْ َ طى ُ<br />كلَّ شَيْءٍ خَلَْقهُ ُثمَّ هَدَى<br /><br />Fir’aun bertanya kepada Musa dan Harun: Maka siapakah Tuhanmu itu? Maka<br />jawabnya: Tuhan kami ialah yang memenuhi segala keinginan makhlukNya,<br />kemudian diberinya naluri. Q.20 :49-50<br /><br />قَا َ ل فِرْعَوْ ُ ن وَمَا رَبُّ الْعَاَلمِينَ قَا َ ل رَبُّ السَّمَاوَاتِ<br />وَالَْأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إن ُ كنتُم<br /><br />مُّوقِنِينَ َقا َ ل لِمَنْ حَوَْلهُ َأَلا تَسْتَمِعُو َ ن َقا َ ل رَبُّ ُ<br />كمْ وَرَبُّ آبَائِ ُ كمُ الَْأوَّلِينَ َقا َ ل إِنَّ رَسُوَلكُمُ<br /><br />الَّذِي أُرْسِ َ ل إَِليْ ُ كمْ َلمَجْنُو ٌ ن قَا َ ل رَبُّ الْمَشْرِقِ<br />وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِن ُ كنتُمْ تَعْقُِلو َ ن<br /><br />َقا َ ل َلئِنِ اتَّخَذْتَ إَِلهًا َ غيْرِي َلَأجْعََلنَّكَ مِنَ<br />الْمَسْجُونِينَ<br /><br />Fir’aun bertanya: Apa gerangan Tuhan seru sekalian alam itu?<br /><br />Musa menjawab: Tuhan Pencipta bumi dan langit serta apa yang ada antara<br />keduanya, jika kamu percaya.<br /><br />Berkatalah Fir’aun kepada orang orang sekitarnya: Sudahkah kamu dengar?<br /><br />Musa berkata: Dia, adalah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu.<br /><br />Firaun berkata: Bahawasanya utusan yang akan dijadikan sebagai pemimpinmu<br />itu, sungguh gila.<br /><br />Kata Musa selanjutnya: Dia Tuhan (yang menguasai) Timur dan Barat dan apa<br />yang ada antara keduanya, jika kamu menggunakan akal.<br /><br />Lalu Fir’aun mengancam: Jika engkau mempertuhan selain daripadaku, nescaya<br />ku humbankan ke dalam penjara. Q.26:23-29.<br /><br />َقا َ ل َأجِْئتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ َأرْضِنَا بِسِحْرِكَ يَا مُوسَى<br /><br />Fir’aun bertanya: Hai Musa, apakah kau hendak mengambil alih kekuasaan<br />negeri ini dari tangan kami dengan mempergunakan sihirmu itu? Q.20:57.<br /><br />وََقا َ ل فِرْعَوْ ُ ن َذرُونِي َاْقتُ ْ ل مُوسَى وَْليَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي<br />َأخَافُ َأن يُبَدِّ َ ل دِينَ ُ كمْ َأوْ َأن يُظْهِرَ<br /><br />فِي الَْأرْضِ الْفَسَادَ<br /><br />Dan berkatalah Fir’aun: Biarlah Musa kubunuh saja dan biarlah dia minta<br />tolong kepada Tuhannya. Sungguh aku khuatir akan diubahnya agamamu<br />(peraturan-peratura n) atau membuat kekacauan di negara ini. Q.40:26<br /><br />َقاُلوا إِ ْ ن هَذَانِ َلسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ َأن يُخْرِجَا ُ كم مِّنْ<br />َأرْضِ ُ كم بِسِحْرِهِمَا وَيَ ْ ذهَبَا<br /><br />بِطَرِيَقتِكُمُ اْلمُْثَلى<br /><br />Mereka berkata: Bahwasanya kedua orang ini adalah benar-benar ahli sihir<br />yang hendak mengambil kekuasaan negerimu ini dengan sihirnya dan mengubah<br />tata-cara hidupmu (peraturan-peratura n) yang sudah sempurna itu. Q.20:63.<br /><br />Ayat-ayat tersebut di atas, jika diteliti satu demi satu, akan jelaslah<br />bahwa kekufuran bangsa-bangsa masa lalu itu, serupalah dengan kekufuran<br />sebahagian dari bangsa Mesir di waktu Fir’aun. Maka itu dakwah dan<br />perjuangan para Rasul dan Nabi samalah motifnya dengan perjuangan dan dakwah<br />Musa dan Harun pada masa dahulu itu.<br /><br />*Wallahu a’lam *bishawab<br /><br />Disarikan dari : Empat Kalimah Di Dalam Al-Quran oleh *Al-Maududi*<br /> </span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-86696281755749568552010-05-22T18:08:00.000-07:002010-05-22T18:10:43.614-07:00Perlunya kita memahami ilmu Tasawuf (sarana kembali kepada Allah)Posted by: "ZonJonggol" zonatjonggol@yahoo.com zonatjonggol<br />Thu May 20, 2010 9:07 pm (PDT)<br /><br /><br />Perlunya kita memahami ilmu Tasawuf (sarana kembali kepada Allah)<br /><br />Sesungguhnya, kita sejak bayi dalam kandungan Ibu, dalam keadaan bersih dan suci, telah bersaksi "sebenar-benarnya" bersaksi bahwa La ilaha illallah , tiada tuhan selain Allah. Kesaksian ketika kita dalam kandunagn Ibu, sebagaimana firman Allah yang artinya<br /><br />"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (QS- Al A'raf 7:172)<br /><br />Setelah anak manusia terlahir ke dunia, keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenal oleh anak. Ibu dan ayah adalah manusia-manusia dewasa kepada siapa anak belajar kata-kata yang pertama. Khususnya kepada Ibu, anak belajar kasih sayang. Kepada ayah, anak belajar tanggung jawab dan kepemimpinan. Bagaimana sikap ibu dan ayah kepada anak, sikap ayah kepada ibu dan sebaliknya ibu kepada ayah, adalah pola interaksi yang pertama dipelajari anak.<br /><br /><span class="fullpost"> <br />Dengan telinga dan matanya, anak belajar menyerap fakta dan informasi. Semakin banyak yang terekam, itulah yang paling mudah ditirunya. Bagaikan kertas putih bersih, orang tuanya yang akan memberinya coretan dan warna yang pertama. Betapapun sederhananya pola pendidikan dalam sebuah keluarga, tetap-lah sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak. Keluarga merupakan awal bagi pertumbuhan pola pikir dan perasaan anak.<br /><br />Untuk itu bagi kita yang telah menjadi orang tua, dalam mendidik anak, sebaiknya selalu berharap atau memohon pertolonganNya karena segala sesuatu atas kehendakNya. Kita hanya menjalankan keinginanNya. Janganlah dengan hawa nafsu kita, memberikan "coretan" pada "kertas putih" anak kita. Kesadaran dan selalu mengingat Allah setiap saat dalam kehidupan kita dunia mutlak kita hadirkan agar segala perbuatan kita sesuai dengan kehendakNya.<br /><br />Setelah kita mencapai akil balik dengan segenap ilmu yang telah kita pelajari dan pahami, baik dari pengajaran orang tua, guru dan lingkungan beserta karunia Allah akan pemahaman Al-Qur'an dan Hadits, kita "memulai" mengarungi kehidupan dunia. Kemanakah tujuan arungan kehidupan kita ?<br /><br />Sebagaimana keinginan Allah yang disampaikan dalam firmanNya yang artinya,<br /><br />"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku" (Az Zariyat : 56)<br /><br />"Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai kematian menjemputmu" (al Hijr: 99)<br /><br />Arungan kehidupan kita di dunia sesungguhnya adalah menuju kepada Allah, selalu sadar dan yakin akan keberadaan Allah, selalu mengingat Allah, sepanjang kehidupan kita di dunia sampai kematian menjemput kita.<br /><br />Sehingga kita bisa bersaksi kepada Allah yang Maha Esa dalam sebenar-benarnya "bersaksi" sebagaimana kita dalam kandungan Ibu dahulu. Sayangnya setelah bayi dan kita tumbuh dewasa, kita tidak dapat mengingat perjalanan ketika berada dalam kandungan rahim ibu. Oleh karena itu Islam mengajarkan agar setiap umatnya kembali menjadi seperti bayi dalam kandungan,agar dirinya dapat kembali menemui Allah.<br /><br />"Dan sesungguhnya kamu kembali menghadap Kami dengan sendirian seperti kamu Kami ciptakan pada awal mula kejadian. Dan pada aat itu kamu tinggalkan dibelakangmu apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu …." (QS Al An'am 6: 94)<br /><br />"Mereka dihadapkan kepada Tuhanmu dengan berbaris, Kemudian Allah berfirman: " Sesungguhnya kamu datang kepada Kami sebagaimana Kami telah menciptakan kamu pada awal mula kejadian, bahkan kamu menyangka bahwa Kami tiada menetapkan janji bagi kamu" (QS Al Kahfi 18:48).<br /><br />Dengan segenap ilmu dan pemahaman yang kita peroleh, kembalilah kepada Allah.<br /><br />Sekali-lagi saya mengingatkan saya pribadi dan pembaca sekalian. sebaiknya kita tidak bergantung pada ilmu dan pemahaman, semua itu hanyalah sarana, bergantunglah hanya pada Allah. Semakin dalam ilmu dan pemahaman yang kita peroleh maka semakin tertunduk kita kepada Allah dan pada satu titik nanti, InsyaAllah kita akan "lebur" karena kita akan syahid yakni sebenar-benar bersaksi kepada Allah yang Maha Esa.<br /><br />Sesungguhnya karunia Allah akan pemahaman tentang ma'rifatullah bisa kita lalui jika mendalami ilmu Tasawuf.<br /><br />Merugilah mereka yang menolak memahami ilmu Tasawuf.<br /><br />Untuk itulah, Insyaallah, saya hadirkan blog http://mutiarazuhud .wordpress. com untuk mengingatkan diri saya pribadi dan teruntuk saudara-saudara muslimku yang anti tasawuf, teruntuk para pembaca pada umumnya serta juga teruntuk saudara-saudaraku yang terbiasa mengikuti "motivator-motivato r" kehidupan yang cenderung mengikuti atau menginginkan materi semata atau memperturutkan hawa nafsu dan menjurus mencintai dunia. Semoga Allah melindungi kita semua.<br /><br />Wassalammualaikum Wr. Wb<br /><br />Zon di Jonggol<br /> </span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-35419179102631331712010-05-22T18:06:00.000-07:002010-05-22T18:08:33.625-07:00Bagaimana Bersikap Terhadap Pejabat Publik?Posted by: "Hasan Abdurrahim" hasanabdurrahim10@gmail.com<br />Thu May 20, 2010 6:04 pm (PDT)<br /><br /><br />http://www.dakwatun a.com<br /><br />Bagaimana Bersikap Terhadap Pejabat Publik?<br /><br />Oleh: Musyaffa Ahmad Rohim, Lc<br />____________ _________ _________ __<br /><br />Assalamu’alaikum wr. wb.<br /><br />Ustadz, alhamdulillah saya aktif dalam kegiatan sosial keislaman. Ada<br />beberapa hal yang ingin saya tanyakan berkenaan dengan para ustadz<br />yang menjadi pejabat publik. Sebenarnya, saya dan teman-teman aktivis<br />lain senang dengan fenomena ini. Tapi, ketika saya berkunjung ke rumah<br />beliau-beliau, ada semacam keprihatinan. Saya menangkap keprihatinan<br />beliau-beliau terhadap anggapan para aktivis sekitar.<br /><br />Pertama, banyak orang beranggapan bahwa para pejabat publik punya<br />banyak uang, sehingga beliau-beliau menjadi tempat yang paling layak<br />untuk diajukan proposal kegiatan. Kedua, mereka tampak sungkan membeli<br />perabot atau kendaraan karena selalu dihubungkan dengan penghasilan<br />sebagai pejabat publik. Akhirnya, ada kesenjangan antara para aktivis<br />dengan para ustadznya.<br /><br />Pertanyaan saya, bagaimana menjembatani perbedaan itu. Apanya yang<br />salah sehingga fenomena itu bisa terjadi. Atas jawaban Ustadz, saya<br />ucapkan terima kasih.<br /><br />Wassalamu’alaikum wr. wb.<br /><br />Muhammad, Tangerang.<br /><br />Jawaban<br /><br />Saudara Muhammad di Tangerang dan pengunjung dakwatuna.com di mana pun<br />Anda berada, assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh. Semoga Allah<br />swt. senantiasa memberikan taufiq, hidayah, ri’ayah, dan ‘inayah-Nya<br />kepada kita semua; agar kita semua tetap istiqamah dalam meniti jalan<br />dakwah dan terus bekerja sama di bawah syi’ar wa ta’awanu ‘ala<br />al-birri wa at-taqwa (saling membantu dalam kebajikan dan ketaqwaan).<br />Amin.<br /><span class="fullpost"> <br />Ada dua hal yang ingin saya sampaikan terkait dengan “fenomena” yang<br />Anda sampaikan, yaitu: pertama, bagaimana kita bersikap jika kita<br />berada pada posisi pejabat publik, baik pada jajaran eksekutif,<br />legislatif ataupun yudikatif; kedua, bagaimana kita yang bukan pejabat<br />publik bersikap kepada mereka yang mengemban amanah jabatan publik.<br /><br />Ada beberapa hal yang harus selalu diingat oleh para pejabat publik<br />(dan sebenarnya, termasuk yang bukan pejabat publik juga), di<br />antaranya adalah:<br /><br />1. Dalam hubungannya dengan Allah swt:<br /><br />a. Senantiasa menjaga keimanan dan keikhlasan. Sebab Rasulullah saw.<br />bersabda, “Bahwa segala sesuatu itu bergantung kepada niatnya, dan<br />bahwa masing-masing orang itu bergantung kepada niat yang dimilikinya,<br />maka barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya<br />menuju Allah swt. dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrah karena dunia<br />yang ingin didapatkannya, atau wanita yang ingin dinikahinya, maka<br />hijrahnya menuju kepada apa yang ia hijrah untuknya.” (Muttafaqun<br />‘alaih). Terkait dengan ikhlas ini, hendaklah Anda jadikan seluruh<br />amal, pernyataan, dan sikap Anda dalam rangka meraih ridha Allah swt.<br />Bukan ridha publik, simpatisan, atau pendukung. Imam Al-Qadhi ‘Iyadh<br />berkata, “Siapa yang beramal karena manusia, maka ia telah berbuat<br />riya’; dan siapa meninggalkan amal (tidak jadi beramal) karena<br />manusia, maka ia telah syirik; dan ikhlas adalah manakala amal kita<br />terbebas dari keduanya.” Ketahuilah, duhai Saudaraku, bahwa publik,<br />simpatisan, dan pendukung tidak akan mampu menyelamatkan kita dari<br />Allah swt.<br /><br />b. Senantiasa menjaga shidq (kebenaran dan kejujuran). Tidak ada<br />kontradiksi dan perbedaan antara yang lahir dengan yang batin, yang<br />tampak dan yang tersembunyi. Baik shidq dalam niat, tekad, kehendak,<br />berbicara atau membuat pernyataan, berbuat atau berperilaku, bersikap<br />dan tampil; baik shidq menurut ukuran realita (fakta), undang-undang,<br />dan yang paling utama adalah shidq menurut pandangan syari’at Allah<br />swt. Hendaklah kita ingat kisah Ka’ab bin Malik radhiyallahu ‘anhu<br />yang Allah swt. terima taubatnya setelah ditangguhkan selama 50 hari<br />50 malam. Hal ini karena ia tetap konsisten dengan shidq. Ia berkata:<br />“Dan tidak menyelamatkan diriku kecuali shidq.”<br /><br />c. Asy-Syu’ur bi muraqabatillah (merasakan pengawasan Allah swt.).<br />Dengan demikian, segala ucapan atau pernyataan, perbuatan atau<br />perilaku, sikap atau penampilan, telah kita perhitungkan dan kita<br />yakini bahwa pengawasan Allah swt tidak pernah luput dari kita.<br /><br />d. Al-Isti’dad li al-hisab al-ukhrawi (menyiapk an diri untuk<br />menghadapi hisab (audit) di akhirat di hadapan mahkamah Allah swt.<br />Hendaklah kita mengingat kisah Abu Bakar Ash-Shidq radhiyalla hu ‘anhu<br />yang semenjak di dunia telah menyiapkan jawabannya (LPJ-nya) saat<br />ditanya Allah swt. di akhirat nanti. Alkisah bahwa sebelum meninggal<br />dunia Abu Bakar berwasiat agar pengganti dia sebagai khalifah adalah<br />Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Saat itu para sahabat nabi<br />yang lain bertanya, “Apa jawaban (LPJ) Anda kalau ditanya Allah swt.?”<br />Maka Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Akan saya jawab, aku<br />pilihkan untuk umat Islam yang terbaik di antara mereka.”<br /><br />2. Dalam hubungannya dengan publik (masyarakat, rakyat, dan khususnya<br />para pendukung dan simpatisannya) :<br /><br />a. Ash-Shabru ‘ala adzâhum wa ghilzhatuhum (bersabar atas rasa sakit<br />yang ditimpakan oleh publik dan atas sikap kasar mereka). Kita bisa<br />mengingat kisah Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu yang oleh<br />sebagian rakyatnya akan diluruskan dengan pedang, jika ia menyimpang.<br /><br />b. Asy-Syafafiyyah (transparansi) dan siap memberikan klarifikasi,<br />khususnya jika diminta. Sikap ini telah dicontohkan oleh Rasulullah<br />saw. dan para khulafa’ al-rasyidun. Setelah selesai Perang Hunain,<br />sebuah peperangan yang sangat banyak ghanimahnya, Rasulullah saw.<br />membagi habis semua ghanimah itu kepada kaum muslimin baru dan bahkan<br />kepada orang-orang yang belum masuk Islam. Sedangkan orang-orang<br />Muhajirin dan Anshar tidak mendapatkan bagian sama sekali. Saat itu<br />banyak suara-suara miring menanggapi masalah ini. Melihat hal ini,<br />Rasulullah saw. memberikan klarifikasinya kepada orang-orang Anshar,<br />sampai mereka puas atas klarifikasi yang diberikan Rasulullah saw.,<br />walaupun tetap tidak memberikan harta rampasan kepada mereka.<br /><br />Khalifah Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu juga dengan lapang<br />dada memberikan klarifikasi tentang baju yang dipakainya saat ada<br />orang yang mempertanyakan hal itu. Khalifah Utsman bin ‘Affan<br />radhiyallahu ‘anhubahkan membuka forum dialog publik untuk<br />mengklarifikasi semua tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya, sampai<br />semua hadirin merasa puas atas jawaban Utsman bin ‘Affan radhiyallahu<br />‘anhu. Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bahkan mengutus<br />Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma untuk berdiskusi dengan<br />pasukan Khawarij tentang beberapa sikap politiknya, sehingga banyak di<br />antara orang-orang Khawarij itu yang kembali kepada Ali bin Abi Thalib<br />radhiyallahu ‘anhu.<br /><br />Bagaimana kita sebagai publik, khususnya pendukung dan simpatisan para<br />pejabat publik, bersikap?<br /><br />Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik pendukun g adalah orang yang<br />jika pemimpinnya ingat, maka mereka menolong, dan jika pemimpinnya<br />lupa, maka mereka mengingatkan.”<br /><br />Secara simple namun padat makna. Hal itu juga telah dijelaskan oleh<br />Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyal lahu ‘anhudalam pidatonya pasca<br />pembai’atan dirinya sebagai khalifah. Ia berkata, “Bantu dan tolonglah<br />saya jika saya berbuat baik, dan luruskan saya jika saya berbuat<br />buruk…. Taatilah saya selama saya taat kepada Allah swt. dan<br />Rasul-Nya. Jika saya maksiat kepada-Nya, maka tidak ada kewajiban taat<br />atas kalian.”<br /><br />Dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda, “Agama adalah nasehat…<br />kepada Allah swt., kepada kitab-Nya, kepada Rasul-Nya, kepada para<br />pemimpin (baik pejabat publik maupun para ulama), dan juga kepada<br />semua kaum muslimin.”<br /><br />Hal ini menegaskan bahwa sebagai publik, pendukung, dan simpatisan,<br />kita tetap berkewajiban untuk menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar<br />termasuk kepada para pemimpin. Dengan demikian, terwujudlah makna dari<br />firman Allah swt., “Demi masa. Sesungguhnya semua manusia berada dalam<br />kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan<br />yang saling berwasiat dengan kebenaran dan yang saling berwasiat<br />dengan kesabaran” (Q.S. Al-’Ashr).<br /><br />Saudara Muhammad dan pengunjung dakwatuna.com di mana pun Anda berada,<br />dari jawaban saya ini mungkin Anda bisa menilai bahwa saya lebih<br />cenderung untuk tidak mencari mana yang salah atau apa yang salah,<br />namun apa yang mesti kita lakukan dan bagaimana seharusnya kita<br />berbuat. Dan jika hal ini sudah kita lakukan, insya Allah, suasana<br />saling curiga mencurigai, ewoh pakewoh (serba salah dan serba nggak<br />enak), akan bisa dihindari. Sehingga suasana wa ta’awanu ‘ala al-birri<br />wa al-taqwa bisa ditegakkan demi sukses dakwah Islamiyah. Amin.<br /><br />http://www.dakwatun a.com/2008/ bagaimana- bersikap- terhadap- pejabat-publik/<br /> </span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-60510191417374063012010-05-22T18:05:00.000-07:002010-05-22T18:06:49.593-07:00Hukum Zakat Harta HaramPosted by: "QultumMedia" bacaansoleh@yahoo.co.id bacaansoleh<br />Thu May 20, 2010 6:04 pm (PDT)<br /><br /><br />Bagaimanakah hukumnya jika kita memperoleh penghasilan dari pekerjaan haram? Apakah wajib dibayar juga zakatnya? Apakah jika dibayarkan zakatnya, hartanya tersebut menjadi bersih? Islam selalu memerintahkan bahwa sumber harta, proses memperolehnya, dan pertumbuhannya harus halal dan baik. Allah SWT berfirman,<br /><br />“Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah [2]: 168)<br /><br />Selain itu, Allah SWT telah melarang semua bentuk dan jenis pendapatan dan harta yang haram dan buruk, baik sumber maupun proses perolehannya. Sebab, semuanya itu merupakan tindakan aniaya terhadap orang lain. Allah SWT berfirman,<br />“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil….” (QS Al-Baqarah [2]: 188)<br /><br />“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu....” (QS An-Nisaa’ [4]: 29)<br /><br /><span class="fullpost"> <br />Dan, masih banyak lagi ayat lainnya yang melarang jenis harta haram dan perolehannya dengan jalan yang diharamkan. Pada zaman sekarang, terdapat banyak macam harta yang diperoleh dengan cara yang bathil (haram) dan tidak sesuai dengan syariat, misalnya, harta riba, suap, ghasab, penipuan, jual beli jabatan, uang palsu, judi, pencopetan, pencurian, korupsi, dan perampokan, dan hasil dari jual beli barang yang diharamkan, seperti babi, narkoba, dan minuman keras. Semua jenis harta di atas, tidak wajib dizakati atau tidak tunduk kepada zakat, berdasarkan firman Allah SWT,<br /><br />“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.” (QS Al-Baqarah [2]: 267)<br /><br />Dan, hadits Rasulullah saw,<br />“Sesungguhnya Allah itu baik, Dia tidak akan menerima (sesuatu) kecuali yang baik.” (HR Muslim)<br /><br />Adapun sisi keharaman dan problematikanya dengan zakat secara terperinci dijelaskan sebagai berikut.<br /><br />1. Harta haram adalah semua harta yang secara hukum syariat dilarang dimiliki atau dimanfaatkan, baik haram karena bendanya mengandung mudarat, najis atau kotoran, seperti bangkai dan minuman keras; atau haram karena faktor luar, seperti adanya kesalahan dalam cara memperolehnya, seperti mengambil sesuatu dari pemiliknya tanpa izin (merampok; mencuri; ghasab; mencopet; korupsi) atau mengambil dari pemilik dengan cara yang tidak dibenarkan hukum, meskipun dengan kerelaan pemiliknya, seperti transaksi riba dan sogok atau suap.<br /><br />2. Pemegang harta haram yang perolehannya dengan cara yang tidak dibenarkan syariat, tidak dianggap pemilik barang tersebut selama-lamanya. Dia diwajibkan mengembalikannya kepada pemilik aslinya atau kepada ahli warisnya jika diketahui. Jika tidak diketahui lagi, dia diwajibkan membelanjakan harta tersebut kepada kepentingan sosial dengan meniatkan bahwa dermanya tersebut adalah atas nama pemilik aslinya.<br /><br />Adapun jika ia mendapatkan harta haram itu sebagai upah dari pekerjaan yang diharamkan maka ia harus mendermakannya untuk kepentingan sosial dan tidak boleh dikembalikan kepada orang yang memberinya. Harta haram tidak dikembalikan kepada pemilik semula, selama dia masih tetap melakukan transaksi yang tidak legal tersebut, seperti harta yang diperoleh dari transaksi riba. Akan tetapi, diharuskan mendermakannya kepada kepentingan sosial.<br /><br />Apabila terdapat kesulitan dalam mengembalikan harta tersebut, pemegangnya diwajibkan mengembalikan nilainya kepada pemiliknya semula jika diketahui, bila tidak, maka nilai tersebut didermakan kepada kepentingan sosial dengan meniatkan derma tersebut atas nama pemilik semula.<br /><br />3. Harta yang haram karena zatnya sendiri (haram lidzatihi), seperti babi, khamar, narkoba, anjing, darah, dan bangkai tidak wajib dibayar zakatnya, karena menurut hukum syari’at tidak dianggap harta yang berharga.<br /><br />4. Pemegang harta yang haram karena adanya cara memperolehnya dengan cara yang tidak dibenarkan agama, maka ia tidak wajib membayar zakatnya, karena tidak memenuhi kriteria “dimiliki dengan sempurna” yang merupakan syarat wajib zakat. Apabila sudah kembali kepada pemiliknya semula, yang bersangkutan wajib membayar zakatnya untuk satu tahun yang telah lalu, walaupun hilangnya sudah berlalu beberapa tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat yang lebih kuat (rajih).<br /><br />5. Pemegang harta haram yang tidak mengembalikannya kepada pemilik aslinya, kemudian membayarkan sejumlah zakat dari harta tersebut, masih tetap berdosa menyimpan dan menggunakan sisa harta tersebut dan tetap diwajibkan mengembalikan keseluruhannya kepada pemiliknya selama diketahui, bila tidak, maka dia diwajibkan mendermakan sisanya. Adapun harta yang dibayarkan itu tidak dinamakan zakat.<br /><br />* Artikel ini dikutip dari buku “Panduan Pintar Zakat” terbitan QultumMedia. Buku yang ditulis oleh H. Hikmat Kurnia dan A. Hidayat, Lc. ini membahas segala aspek zakat dan metode penghitungannya dalam seluruh model usaha dan pendapatan. Selain itu, dilengkapi pula dengan CD program penghitung zakat sehingga lebih mudah mengalkulasi zakat.<br /> </span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-85614432148771285412010-05-22T17:58:00.001-07:002010-05-22T18:02:04.668-07:00Musuh Musuh ManusiaPosted by: "Mujiarto Karuk" mkaruk@yahoo.com mkaruk
<br />Fri May 21, 2010 1:41 am (PDT)
<br />[Attachment(s) from Mujiarto Karuk included below]
<br />
<br />
<br />
<br />Assalamualaikum
<br />Warohmatullohi Wabarokatuh
<br />
<br />Bissmillahirrohmaan irrohiim
<br />
<br />Barang
<br />siapa yang menjadi musuh Allah,
<br />malaikat-malaikat- Nya, rasul-rasul- Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya
<br />Allah adalah musuh orang-orang
<br />kafir. [QS.
<br />Al-Baqarah (2) : 98]
<br />
<br />Kita
<br />memahami, bahwa Allah Azza wa Jalla menciptakan fitrah atas diri manusia, yaitu
<br />bisa mengetahui dan mengenal kebenaran, serta menjauhi dan menghindari
<br />kebathilan. Akan tetapi, meskipun fithrah manusia itu sudah disiapkan dan memiliki
<br />kemampuan untuk mengetahui yang haq dan yang bathil, namun bukan berarti untuk
<br />mengamalkan al haq ataupun menghindari yang bathil itu mudah.
<br />
<br />Ada
<br />rintangan dan hambatan yang menjadi ujian. Ada musuh yang selalu menghalangi
<br />dari jalan al haq. Dan sebaliknya ada musuh yang selalu berusaha membimbing ke
<br />arah yang bathil.
<br />
<br />Musuh-musuh
<br />ini memberikan gambaran tentang kebenaran dan kebathilan. Al haq, yang
<br />semestinya indah, menjanjikan kebaikan dan membawa kepada kebahagiaan dunia dan
<br />akhirat, digambarkan oleh musuh manusia
<br />sebagai sesuatu yang menakutkan dan menyusahkan.
<br />
<br />Sebaliknya
<br />yang bathil, yang mestinya menjijikkan dan berujung pada penderitaan, digambarkan oleh musuh manusia sebagai
<br />keindahan nan menyenangkan. Akhirnya banyak orang yang terpedaya, meninggalkan
<br />jalan yang benar dan mengikuti jalan yang bathil, Iyadzan Billah.
<br />
<br />Karenanya,
<br />wahai saudara-saudaraku, Rahimanillahu
<br />Wa Iyyakum Ajma’in, kita perlu mengetahui musuh-musuh itu, agar dapat
<br />bersikap. Musuh tetaplah musuh, bukan sebagai teman, apalagi sebagai
<br />pembimbing. Siapakah musuh-musuh yang selalu berusaha mengajak manusia kepada
<br />perbuatan batil dan keliru?
<br /> Nas dan al Falaq), Ibnul Qayyim rahimahullah
<br />menyebutkan cara-cara dan tahapan setan dalam menghembuskan kejahatan dan
<br />tipuan kepada manusia.
<br />
<br />Tahapan Pertama : Setan mengajak manusia melakukan perbuatan kufur
<br />dan syirik, menentang Allah dan RasulNya. Inilah yang paling diinginkan oleh
<br />setan. Dengan cara ini, setan telah berhasil menyesatkan banyak orang. Dengan
<br />cara ini, manusia dijadikan sebagai tentara dan para abdinya. Jika setan putus
<br />asa dan tidak mampu menyeret manusia ke dalam perbuatan kufur, maka setan akan
<br />menggodanya dengan tahapan berikutnya.
<br />
<br />Tahapan Kedua : Setan mengajak manusia untuk mengamalkan perbuatan
<br />bid’ah dalam agama, baik bid’ah dalam masalah aqidah maupun amal perbuatan.
<br />
<br />Bid’ah
<br />merupakan perbuatan dosa, yang pelakunya sulit diharapkan bertaubat. Setan memberi
<br />gambaran yang indah dalam benak manusia, bahwa apa yang dilakukan itu merupakan
<br />kebenaran, dan ahli bid’ah mempercayai bisikan setan ini. Karena anggapan yang
<br />baik atas perbuatan bid’ah, membuat pelakunya susah melepaskan diri dan
<br />bertaubat dari perbuatan yang dianggap baik ini, padahal sebenarnya
<br />menyesatkan.
<br />
<br />Ketika
<br />berhasil menyeret seseorang ke dalam tahapan ini, maka setan akan merasa lega.
<br />Karena perbuatan bid’ah merupakan gerbang menuju kekufuran. Dan para pembuat
<br />bid’ah menjadi salah satu corong di antara propaganda iblis. Jika setan tidak
<br />mampu menyeretnya ke dalam perbuatan bid’ah, maka dia akan menjebak dan
<br />menggiring manusia kepada
<br />
<br />Tahapan Ketiga : Yaitu perbuatan dosa besar dengan berbagai macam
<br />variasinya.
<br />
<br />Dosa-dosa
<br />besar ini juga merupakan gerbang menuju kekufuran. Setan berhasil menjerumuskan
<br />banyak orang dalam dosa besar. Manusia tenggelam dalam perbuatan maksiat,
<br />sehingga hatinya menjadi membatu, terhalang dari kebenaran. Kemudian setan
<br />menyebarkan berita tentang mereka ini di tengah masyarakat. Setan memanfaatkan
<br />tentara dan para abdinya untuk menyebarkan perbuatan dosa ini, terutama jika
<br />perbuatan dosa ini dilakukan oleh penguasa atau orang yang diidolakan.
<br />Tujuannya, supaya perbuatan-perbuatan mereka dijadikan argumen.
<br />
<br />Sebagai
<br />misal, yaitu makan riba, mendengarkan musik, menikmati alat-alat musik dan
<br />permainan, menyetujui perbuatan bersolek, membuka Jilbab dan ikhtilath (campur
<br />baur) laki-laki dan perempuan, loyal dan suka kepada orang-orang kafir,
<br />homoseks, meminum khamr, dan lain sebagainya.
<br />
<br />Dalam
<br />tahapan ini, setan berhasil menyesatkan banyak orang. Banyak manusia berkubang
<br />dalam kemungkaran- kemungkaran. Setan menghiasi amal-amal para idola ini,
<br />sehingga mereka menjadi pioner yang mengajak ke perbuatan maksiat secara nyata,
<br />atau mungkin dengan ucapan.
<br />
<br />Sedangkan
<br />orang yang tidak mampu digoda setan dan dijaga oleh Allah dari perbuatan
<br />dosa-dosa besar, maka setan berusaha menyeretnya pada,
<br />
<br />Tahap Keempat : Yaitu melakukan dosa-dosa kecil, sebagai gerbang
<br />memasuki dosa-dosa besar. Dosa-dosa kecil ini terkadang dianggap remeh oleh
<br />manusia dan tidak peduli dengan pelakunya. Padahal, dosa-dosa kecil itu
<br />menyeret untuk melakukan dosa berikutnya.
<br />
<br />Diceritakan
<br />dalam sebuah hadits dari Sahl bin Sa’d, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
<br />bersabda :
<br />
<br />إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ
<br />الذُّنُوبِ فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ
<br />
<br />“Jauhilah
<br />dosa-dosa kecil, karena jika dosa-dosa itu berkumpul pada diri seseorangو
<br />akhirnya akan membuatnya binasa (celaka)”
<br />
<br />Maka,
<br />tidak diragukan lagi, meremehkan perbuatan dosa kecil, bisa merubah dosa kecil
<br />menjadi besar. Sebagaimana perkataan ulama Salaf, tidak ada dosa kecil jika
<br />dilakukan terus-menerus, dan tidak dosa besar bila diiringi dengan istighfar.
<br />
<br />Sebagian
<br />yang lain mengatakan, janganlah kalian memandang kecil sebuah dosa, akan tetapi
<br />pandanglah keagungan Dzat yang kalian durhakai.
<br />
<br />Jika
<br />setan merasa lemah dan tidak mampu menjerumuskan manusia ke dalam
<br />perbuatan-pebuatan dosa ini, maka setan menggoda manusia dengan,
<br />
<br />Tahapan kelima. Yaitu menyibukkan manusia dengan perkara-perkara
<br />mubah yang tidak mendatangkan pahala, dan juga tidak mengakibatkan dosa.
<br />Menyibukkan perkara-perkara mubah, berarti menyia-nyiakan waktu dan usia, tidak
<br />memanfaatkankanya dengan kebaikan dan perbuatan shalih.
<br />
<br />Betapa
<br />banyak manusia tertipu dengan perkara-perkara mubah, berlebih-lebihan dalam
<br />makanan, minum, rumah, pakaian. Demi keperluan ini, manusia telah
<br />menyia-nyiakan sejumlah harta, usia dan waktu, lalai dengan kebaikan, tidak
<br />berlomba-lomba dalam kebaikan. Sehingga, perbuatan mubah ini bisa menjadi
<br />penyebab seseorang lupa kepada akhirat, dan lupa melakukan persiapan untuk
<br />menyongsongnya.
<br />
<br />Sedangkan
<br />manusia yang tidak bisa dijerumuskan dengan tahapan ini, maka setan akan
<br />mengganggunya dengan,
<br />
<br />Tahapan Keenam, yaitu mengalihkan perhatian manusia dari
<br />amalan-amalan yang lebih baik kepada amalan yang di bawahnya. Sebagai misal,
<br />seseorang akan menggunakan harta untuk hal-hal yang bernilai baik tetapi
<br />kurang. Disibukan dengan amalan-amalan marjuh (bernilai baik tetapi kurang),
<br />sehingga (salah satu wujudnya) mempelajari ilmu-ilmu yang tidak memiliki
<br />urgensitas dan kehilangan ilmu yang bermanfaat.
<br />
<br />Atau
<br />seseorang itu lebih memilih melakukan usaha-usaha yang masih memiliki syubhat
<br />daripada usaha yang jelas-jelas halal. Lebih mengutamakan ibadah-ibadah
<br />qashirah (yaitu manfaat ibadahnya hanya sebatas untuk si pelaku saja, seperti
<br />shalat sunnah) daripada ibadah muta’addiyah (ibadah yang manfaatnya juga akan
<br />dirasakan oleh orang lain) seperti jihad, mengajarkan ilmu, memerintahkan
<br />kepada yang ma’ruf, mencegah dari kemungkaran. Akibatnya, dia akan kehilangan
<br />kebaikan yang banyak.
<br />
<br />Inilah
<br />tipu daya musuh manusia yang bernama setan. Saat setan merasa lemah dan tidak
<br />mampu menjerat sebagian manusia dalam perangkap-perangkap ini, maka setan
<br />memberikan kuasa kepada wali-walinya dan para abdinya dari kalangan jin dan manusia, serta orang yang
<br />tertipu dengan bisikannya. Lalu mereka menghina orang-orang baik ini dengan
<br />tujuan menyakiti wali dan para kekasih Allah Azza wa Jalla. Mereka menyiksanya
<br />dengan siksa yang buruk, seperti pembunuhan, pengusiran, penahanan, penyiksaan,
<br />penghinaan, pelecehan terhadap amalan-amalan orang-orang baik ini, sebagaimana
<br />kejadian yang dialami oleh para nabi Allah dan pengikutnya pada setiap waktu
<br />dan di semua tempat.
<br />
<br />Semoga
<br />Allah melindungi kita dari semua makar dan tipu daya setan dan sekutunya.
<br />
<br />2. Musuh manusia
<br />yang kedua, adalah nafsu yang senantiasa mengajak kepada keburukan.
<br />
<br />Hawa
<br />nafsu ini cendrung kepada kebathilan, menghalangi manusia agar tidak menerima
<br />kebenaran dan tidak mengamalkannya. Jika jiwa ini muthmainnah (tenang dalam
<br />kebenaran), lebih mengutamakan yang hak, maka dia akan membimbing manusia ke
<br />arah yang benar dan berjalan di atas jalan keselamatan.
<br />
<br />3. Musuh manusia yang ketiga,
<br />
<br />Adalah
<br />menjadikan hawa nafsu ini sebagai ilah, yaitu menjadikan hawa nafsu sebagai
<br />sesembahan selain Allah. Disebutkan dalam firman Allah :
<br />
<br />“Terangkanlah
<br />kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya
<br />(sesembahannya) . Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” [QS. Al Furqon (25) : 43].
<br />
<br />Seseorang
<br />yang selalu memperturutkan segala keinginannya, ia tidak akan peduli dengan
<br />akibat buruknya. Dalam sebuah atsar diriwayatkan, di bawah kolong langit ini,
<br />tidak ada yang lebih jelek dibandingkan hawa nafsu yang diperturutkan.
<br />
<br />4. Musuh manusia
<br />yang keempat
<br />
<br />Adalah
<br />gemerlap dunia, kenikmatan dan hiasannya. Keindahan dunia dan berbagai
<br />kenikmatan semunya, telah menipu banyak orang, membuat manusia lupa kepada
<br />tujuan hidupnya yang hakiki. Padahal kehidupan akhirat dan segala isinya jauh
<br />lebih baik dibandingkan dengan kehidupan dunia yang fana. Allah Azza wa Jalla
<br />berfirman:
<br />
<br />
<br />
<br />“Dan
<br />apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi
<br />dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah, adalah lebih baik dan lebih
<br />kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” [QS. Al Qashash (28) : 60]
<br />
<br />Allah
<br />Azza wa Jalla juga berfirman :
<br />
<br />“Tetapi
<br />kamu (orang-orang) kafir lebih memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan
<br />akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. [QS. Al-A’la : 16-17].
<br />
<br />Demikian
<br />beberapa musuh yang sering menghalangi manusia dari berbuat amal shalih. Semoga
<br />Allah melindungi kita dari semua makar dan tipu daya IBLIS DAN PARA SEKUTUNYA yang menyesatkan.
<br />
<br />Jika
<br />musuh-musuh bisa menguasai diri seorang manusia, maka dampak yang terlihat
<br />adalah tidak semangat dalam melakukan ketaatan. Dan sebaliknya, ia justru
<br />semangat dan tidak takut melakukan perbuatan maksiat.
<br />
<br />Meski
<br />begitu, Allah Azza wa Jalla yang Maha Rahim tidak membiarkan para hamba Nya
<br />untuk menghadapi musuhnya seorang diri. Allah Azza wa Jalla berjanji akan
<br />menolong manusia dalam menghadapi musuh-musuhnya ini. Allah memerintahkan
<br />kepada kita agar memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang
<br />terkutuk, serta memerintahkan manusia agar memohon pertolongan kepada Allah dalam
<br />melakukan amalan yang susah ataupun berat baginya.
<br />
<br />Allah
<br />Azza wa Jalla juga memerintahkan kepada para hambaNya agar ikhlas dalam
<br />melakukan ketaatan. Dengan demikian, dia akan termasuk hamba-hamba pilihan.
<br />Hamba-hamba yang ikhlas akan dibentengi Allah Azza wa Jalla dari kekuasaan
<br />musuh. Allah Azza wa Jalla berfirman :
<br />
<br />Dia
<br />(iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau
<br />muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika
<br />Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan
<br />aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil". Tuhan berfirman :
<br />"Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka
<br />sesungguhnya neraka Jahanam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan
<br />yang cukup. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan
<br />ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang
<br />berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri
<br />janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka
<br />melainkan tipuan belaka. Sesungguhnya hamba-hamba- Ku, Kamu tidak dapat berkuasa
<br />atas mereka. Dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga". [Al Israa` (17) : 65].
<br />
<br />Semoga Allah
<br />senantiasa menolong kita seluruh kaum muslimin dimanapun berada dalam
<br />menghadapi godaan musuh-musuh, yang senantiasa menghalangi manusia dari jalan
<br />ketaatan. Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hambaNya yang ikhlas,
<br />dan senantiasa mengikuti petunjuk Raslullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Sumber
<br />http://www.alaminko rea.com/index/ ?p=259
<br />
<br />--- On Thu, 5/20/10, Mujiarto Karuk <mkaruk@yahoo. com> wrote:
<br />
<br />From: Mujiarto Karuk <mkaruk@yahoo. com>
<br />Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Keutamaan Islam Dan Keindahannya (Adalah semua ajaran2 ALLAH di kitab2Nya )
<br />To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com
<br />Date: Thursday, May 20, 2010, 7:59 PM
<br />
<br /> </span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-39222568982250901522010-05-12T07:17:00.000-07:002010-05-12T07:18:29.603-07:00Antara Cinta dan Bencana(Ngaji of the Day) Antara Cinta dan Bencana<br />Posted by: "Ananto" pratikno.ananto@gmail.com<br />Sun May 9, 2010 7:24 pm (PDT)<br /><br /><br />*Antara Cinta dan Bencana*<br /><br />* *<br /><br />Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany, hari Selasa sore 8 Sya’ban tahun 545<br />H di Madrasahnya. Rasulullah saw, bersabda: “Siapa yang tampil elok di<br />hadapan manusia karena agar dapat dukungan kesenangan mereka, dan melawan<br />Allah melalui pelanggaran yang dibenci-Nya, maka ia bertemu Allah Azza<br />wa-Jalla dalam kondisi Allah murka padanya.”<br /><br />Wahai dengarkan kalam Kenabian ini, hai orang-orang munafiq! Hai orang yang<br />menjual akhirat dengan dunianya. Wahai yang menjual Allah Azza wa-Jalla<br />dengan kepentingan makhluk! Wahai penjual hal-hal yang abadi dengan hal-hal<br />yang fana’, pasti bangkrutlah daganganmu dan habislah modalmu.<br /><br />Celaka kalian ini. Kalian menampilkan diri untuk suatu murka Allah Azza<br />wa-Jalla, karena siapa pun yang berias untuk manusia yang bukan tempatnya,<br />Allah Azza wa-Jalla bakal memurkainya. Riasilah fisik anda dengan adab<br />syari’ah, dan riasilah batin anda dengan mengeluarkan makhluk dari dalam<br />batin anda. Tutuplah pintu-pintu mereka, kefanaan mereka dari hatimu sampai<br />seakan-akan mereka tidak pernah diciptakan sama sekali, hingga anda tak<br />pernah memandang adanya ancaman dan manfaat dari mereka. Anda telah<br />menghiasi lahiriah anda, dan meninggalkan hiasan hati anda.<br /><br />Padahal hiasan hati itu dengan tauhid, ikhlas, berpegang teguh percaya pada<br />Allah Azza wa-Jalla, berdzikir kepadaNya dan melupakan selainNya.<br /><br />Nabi Isa as, bersabda, “Amal saleh itu adalah amal yang tidak membebaninya.”<br /><br />Wahai orang gila, akalmu tidak nyambung dengan urusan akhirat dan dunia,<br />karena itu tidak ada gunanya bagimu. Berjuanglah untuk meraih iman, maka<br />anda pasti mendapatkannya. Bertobatlah, dan evaluasilah kesalahanmu,<br />menyesallah dan, dan alirkan airmatamu yang membelah pipimu. Karena menangis<br />oleh rasa takut kepada Allah swt itu bisa meredupkan neraka maksiat,<br />mematikan api amarah Allah Azza wa-Jalla. Bila hatimu taubat, maka cahaya<br />taubat yang benar akan mencerahi wajahmu.<br /><br /><span class="fullpost"> <br />Anak-anak sekalian… Tekunlah dalam menjaga rahasia batinmu semaksimal<br />mungkin, kecuali anda tidak mampu, maka anda termaafkan. Cinta itu bisa<br />merobohkan dinding dan tirai, tirai rasa malu, keadaan, dan pandangan<br />makhluk. Orang yang tak berdaya ia diperintahkan untuk mengeluarkannya, dan<br />orang yang mukallaf (mendapatkan tugas kewajiban) tetapi ia terkalahkan<br />oleh ketakberdayaannya, berarti ia telah menggunakan celak mata dengan debu<br />di kakinya. Sebab ada hal-hal yang mesti dipilah, mana yang sifatnya nafsu,<br />mana yang sifatnya qalbu, dan mana yang kepentingan makhluk, dan mana yang<br />sifatnya Rabbani.<br /><br />Berjuanglah agar dirimu bukan dirimu, tetapi agar segalanya Dia. Berjuanglah<br />agar anda tidak bergerak dalam menolak bencana dari dirimu dan tidak<br />menarik manfaat kepadamu. Sebab jika anda mampu demikian, malah Allah Azza<br />wa-Jallan menempatkan makhluk yang membantumu dan menyelamatkan dirimu dari<br />bahaya itu. Jadilah dirimu di hadapan Allah Azza wa-Jalla seperti mayat<br />yang ada di tangan orang yang memandikannya, seperti ahli gua Kahfi di<br />tangan Jibril as.<br /><br />Jadilah dirimu bersama Allah Azza wa-Jalla tanpa wujud dan tanpa ikhtiar<br />serta ta secara total tanpa mengaturNya. Kokohkan pijakan imanmu dan jiwamu<br />di hadapanNya, ketika takdirNya yang berat turun kepadamu.<br /><br />Sebab, iman itu bisa diukur dengan kekokohannya menghadapi takdirNya,<br />sedangkan kemunafikan selalu lari dari ketentuan takdirNya. Orang munafiq<br />ketika malam tiba dan siang berlalu senantiasa lari menuju rumahnya mencari<br />jalan aman, menggemukkan kenikmatan hawa nafsunya dan nalurinya, sementara<br />kedua mata hatinya dan rahasia batinnya buta.<br /><br />Pintu rumahnya kelihatan ramai, sedangkan isi rumahnya sudah roboh. Dzikir<br />hanya sebatas lisan, hatinya kosong. Marahnya hanya untuk dirinya bukan demi<br />Tuhannya Azza wa-Jalla. Sedangkan orang beriman kebalikannya. Dzikirnya<br />hanya bagi Allah Aza wa-Jalla, baik lisan maupun hatinya, bahkan dalam<br />banyak waktu qalbunya berdzikir, lisannya diam. Marahnya, benar-benar matrah<br />karena Allah Azza wa-Jalla, bukan demi kepentingan nafsunya, hawa nafsu dan<br />nalurinya, serta bukan demi dunia. Ia tidak dengki dan tidak kontra karena<br />iri kepada yang meraih materi bagiannya.<br /><br />Anak-anak sekalian… Jangan sampai anda dengki kepada hal-hal yang bukan<br />bagianmu, karena Allahlah yang memberi dan mengambil, sedangkan anda malah<br />hancur, hina dan terhinakan. Apakah bagian dari Allah itu bisa berkurang<br />katrena iri dengkimu? Padahal ilmunya Allah pada takdir orang itu sudah<br />lebih dahulu ada? Jika engkau menentang Tuhanmu Azza wa-Jalla atas takdirNya<br />yang sudah ditentukan padamu dan orang lain, anda telah gugur di hadapanNya<br />dan ilmu anda tidak berguna, sebagaimana firmanNya: “Dan bekerja lagi<br />kepayahan…” (QS. Al-Ghosiyah: 3)<br /><br />Taubatlah sekarang kepada Allah Azza wa-Jalla. Orang yang yang terlindungi,<br />pasti hatinya cerdas. Janganlah berhenti kembali kepada Allah gara-gara<br />turunnya bencana kepadamu. Tunggulah jalan keluar yang diberikan kepadamu<br />dariNya. Jangan sampai anda putus asa, karena setiap saat ada jalan keluar.<br />“Setiap hari Dia dalam urusanNya” (QS. Ar-Rahmaan: 29), dari satu bangsa ke<br />bangsa lain, maka sabarlah bersamaNya dan relalah dengan takdirNya.<br /><br />“Engkau tidak tahu, barangkali setelah itu Allah memberikan anugerah baru.”<br />(QS. At-Thalaaq: 1)<br />Jika engkau sabar Allah Azza wa-Jalla meringankan ujian darimu, dan<br />memberikan anugerah perkara baru yang dicintaiNya dan engkau mencintainya.<br />Namun jika anda menentang dan kontra, akan bertambah berat beban<br />deritamu, bertambah gara-gara kontramu kepadaNya, sebab gara-gara kontramu<br />itulah anda malah berteguh dengan dirimu dan hawa nafsumu, serta motivasi<br />duniawimu dan ambisi-ambisimu.<br /><br />Wahai kaum Sufi… Jika saja memang harus begitu, bolehlah nafsumu di pintu<br />dunia, sedangkan hatimu harus tetap di pintu akhirat, sedangkan rahasia<br />hatimu (sirr) ada di pintu Tuhan, sampai nafsumu berbalik pada hatimu, dan<br />merasakannya, sedangkan hatimu berbalik pada sirrmu, hingga merasakan nya<br />pula, serta sirrmu berbalik menjadi fana’ di dalamnya yang tidak merasakan<br />apa-apa, kemudian ia dihidupkan hanya bagiNya bukan selainNya. Maka saat<br />itulah rasanya satu dirham beribu kali lipat menjadi emas, karena kembali<br />dalam keabadian primordial yang hakiki.<br /><br />Sungguh berbahagialah orang yang mengenal apa yang saya katakana ini dan<br />percaya. Berbahagialah orang yang mengamalkannya dan ikhlas dalam beramal.<br />Dan berbahagialah orang yang meraih amalnya itu lalu mendekatkannya kepada<br />Allah Ta’ala.<br /><br />*KH. Muhammad Luqman Hakim*<br /><br />-- <br />"...menyembah yang maha esa,<br />menghormati yang lebih tua,<br />menyayangi yang lebih muda,<br />mengasihi sesama..." </span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4908295290739719680.post-36342479929252594632010-05-12T07:09:00.000-07:002010-05-12T07:11:05.996-07:00Kisah Habil dan QabilPosted by: "Hasan Abdurrahim" hasanabdurrahim10@gmail.com<br />Sun May 9, 2010 8:21 pm (PDT)<br /><br /><br />http://www.dakwatun a.com<br /><br />Kisah Habil dan Qabil<br /><br />Oleh: Ulis Tofa, Lc<br />____________ _________ _________ __<br /><br />dakwatuna.com – Tata Kehidupan manusia di muka bumi mulai terwujud<br />ketika Hawa hamil dan siap menyambut kelahiran anak-anaknya.<br /><br />Rasulullah saw. bersabda, “Ketika Allah menurunkan Adam a.s. dari<br />surga bersama Hawa, –ketika di surga keduanya tidak melakukan hubungan<br />suami istri, masing-masing tidur sendiri– sehingga ketika di bumi<br />Malaikat Jibril mendatangi Adam a.s. dan menyuruhnya untuk menggauli<br />istrinya serta mengajarkan bagaimana caranya. Ketika Adam a.s. telah<br />menggauli istrinya, Jibril kembali mendatangi Adam a.s. dan bertanya,<br />“Bagaimana kamu dapati istri kamu?” Adam menjawab, “Shalihah insya<br />Allah…”<br /><br />Awal bunga mekar di taman kehidupan manusia. Adam alaihis salam dan<br />Hawa merasakan kebahagiaan dan ketentraman bersama mereka. Adam<br />alaihis salam dan Hawa begitu mencintai dan menyayangi mereka.<br />Keduanya berharap agar keturunannya akan memenuhi penjuru bumi,<br />berjalan di atasnya dan memakan dari rizki yang telah Allah swt<br />sediakan.<br /><br />Adam alaihis salam dan Hawa sangat menanti kelahiran anak-anaknya.<br />Meskipun situasi dan kondisi yang mereka hadapi sangatlah berat.<br />Terutama bagi seorang calon ibu. Namun bagi Hawa justru menguatkan<br />rasa cinta, kasih sayang dan kelembutan. Hawa menjadi seorang ibu yang<br />qurrata a’yun lagi penuh kehangatan.<br /><br />Hawa melahirkan dua kali anak kembar. Yaitu Qabil dan saudarinya serta<br />Habil dan saudarinya. Mereka tumbuh dalam asuhan kedua orang tuanya.<br />Kedua putranya merasakan nikmatnya kehidupan dan masa muda yang kuat.<br />Sedangkan kedua putrinya tumbuh dengan kecenderungan kewanitaannya.<br />Kedua putranya mulai bekerja mencari penghidupan. Qabil sebagai petani<br />dan Habil sebagai penggembala.<br /><br /><span class="fullpost"> <br />Syari’at Menikah<br /><br />Dua bersaudara mendapatkan kemudahan hidup dan ma’isyah. Keluarga ini<br />pun diliputi rasa aman dan berkecukupan. Seiiring berjalannya waktu<br />dan usia, keduanya memiliki dorongan kelaki-lakian yang kuat, yaitu<br />dorongan memiliki pasangan hidup untuk mendapatkan sakinah dan<br />ketenteraman jiwa dengan pasangannya. Hasrat jiwa keduanya begitu<br />menggebu. Mencari jalan keluar yang mungkin diraih.<br /><br />Nampaklah di sini kehendak Allah swt yang menjadi rahasia semenjak<br />azali bahwa bani Adam diuji dengan kemudahan-kemudahan , berupa harta<br />yang melimpah, anak yang banyak, bumi subur menghijau dengan<br />memberikan hasil-hasilnya. Sebagaimana juga takdir Allah swt berlaku,<br />yaitu manusia bukan hanya umat yang satu, bahkan harus beragam dan<br />banyak. Ada perbedaan pandangan dan keinginan, model dan penciptaan,<br />bahagia dan sengsara.<br /><br />Maka Allah swt mewahyukan kepada bapak manusia untuk menikahkan anak<br />mudanya secara silang. Adam alaihis salam melaksanakan perintah Allah<br />dan menyampaikannya kepada anak-anaknya dengan harapan bahwa keputusan<br />ini menjadi penengah bagi mereka.<br /><br />Menuruti Nafsu Penyebab Penyimpangan<br /><br />Dorongan hasrat jiwa adalah sikap ambisi dan tamak. Namun barangsiapa<br />yang mampu mengendalikan dorongan gelora syahwatnya dan mampu<br />menjadikan akalnya sebagai pengendali hawa nafsunya, maka ia menjadi<br />orang yang dimuliakan Allah swt di dunia dan akhirat. Adapun siapa<br />yang tunduk di bawah kendali syahwatnya. Akalnya bertekuk lutut<br />dikalahkan nafsunya, maka ia termasuk kelompok orang-orang yang merugi<br />dan tersesat jalan hidupnya, meskipun ia mengira perbuatan itu baik.<br /><br />Setelah Adam alaihis salam menyampaikan wahyu Tuhannya dan memutuskan<br />pernikahan anak-anaknya, seketika itu Qabil menolak. Ia tidak menerima<br />keputusan ayahnya, karena calon istrinya tidak secantik calon istri<br />saudaranya. Qabil iri terhadap saudaranya. Dia masih berharap agar<br />saudari kembarnya yang akan menjadi istrinya.<br /><br />Kecantikan fisik masih menjadi sumber masalah yang siap melumat jiwa<br />manusia dan mewariskan kerusakan.<br /><br />Kecantikan menjadi sebab perpecahan di antara dua bersaudara. Namun<br />Habil tetap mengingatkan saudaranya untuk mentaati ayahnya dan<br />menerima takdirnya.<br /><br />Adam alaihis salam sebagai seorang ayah didera kebingungan yang hebat,<br />tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dirinya terbelah dalam dua<br />pilihan yang serba sulit. Antara cinta kepada kedua putranya, dan<br />antara keberlangsungan persaudaraan serta keselamatan keduanya. Sampai<br />akhirnya Allah swt memberikan jalan keluar kepada Adam alaihis salam,<br />yaitu agar kedua putranya mempersembahkan qurban kepada Allah swt.<br />Mana di antara keduanya yang diterima qurbannya, berarti dialah yang<br />berhak mendapatkan keinginannnya. Habil mengurbankan unta, sedangkan<br />Qabil mengurbankan gandum. Keduanya mengharapkan bahwa dirinyalah yang<br />mendapatkan bagian yang lebih baik.<br /><br />Habil telah menunaikan bagiannya dan benar dalam prosesnya, yaitu<br />menerima keputusan ayahnya dan ikhlas dalam menjalankan qurbannya,<br />oleh karena itu qurbannya diterima. Sedangkan qurban saudaranya<br />ditolak, karena ia masih belum menerima keputusan ayahnya, dan tidak<br />mengikhlaskan niat dalam pengurbanannya.<br /><br />Qabil meradang karena impianya tidak tercapai. Malah hatinya dipenuhi<br />kedengkian. Ia pun bersumpah kepada saudaranya, ”Akan aku bunuh kamu,<br />kalau tidak aku menderita, sebaliknya kamu berbahagia. Dan aku tidak<br />mau bersaudara dengan orang yang bahagia, sedangkan aku kecewa dan<br />tersiksa.<br /><br />Mendengar ancaman Qabil itu, Habil berkata kepadanya dengan penuh<br />penyesalan hati, ”Saudaraku, alangkah baiknya jika kamu menyadari<br />kesalahanmu sehingga kamu memperbaikinya. Agar kamu menapaki jalan<br />keselamatan, kamu pun akan bahagia. Karena Allah swt tidak akan<br />sekali-kali menerima persembahan qurban, kecuali dari orang-orang yang<br />bertakwa.”<br /><br />Menasehati Dalam Kebaikan<br /><br />Habil adalah orang yang dikaruniai keluasan akal dan kekuatan fisik.<br />Ia termasuk orang-orang yang diberi amanat, maka ia pun menjaganya. Ia<br />termasuk orang-orang yang diberi hikmah, maka ia menggunakannya dengan<br />sebaik-baiknya. Ia lebih mementingkan keridhaan Allah swt, berbakti<br />kepada kedua orang tuanya dan rela dengan pembagian Tuhannya. Ia<br />melihat bahwa dunia ini adalah kesenangan yang akan hilang, pemberian<br />yang akan berganti. Ia sangat sayang dengan saudaranya dan selalu<br />menasehatinya serta selalu mengingatkan agar menepati janjinya. Selain<br />itu ia pun yakin bahwa dirinya memiliki kekuatan dari kekuatan Allah<br />swt, sehingga ancaman Qabil tidak membuat dirinya takut.<br /><br />Habil melewati hari-harinya dengan biasa. Tidak ada niat sekecil<br />apapun untuk menyakiti saudaranya, apalagi membunuhnya. Karena Allah<br />swt Dzat yang telah menciptakan kesucian menetapkan demikian, yaitu<br />yang baik dan suci tidak boleh terprovokasi oleh sifat tercela. Maka<br />ia takut kepada Allah swt. Tuhan semesta alam.<br /><br />Habil terus berusaha menasehati saudarnaya dengan santun dan menjaga<br />hati saudaranya. Itu dilakukannya adalah semata-mata agar ucapannya<br />dapat menjadi penawar hati sehingga mampu mengikis rasa dengki<br />saudaranya. Ia berkata, ”Wahai saudaraku, sebenarnya kamu telah<br />khilaf. Kamu akan berdosa kalau tetap bertekad membunuhku. Jalan<br />pikiranmu keliru. Lebih baik kamu beristighfar dan minta ampun kepada<br />Allah swt., kembali ke jalan-Nya. Kalau kamu tetap membulatkan<br />tekadmu, terus ingin melaksanakan rencanamu, maka sungguh aku serahkan<br />urusanku kepada Allah swt. karena aku sangat takut dosa akan<br />menghampiriku atau seberkas sisa kedurhakaan menggelayut di hatiku.<br />Maka tanggunglah dosa olehmu sendiri. Kamu termasuk ahli neraka dan<br />itulah ganjaran bagi orang yang dzalim.”<br /><br />Namun demikian, tidaklah ketulusan persaudaraan Habil itu mampu<br />mengobati kedengkian Qabil. Tidaklah kasih sayang, kelembutan dan<br />kecintaan dari hati Habil yang paling dalam mampu memadamkan gejolak<br />api di hati saudaranya. Tidaklah juga rasa takut kepada Allah swt, dan<br />menjaga hak-hak kedua orang tua merubah hati orang yang pertama kali<br />berbuat dosa di muka bumi ini.<br /><br />Terjadilah peristiwa itu. Suatu hari tangan Qabil berlumuran darah<br />saudaranya sendiri. Ia telah membunuhnya. Habil kembali kepada<br />Tuhannya.<br /><br />Beberapa hari Adam alaihis salam tidak melihat Habil. Sang ayah merasa<br />khawatir sesuatu telah menimpanya. Ia pun bertanya kepada Qabil, ”Di<br />mana saudaramu, Habil?”. Qabil menjawab dengan cueknya, ”Aku<br />bukanlahlah wakil dia. Bukan penjaga dia dan bukan juga perawat dia.”.<br /><br />Adam alaihis salam akhirnya mengetahui bahwa putranya telah dibunuh.<br />Adam alaihis salam terdiam penuh gejolak. Namun Adam alaihis salam<br />mampu menahan gejolak tersebut meskipun dengan perih pilu atas<br />hilangnya orang yang ia cintai. Adam alaihis salam melantunkan syair<br />duka-citanya:<br /><br />Aku berkata dalam diri penuh penyesalan dan duka nestapa<br /><br />Salah satu putraku dibunuh dan tidak akan pernah kembali lagi<br /><br />Habil adalah orang pertama yang dibunuh di muka bumi ini . Qabil<br />bingung tidak mengetahui bagaimana cara mengurus jenazah saudaranya.<br />Dipikullah suadaranya mondar-mandir di atas pundaknya. Qabil didera<br />ketakutan dan kegelisahan… berhari-hari. Hingga bau tidak sedap mulai<br />tercium dari tubuh jenazah saudaranya. Qabil telah capek memikulnya.<br />Qabil tidak tahu harus berbuat apa.<br /><br />Sampai di sini, kasih sayang Allah swt terhadap tubuh jenazah suci itu<br />mau tidak mau turun. Sebagai sunnah bagi ketentuan makhluk. Sekaligus<br />sebagai penjagaan terhadap kemuliaan Adam alahis salam dan putranya.<br />Di sini juga, wajib ada pelajaran berharga bagi orang yang dipenuhi<br />dendam kesumat. Akan tetapi dia bukanlah orang yang pantas menerima<br />wahyu Allah swt. juga bukan ilham-Nya. Bahkan ia harus menjadi murid<br />dari burung gagak. Pengetahuannya baru muncul ketika melihat seekor<br />hewan hitam yang lemah. Keegoannya baru luluh atas peristiwa yang<br />dilihatnya.<br /><br />Allah swt mengutus dua ekor burung gagak yang saling bertarung. Salah<br />satunya membunuh yang lain, kemudian mengubur dengan pelatuknya di<br />bawah tanah. Melihat peristiwa itu Qabil menyesal seraya berkata,<br />”Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung<br />gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu<br />jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.” QS. Al<br />Ma’idah: 31<br /><br />Penyesalan memang selalu datang belakangan. Naudzubillah min dzalik<br /><br />Beberapa Ibrah Dari Kisah Ini:<br /><br />1. Allah swt berkehendak agar bumi-Nya dihuni oleh banyak manusia,<br />yaitu melalui syari’at pernikahan yang halal.<br /><br />2. Kecantikan wanita menjadi penyebab permusuhan dan fitnah, sesuai<br />sabda Rasulullah saw. ”Takutlah fitnah wanita, karena penyebab bani<br />Isra’il hancur adalah karena fitnah wanita.” HR. Muslim.<br /><br />3. Orang yang shalih selalu menerima keputusan dan perintah Tuhannya,<br />sekaligus berusaha untuk mendakwahkan kebenaran ajaran Tuhannya,<br />sekalipun terhadap orang yang memusuhinya.<br /><br />4. Penyebab orang menentang kebenaran adalah sikap menuruti hawa nafsu<br />dan sombong. Dan orang yang mengikuti hawa nafsu lagi sombong tidak<br />bisa menerima nasehat dan pelajaran kecuali lewat jalan yang hina.<br /><br />Semoga kita semua terhindar dari sikap memperturutkan hawa nafsu,<br />menentang perintah Allah swt., durhaka kepada orang tua, dan berbuat<br />dzalim terhadap sesama. Amin. Allahu A’lam.<br /><br />http://www.dakwatun a.com/2007/ kisah-habil- dan-qabil/<br /> </span>Mahyu Liansyahhttp://www.blogger.com/profile/17433642617703263438noreply@blogger.com0