Rabu, 12 Mei 2010

Kisah Habil dan Qabil

Posted by: "Hasan Abdurrahim" hasanabdurrahim10@gmail.com
Sun May 9, 2010 8:21 pm (PDT)


http://www.dakwatun a.com

Kisah Habil dan Qabil

Oleh: Ulis Tofa, Lc
____________ _________ _________ __

dakwatuna.com – Tata Kehidupan manusia di muka bumi mulai terwujud
ketika Hawa hamil dan siap menyambut kelahiran anak-anaknya.

Rasulullah saw. bersabda, “Ketika Allah menurunkan Adam a.s. dari
surga bersama Hawa, –ketika di surga keduanya tidak melakukan hubungan
suami istri, masing-masing tidur sendiri– sehingga ketika di bumi
Malaikat Jibril mendatangi Adam a.s. dan menyuruhnya untuk menggauli
istrinya serta mengajarkan bagaimana caranya. Ketika Adam a.s. telah
menggauli istrinya, Jibril kembali mendatangi Adam a.s. dan bertanya,
“Bagaimana kamu dapati istri kamu?” Adam menjawab, “Shalihah insya
Allah…”

Awal bunga mekar di taman kehidupan manusia. Adam alaihis salam dan
Hawa merasakan kebahagiaan dan ketentraman bersama mereka. Adam
alaihis salam dan Hawa begitu mencintai dan menyayangi mereka.
Keduanya berharap agar keturunannya akan memenuhi penjuru bumi,
berjalan di atasnya dan memakan dari rizki yang telah Allah swt
sediakan.

Adam alaihis salam dan Hawa sangat menanti kelahiran anak-anaknya.
Meskipun situasi dan kondisi yang mereka hadapi sangatlah berat.
Terutama bagi seorang calon ibu. Namun bagi Hawa justru menguatkan
rasa cinta, kasih sayang dan kelembutan. Hawa menjadi seorang ibu yang
qurrata a’yun lagi penuh kehangatan.

Hawa melahirkan dua kali anak kembar. Yaitu Qabil dan saudarinya serta
Habil dan saudarinya. Mereka tumbuh dalam asuhan kedua orang tuanya.
Kedua putranya merasakan nikmatnya kehidupan dan masa muda yang kuat.
Sedangkan kedua putrinya tumbuh dengan kecenderungan kewanitaannya.
Kedua putranya mulai bekerja mencari penghidupan. Qabil sebagai petani
dan Habil sebagai penggembala.


Syari’at Menikah

Dua bersaudara mendapatkan kemudahan hidup dan ma’isyah. Keluarga ini
pun diliputi rasa aman dan berkecukupan. Seiiring berjalannya waktu
dan usia, keduanya memiliki dorongan kelaki-lakian yang kuat, yaitu
dorongan memiliki pasangan hidup untuk mendapatkan sakinah dan
ketenteraman jiwa dengan pasangannya. Hasrat jiwa keduanya begitu
menggebu. Mencari jalan keluar yang mungkin diraih.

Nampaklah di sini kehendak Allah swt yang menjadi rahasia semenjak
azali bahwa bani Adam diuji dengan kemudahan-kemudahan , berupa harta
yang melimpah, anak yang banyak, bumi subur menghijau dengan
memberikan hasil-hasilnya. Sebagaimana juga takdir Allah swt berlaku,
yaitu manusia bukan hanya umat yang satu, bahkan harus beragam dan
banyak. Ada perbedaan pandangan dan keinginan, model dan penciptaan,
bahagia dan sengsara.

Maka Allah swt mewahyukan kepada bapak manusia untuk menikahkan anak
mudanya secara silang. Adam alaihis salam melaksanakan perintah Allah
dan menyampaikannya kepada anak-anaknya dengan harapan bahwa keputusan
ini menjadi penengah bagi mereka.

Menuruti Nafsu Penyebab Penyimpangan

Dorongan hasrat jiwa adalah sikap ambisi dan tamak. Namun barangsiapa
yang mampu mengendalikan dorongan gelora syahwatnya dan mampu
menjadikan akalnya sebagai pengendali hawa nafsunya, maka ia menjadi
orang yang dimuliakan Allah swt di dunia dan akhirat. Adapun siapa
yang tunduk di bawah kendali syahwatnya. Akalnya bertekuk lutut
dikalahkan nafsunya, maka ia termasuk kelompok orang-orang yang merugi
dan tersesat jalan hidupnya, meskipun ia mengira perbuatan itu baik.

Setelah Adam alaihis salam menyampaikan wahyu Tuhannya dan memutuskan
pernikahan anak-anaknya, seketika itu Qabil menolak. Ia tidak menerima
keputusan ayahnya, karena calon istrinya tidak secantik calon istri
saudaranya. Qabil iri terhadap saudaranya. Dia masih berharap agar
saudari kembarnya yang akan menjadi istrinya.

Kecantikan fisik masih menjadi sumber masalah yang siap melumat jiwa
manusia dan mewariskan kerusakan.

Kecantikan menjadi sebab perpecahan di antara dua bersaudara. Namun
Habil tetap mengingatkan saudaranya untuk mentaati ayahnya dan
menerima takdirnya.

Adam alaihis salam sebagai seorang ayah didera kebingungan yang hebat,
tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dirinya terbelah dalam dua
pilihan yang serba sulit. Antara cinta kepada kedua putranya, dan
antara keberlangsungan persaudaraan serta keselamatan keduanya. Sampai
akhirnya Allah swt memberikan jalan keluar kepada Adam alaihis salam,
yaitu agar kedua putranya mempersembahkan qurban kepada Allah swt.
Mana di antara keduanya yang diterima qurbannya, berarti dialah yang
berhak mendapatkan keinginannnya. Habil mengurbankan unta, sedangkan
Qabil mengurbankan gandum. Keduanya mengharapkan bahwa dirinyalah yang
mendapatkan bagian yang lebih baik.

Habil telah menunaikan bagiannya dan benar dalam prosesnya, yaitu
menerima keputusan ayahnya dan ikhlas dalam menjalankan qurbannya,
oleh karena itu qurbannya diterima. Sedangkan qurban saudaranya
ditolak, karena ia masih belum menerima keputusan ayahnya, dan tidak
mengikhlaskan niat dalam pengurbanannya.

Qabil meradang karena impianya tidak tercapai. Malah hatinya dipenuhi
kedengkian. Ia pun bersumpah kepada saudaranya, ”Akan aku bunuh kamu,
kalau tidak aku menderita, sebaliknya kamu berbahagia. Dan aku tidak
mau bersaudara dengan orang yang bahagia, sedangkan aku kecewa dan
tersiksa.

Mendengar ancaman Qabil itu, Habil berkata kepadanya dengan penuh
penyesalan hati, ”Saudaraku, alangkah baiknya jika kamu menyadari
kesalahanmu sehingga kamu memperbaikinya. Agar kamu menapaki jalan
keselamatan, kamu pun akan bahagia. Karena Allah swt tidak akan
sekali-kali menerima persembahan qurban, kecuali dari orang-orang yang
bertakwa.”

Menasehati Dalam Kebaikan

Habil adalah orang yang dikaruniai keluasan akal dan kekuatan fisik.
Ia termasuk orang-orang yang diberi amanat, maka ia pun menjaganya. Ia
termasuk orang-orang yang diberi hikmah, maka ia menggunakannya dengan
sebaik-baiknya. Ia lebih mementingkan keridhaan Allah swt, berbakti
kepada kedua orang tuanya dan rela dengan pembagian Tuhannya. Ia
melihat bahwa dunia ini adalah kesenangan yang akan hilang, pemberian
yang akan berganti. Ia sangat sayang dengan saudaranya dan selalu
menasehatinya serta selalu mengingatkan agar menepati janjinya. Selain
itu ia pun yakin bahwa dirinya memiliki kekuatan dari kekuatan Allah
swt, sehingga ancaman Qabil tidak membuat dirinya takut.

Habil melewati hari-harinya dengan biasa. Tidak ada niat sekecil
apapun untuk menyakiti saudaranya, apalagi membunuhnya. Karena Allah
swt Dzat yang telah menciptakan kesucian menetapkan demikian, yaitu
yang baik dan suci tidak boleh terprovokasi oleh sifat tercela. Maka
ia takut kepada Allah swt. Tuhan semesta alam.

Habil terus berusaha menasehati saudarnaya dengan santun dan menjaga
hati saudaranya. Itu dilakukannya adalah semata-mata agar ucapannya
dapat menjadi penawar hati sehingga mampu mengikis rasa dengki
saudaranya. Ia berkata, ”Wahai saudaraku, sebenarnya kamu telah
khilaf. Kamu akan berdosa kalau tetap bertekad membunuhku. Jalan
pikiranmu keliru. Lebih baik kamu beristighfar dan minta ampun kepada
Allah swt., kembali ke jalan-Nya. Kalau kamu tetap membulatkan
tekadmu, terus ingin melaksanakan rencanamu, maka sungguh aku serahkan
urusanku kepada Allah swt. karena aku sangat takut dosa akan
menghampiriku atau seberkas sisa kedurhakaan menggelayut di hatiku.
Maka tanggunglah dosa olehmu sendiri. Kamu termasuk ahli neraka dan
itulah ganjaran bagi orang yang dzalim.”

Namun demikian, tidaklah ketulusan persaudaraan Habil itu mampu
mengobati kedengkian Qabil. Tidaklah kasih sayang, kelembutan dan
kecintaan dari hati Habil yang paling dalam mampu memadamkan gejolak
api di hati saudaranya. Tidaklah juga rasa takut kepada Allah swt, dan
menjaga hak-hak kedua orang tua merubah hati orang yang pertama kali
berbuat dosa di muka bumi ini.

Terjadilah peristiwa itu. Suatu hari tangan Qabil berlumuran darah
saudaranya sendiri. Ia telah membunuhnya. Habil kembali kepada
Tuhannya.

Beberapa hari Adam alaihis salam tidak melihat Habil. Sang ayah merasa
khawatir sesuatu telah menimpanya. Ia pun bertanya kepada Qabil, ”Di
mana saudaramu, Habil?”. Qabil menjawab dengan cueknya, ”Aku
bukanlahlah wakil dia. Bukan penjaga dia dan bukan juga perawat dia.”.

Adam alaihis salam akhirnya mengetahui bahwa putranya telah dibunuh.
Adam alaihis salam terdiam penuh gejolak. Namun Adam alaihis salam
mampu menahan gejolak tersebut meskipun dengan perih pilu atas
hilangnya orang yang ia cintai. Adam alaihis salam melantunkan syair
duka-citanya:

Aku berkata dalam diri penuh penyesalan dan duka nestapa

Salah satu putraku dibunuh dan tidak akan pernah kembali lagi

Habil adalah orang pertama yang dibunuh di muka bumi ini . Qabil
bingung tidak mengetahui bagaimana cara mengurus jenazah saudaranya.
Dipikullah suadaranya mondar-mandir di atas pundaknya. Qabil didera
ketakutan dan kegelisahan… berhari-hari. Hingga bau tidak sedap mulai
tercium dari tubuh jenazah saudaranya. Qabil telah capek memikulnya.
Qabil tidak tahu harus berbuat apa.

Sampai di sini, kasih sayang Allah swt terhadap tubuh jenazah suci itu
mau tidak mau turun. Sebagai sunnah bagi ketentuan makhluk. Sekaligus
sebagai penjagaan terhadap kemuliaan Adam alahis salam dan putranya.
Di sini juga, wajib ada pelajaran berharga bagi orang yang dipenuhi
dendam kesumat. Akan tetapi dia bukanlah orang yang pantas menerima
wahyu Allah swt. juga bukan ilham-Nya. Bahkan ia harus menjadi murid
dari burung gagak. Pengetahuannya baru muncul ketika melihat seekor
hewan hitam yang lemah. Keegoannya baru luluh atas peristiwa yang
dilihatnya.

Allah swt mengutus dua ekor burung gagak yang saling bertarung. Salah
satunya membunuh yang lain, kemudian mengubur dengan pelatuknya di
bawah tanah. Melihat peristiwa itu Qabil menyesal seraya berkata,
”Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung
gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu
jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.” QS. Al
Ma’idah: 31

Penyesalan memang selalu datang belakangan. Naudzubillah min dzalik

Beberapa Ibrah Dari Kisah Ini:

1. Allah swt berkehendak agar bumi-Nya dihuni oleh banyak manusia,
yaitu melalui syari’at pernikahan yang halal.

2. Kecantikan wanita menjadi penyebab permusuhan dan fitnah, sesuai
sabda Rasulullah saw. ”Takutlah fitnah wanita, karena penyebab bani
Isra’il hancur adalah karena fitnah wanita.” HR. Muslim.

3. Orang yang shalih selalu menerima keputusan dan perintah Tuhannya,
sekaligus berusaha untuk mendakwahkan kebenaran ajaran Tuhannya,
sekalipun terhadap orang yang memusuhinya.

4. Penyebab orang menentang kebenaran adalah sikap menuruti hawa nafsu
dan sombong. Dan orang yang mengikuti hawa nafsu lagi sombong tidak
bisa menerima nasehat dan pelajaran kecuali lewat jalan yang hina.

Semoga kita semua terhindar dari sikap memperturutkan hawa nafsu,
menentang perintah Allah swt., durhaka kepada orang tua, dan berbuat
dzalim terhadap sesama. Amin. Allahu A’lam.

http://www.dakwatun a.com/2007/ kisah-habil- dan-qabil/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar