Sabtu, 22 Mei 2010

Makna Rabb

Posted by: "wirawan" wirawan.smg@gmail.com wirawan_smg
Wed May 19, 2010 5:46 pm (PDT)


*Makna Rabb*

Segala puji hanya milik Allah *Subhaanahu Wa Ta’aalaa*. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah tercinta, Muhammad bin
Abdullah, segenap keluarga, para sahabat dan umatnya yang setia.

Apabila kita bertanya kepada seseorang…siapa *Rabb*-mu?

Barangkali orang tersebut akan menjawab..Allah *Rabb*-ku…

Penggunaan kata *Rabb* memang biasa diterjemahkan sebagai Tuhan. Ini tidak
salah. Namun kata *Rabb* bisa juga diterjemahkan sebagai :

(1) Tuan besar, majikan, pemimpin yang bagaikan as sebuah motor yang padanya
tergantung gerakan motor itu.

(2) Ketua yang diakui kekuasaannya, berwibawa dan yang semua
perintah-perintahny a dipatuhi dan diendahkan.

Sebagaimana Fir’aun menjadikan dirinya sebagai *rabb* selain Allah.

Menjadikan manusia sebagai *Rabb* selain Allah *Subhanahu Wa Ta’ala* adalah
kemusyrikan. Sebagaimana orang Nasrani menjadikan alim-ulama dan
pendeta-pendeta mereka sebagai *Rabb* selain Allah *Subhanahu** Wa**Ta’ala*
*

AYAT-AYAT YANG MENGANDUNG MAKNA (2) DAN SEBAHAGIAN DARI MAKNA (1)

اِتَّخَ ُ ذوْا َأحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ َأرْبَابًا مِّن دُونِ الّلهِ

Mereka angkat para alim-ulama dan pendita-pendita mereka sebagai Rabb-rabb
(tuhan-tuhan) selain Allah... QS.9:31.*

وَ َ لا يَتَّخِ َ ذ بَعْضُنَا بَعْضًا َأرْبَابًا مِّن دُونِ الّلهِ

Dan kita tidak saling menjadikan Rabb-rabb (tuhan-tuhan) selain Allah.
QS.3:64.

Adapun yang dimaksud dari kata *Arbaban*, kata majmuk dari *Rabb* pada dua
ayat tersebut ialah, semua pemimpin, baik pemimpin agama, ormas dan orpol,
mahupun pemimpin lainnya, yang mengeluarkan aturan atau rencana yang lalu
ditaati dan dilaksanakan oleh bawahan mereka, sekalipun bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan Allah. Malah dianggap biasa.

(*) Ketika ayat ini dibacakan dihadapan shahabat ‘Adiy Ibnu Hatim, asalnya
beliau ini Nasrani sedang beliau datang kepada Rasul dalam keadaan masih
Nasrani. Dan ketika mendengar ayat ini dengan vonis-vonis di atas, maka
‘Adiy Ibnu Hatim berpikir: Kami (maksudnya: dia dan orang-orang Nasrani)
tidak pernah shalat, sujud kepada alim ulama kami, atau kepada pendeta kami,
lalu kenapa Allah memvonis kami musyrik, kami melanggar *Laa ilaaha
illallaah* dst. Jadi dalam benak ‘Adiy Ibnu Hatim bahwa yang namanya
kemusyikan itu adalah shalat, sujud atau memohon kepada selain Allah.
Sehingga mereka tidak mengetahui bahwa yang mereka lakukan selama ini adalah
kemusyrikan, mereka heran… sebenarnya apa kemusyrikan yang dilakukan dan
bagaimana bentuknya sehingga kami disebut telah mentuhankan alim ulama ?


Maka Rasulullah *shalallahu ‘alaihi wasallam* berkata: “*Bukankah orang –
orang alim dan para rahib kalian itu menghalalkan apa yang telah Allah
haramkan lalu kalian ikut-ikutan menghalalkannya? , bukankan mereka
mengharamkan apa yang telah Allah halalkan kemudian kalian juga
mengharamkannya? *”, lalu ‘Adiy berkata: “*Ya !*”, maka Rasul berkata: *“Itulah
bentuk peribadatan (orang nasrani) terhadap mereka*”

Lengkapnya adalah sbb:

Mengenai penafsiran ayat ini, at-Tirmidzi telah meriwayatkan dari Adi bin
Hatim, bahwa dia berkata: “Ya Rasulullah, mereka itu tidak menyembah mereka
(orang-orang alim dan para rahib).” Maka beliau Shallallahu Alaihi Wa Sallam
pun menjawab: “Tidak demikian, sesungguhnya orang – orang alim dan para
rahib menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal bagi mereka, lalu
mereka mengikuti orang – orang alim dan para rahib itu, maka yang demikian
itu merupakan *penyembahan* kepada orang-orang alim dan para rahib tersebut.
(Sumber : Tafsir Ibnu Katsir)

Kembali ke pembahasan mengenai *rabb*.

Contoh penggunaan kata “rabb” yang tidak diterjemahkan / diartikan sebagai
“tuhan”:

َأمَّا َأحَدُ ُ كمَا َفيَسْقِي رَبَّهُ خَمْرًا

Adapun salah seorang di antara kamu berdua, akan kembali melayani rabbnya
(tuan/majikannya) dengan minuman keras. QS.12:41.

وََقا َ ل لِلَّذِي ظَنَّ َأنَّهُ نَاجٍ مِّنْهُمَا ا ْ ذ ُ كرْنِي عِندَ
رَبِّكَ َفَأنسَاهُ الشَّيْ َ طا ُ ن ذِكْرَ رَبِّهِ

Dan (Yusuf) berkata kepada orang yang sudah diyakini akan bebas itu:

Terangkanlah keadaanku kepada rabb (tuan)mu. Tetapi syaitan menjadikannya
lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada rabb (tuan)nya. QS.l2 :42.

َفَلمَّا جَاءهُ الرَّسُو ُ ل َقا َ ل ارْجِعْ إَِلى رَبِّكَ َفاسَْأْلهُ مَا
بَا ُ ل النِّسْوَةِ اللاَّتِي َقطَّعْنَ َأيْدِيَهُنَّ إِنَّ

رَبِّي بِ َ كيْدِهِنَّ عَلِيمٌ

Tatkala utusan itu datang kepadanya (Yusuf), berkatalah ia (Yusuf):

Kembalilah kepada rabb (tuan)mu dan tanyakanlah padanya bagaimana halnya
dengan wanita-wanita yang telah melukai (jari) tangan-tangan mereka.
Sesungguhnya Rabb (Tuhan)ku, Maha Mengetahui tipu-daya mereka. QS.12:50.

Yusuf a.s. memberikan prediket *rabb* itu kepada raja dan penguasa atau
majikan-majikan di Mesir. Orang-orang Mesir pada waktu itu, menganggap
setiap raja, mahupun pejabat dan penguasa ataupun majikan, sebagai pemilik
dan berkuasa mutlak keatas mereka. Mereka dapat menyuruh dan melarang dalam
segala hal tanpa boleh dibantah. Dengan demikian mereka dianggap sebagai *
rabb-rabb*. Tetapi sebaliknya, Nabi Yusuf tidak bermaksud dari kata Rabbi
(Tuhanku) selain Allah s.w.t. Kerana, mutlaklah kekuasaanNya.

Demikian juga yang dimaksud dengan Fir’aun. Ia menganggap dirinya adalah
penguasa tertinggi, pemimpin tertinggi bangsa Mesir. Karena bila ia mengakui
Musa a.s sebagai utusan dari *Rabb *yang *haq*, maka otomatis kekuasaannya
menjadi tidak berarti, menjadi terbatas karena diganti dengan
syariat-syariat dari Allah melalui Musa a.s.

Jelasnya perhatikan kisah berikut ini : (NB: menurut pengetahuan modern,
dari peninggalan piramid dan hieroglyph, tuhan bangsa Mesir Kuno bukanlah
Fir’aun, melainkan ; Dewa Horus, Dewa Ra, Dewi Isis dan dewa-dewa yang lain)

* *

*FIR’AUN DAN BANGSA MESIR*

Marilah kita telaah kisah Fir’aun Raja Mesir dan rakyatnya zaman dahulu.

Mereka termasuk di antara bangsa-bangsa zaman dahulu yang dituduh dengan
yang tidak-tidak. Mereka dituduh masyarakat masa kini dengan apa yang
dilontarkan terhadap Namrud Raja Babilon dan rakyatnya, bahkan berlebihan.

Fir’aun, selain dituduh ingkar akan Allah Tuhan seru sekalian alam,
memproklamasikan dirinya sebagai satu-satunya tuhan. Kalau benar, maka
alangkah tololnya Fir’aun itu menyatakannya di hadapan bangsanya yang boleh
dikatakan sudah tinggi kebudayaannya. Dan alangkah bodohnya bangsa Mesir,
terutama para pejabat pemerintahan jika mereka percaya.

Fir’aun menentang Nabi Musa a.s. kerana paksaan politik anti suku Israel,
suku Musa. Sebab, itulah, maka. Fir’aun sangat gigih menentang *Uluhiyah*dan
*Rububiyah* Allah yang diperjuangkan Musa a.s., kendatipun meyakininya,
seperti kaum sekular dewasa ini. Adapun penjelasan lebih lanjut tentang
Fir’aun dan para pejabat tinggi pemerintahnya, adalah sebagai berikut:

Ketika Nabi Yusuf a.s. dinobatkan sebagai raja baru Mesir pengganti yang
telah mangkat, maka perhatiannya sangat besar terhadap dakwah. Kerananya
dikenal seluruh lapisan, kendatipun tidak semuanya memeluk *dien* raja
mereka (Islam) itu. Tetapi mereka percaya bahwa Allah Pencipta alam semesta
ini, adalah *Ilah* dan *Rabb* (sesembahan dan Tuhan) mereka serta dewa-dewa
yang disembahnya itu.

Ratusan tahun kemudian, dimana generasi-generasi bergantian, kaburlah ajaran
Yusuf itu. Namun demikian pengaruhnya masih ada pada generasi-generasi
pelanjut itu sampai generasi Musa a.s. Musa pun diutus Allah sebagai Rasul
dan Nabi sekaligus. Adapun bukti pengaruh ajaran Yusuf a.s. itu yang masih
melekat pada diri orang-orang Mesir ialah ketika kabinet berkali-kali sidang
di bawah pimpinan Fir’aun yang hendak merencanakan pembunuhan Musa a.s.,
maka tampillah salah seorang menteri di antaranya menentang perencanaan itu
seraya berkata:

َأتَقْتُُلو َ ن رَجًُلا َأن يَُقو َ ل رَبِّيَ اللَّهُ وََقدْ جَآءَ ُ كم
بِاْلبَيِّنَاتِ مِن رَّبِّ ُ كمْ وَإِن يَكُ َ كاذِبًا َفعََليْهِ

َ كذِبُهُ وَإِن يَكُ صَادًِقا يُصِبْ ُ كم بَعْضُ الَّذِي يَعِدُكُمْ إِنَّ
اللَّهَ َلا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ

كَذَّابٌ يَا َقوْمِ َلكُمُ الْمُلْكُ الْيَوْمَ َ ظاهِرِينَ فِي الَْأرْضِ
َفمَن يَنصُرُنَا مِن بَأْسِ اللَّهِ إِ ْ ن

جَآءَنَا

Apakah kamu akan membunuh orang kerana ia menyatakan bahawa Tuhannya adalah
Allah dan telah membawakan bukti-bukti akan kebenarannya dari Tuhan kalian
itu? Seandainya ia dusta, maka ia akan memikul akibatnya. Tetapi kalau
benar, maka kamu akan mengalami bencana yang dikatakannya itu. Dan Allah
takkan menunjuki orang yang bersikeras dan pendusta. Hai kaumku, sekarang
kamulah yang berkuasa, bertindak semahu diri. Tetapi ingatlah nanti, siapa
gerangan yang akan dapat menolong kita bila azab Allah (bencana) menimpa
kita? QS.40:28-29.

يَا َقوْمِ إِنِّي َأخَافُ عََليْ ُ كم مِّثْ َ ل يَوْمِ الْأَحْزَابِ مِثْ َ ل
دَأْبِ َقوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وََثمُودَ وَالَّذِينَ

مِن بَعْدِهِمْ

Hai kaumku, sungguh aku khuatir (bencana) menimpa kalian seperti yang
menimpa kelompok.kelompok masa lalu. Seperti nasib Kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud dan
lain-lainnya. QS.40 :30-31.

ََلَقدْ جَآءَ ُ كمْ يُوسُفُ مِن َقبْلُ بِاْلبَيِّنَاتِ َفمَا زِْلتُمْ فِي
شَكٍّ مِّمَّا جَآءَ ُ كم بِهِ حَتَّى إَِذا

هََلكَ ُقْلتُمْ َلن يَبْعَ َ ث اللَّهُ مِن بَعْدِهِ رَسُوًلا

Dan dahulu telah datang pada kalian Yusuf dengan keterangan yang jelas,
tetapi kalian tiada hentinya meragukan apa yang ia bawa kepada kalian itu.
Sampai ketika ia meninggal, maka kalian berkata: Allah tidak akan mengutus
seorang Rasul lagi sesudahnya.. . QS.40:34.

وَيَا َقوْمِ مَا لِي َأدْعُو ُ كمْ إَِلى النَّجَاةِ وَتَدْعُونَنِي إَِلى
النَّارِ تَدْعُونَنِي لَِأكْفُرَ بِاللَّهِ وَأُشْرِكَ

بِهِ مَا َليْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وََأنَا َأدْعُو ُ كمْ إَِلى الْعَزِيزِ
اْلغَفَّارِ

Hai kaumku, sungguh aku hendak menghindarkan kalian dari bencana tapi
mengapa kamu hendak mengajakku ke neraka (penderitaan) ? Kamu suruh aku
menentang Allah dan menyekutukan dengan Dia apa yang tidak kukenal, sedang
aku mengajak kalian kepada yang Maha Gagah lagi Maha Pemurah. QS.40: 41-42

Dari kata-kata pejabat tinggi tadi, maka jelaslah sudah betapa ajaran Nabi
Yusuf membekas pada diri-diri mereka semua, kendatipun setelah ditinggalnya
sejak ratusan tahun. Mengingatkan ini, maka tak mungkinlah seorang orang pun
di antara bangsa Mesir ketika tidak tersentuh hatinya oleh dakwah Nabi Yusuf
a.s. itu. Kerana itu, tidak akan ada yang engkar terhadap Allah, Tuhan seru
sekalian alam, takkan engkar terhadap *Uluhiyah* dan RububiyahNya. Tetapi,
mereka berbuat suatu kesalahan besar, seperti kesalahan yang dilakukan oleh
bangsa-bangsa atau suku suku dan kaum Nuh Ad, Tsamud Namrud dan Babilon dan
lain-lainnya, seperti anda ketahui dan halaman-halaman lalu.

Kesalahan tersebut ialah mempersekutukan anasir-anasir atau oknum-oknum
tertentu dengan Allah dalam *Rububiyah* dan *Uluhiyah*. Dengan demikian
bererti kekuasaan Allah tidak mutlak, lantaran terbahagi di antara
oknum-oknum yang telah dipersekutukan mereka itu. Dengan demikian, mereka
menentang ketentuan-ketentuan Allah menolak perintah dan menggeser
laranganNya.

Kini timbul tandatanya tentang peribadi Fir’aun Raja Mesir dahulu itu.
Menurut pendapat orang-orang Islam pada umumnya, bahwa Fir’aun itu, tidak
percaya akan adanya Allah, engkar terhadap Tuhan seru sekalian alam. Ia
menganggap dirinya sebagai *ilah* dan *rabb*, sesembahan dan tuhan. Pendapat
ini berdasarkan al-Quran. Antara lain:

(1) Ketika Musa berkata: “Aku adalah pesuruh Tuhan seru sekalian alam,” maka
sambut Fir’aun dengan pertanyaan: “Gerangan apakah Tuhan seru sekalian alam
(Rabbul-alamin) itu?” Q.26:16&23.

(2) Perintah Fir’aun kepada Haman agar membangunkan sebuah menara untuk
membuktikan Ilah (Sesembahan) Musa a.s. Q.40:36-37.

(3) Ancamannya pada Musa a.s.: “Jika engkau menganggap suatu tuhan selain
aku, akan ku penjarakan.” Q.26:29.

(4) Pernyataannya di depan rakyat: “Akulah rabb (tuhan) kalian.” Q.79:24.

(5) Pernyataannya di depan para pejabat tinggi: “Tidak ada ilah (sesembahan)
bagi kalian selain aku.” Q.28 :38

Pernyataan-pernyata an serupa tersebut, memang menimbulkan tuduhan atas diri
Fir’aun sebagai tidak percaya akan adanya Allah, tidak mengenal *
Rabbulalamin* , Pencipta dan Tuhan seru sekalian alam dan menganggap dirinya
sebagai tuhan dan sesembahan. Sesungguhnya, pernyataan-pernyata an Fir’aun
tadi, terdorong oleh emosi dan rasa khuatir yang mencengkam alam fikirannya.
Ia khuatir dengan dakwah atau misi Musa itu, kekuasaan negara akan jatuh
kembali ke tangan suku Bani Israel lagi.

Ketika Nabi Yusuf as. menduduki singgahsana kerajaan Mesir, beliau
menyebar-luaskan kepercayaan terhadap Allah sebagai satu-satunya sesembahan
dan Tuhan seru sekalian alam, sehingga mereka yang tidak memeluk agama yang
dibawakannya itupun rnenghayati kepercayaan tersebut.

Berkat keluhuran keperibadiannya, maka besar jualah pengaruhnya di hati
segenap masyarakat, dimana sukunya (Israel) berpengaruh dan disegani. Maka
dengan mudah mereka mendapatkan kedudukan-kedudukan tinggi dalam
pemerintahan selama beberapa abad.

Tiada sesuatu yang kekal di alam ini. Begitulah halnya dengan pengaruh dan
kekuasaan suku Israel di Mesir itu. Tindakan dan tingkah pola mereka yang
tidak senonoh atau adil itu, menimbulkan anti pati kebencian terhadap mereka
di kalangan rakyat Mesir dan tokoh — atau pemuka-pemuka mereka.
Makatimbullah pergolakan. Sudah tentu kemenangan akhirnya di pihak yang
adil.

Tetapi suku Israel berusaha mengambil alih kembali kekuasaan atas Mesir di
bawah tanah. Tetapi pemerintah mengadakan pengawasan terhadap mereka lebih
ketat. Sehingga setiap bayi laki-laki yang lahir dibunuh, supaya
lama-kelamaan kaum laki-laki musnah kerana tiada pengganti. Dengan demikian,
maka akan punahlah suku Israel itu dari permukaan bumi sekiranya tidak
ditolong Allah s.w.t.

Maka dengan seizin Allah, lahirlah seorang bayi laki-laki dan dia bernama
Musa yang dapat perlindungan khusus dari Allah dari kekejaman atau
kebijaksanaan Fir’aun yang tidak bijaksana itu. Malah justeru dipelihara
oleh Fir’aun di dalam istana sebagai anak dan pangeran yang disayangi sekali
oleh sekeluarga. Sehingga apabila sudah dewasa dan layak diberi tugas
risalah (misi) oleh Allah, Tuhan seru sekalian alam, maka Fir’aun dan
kelompoknya akan menghadapi suatu tentangan yang sungguh berat sekali,
dimana tiada alternatif bagi mereka selain tunduk dan setia pada misi Musa
itu, dimana menurut pendapat mereka, bererti menyerahkan kembali kekuasaan
negara kepada Musa dan suku Israel yang sudah dikenal di masa lalu sebagai
penguasa-penguasa yang tidak adil dalam segala tindakan mereka, sehingga
memiskinkan dan memelaratkan rakyat. Atau menentang Musa, dimana masih
tampak harapan untuk bertahan. Maka yang inilah dipilihnya dan dijadikannya
sebagai garis besar haluan negara. Mereka tidak segan-segan lagi
mempergunakan segala tipudaya dan muslihat serta intimidasi dengan asal demi
kemenangan terakhir.

Dalam pada itu, al-Quran menceritakan sebagai berikut: Berkatalah Fir’aun
kepada para pejabat terasnya ketika menerima Musa a.s. dan menghadapinya:

َفَلوَْلا أُلْقِيَ عََليْهِ َأسْوِرٌَة مِّن َذهَبٍ َأوْ جَآءَ مَعَهُ
الْمَلَائِ َ كةُ مُقْتَرِنِينَ

(Sebagai utusan Allah) mengapa tidak dipakaikan padanya seragam dari emas
(tanda kebesaran) atau diiringi barisan Malaikat? QS.43 :53.

Apakah mungkin berkata demikian seorang engkar akan Allah dan Malaikat itu?

Di lain bahagian al-Quran membawakan dialog yang pernah terjadi antara
mereka berdua. laitu, setelah Musa a.s. mempertunjukkan beberapa Mukjizat
kepadanya, maka Fir’aun berkata:

فَقَا َ ل َلهُ فِرْعَو ُ ن إِنِّي َلَأظُنُّكَ يَا مُوسَى مَسْحُورًا َقا َ ل
َلَقدْ عَلِمْتَ مَا َأنزَ َ ل هَؤُلآءِ إِلاَّ

رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ بَصَآئِرَ وَإِنِّي َلَأظُنُّكَ يَا فِرْعَو ُ
ن مَْثبُورًا

Maka berkatalah Fir’aun: Hai Musa, jelaslah bagiku, bahawa semua itu, adalah
sihir (black magic) semata.

Lalu jawab Musa: Sesungguhnya engkau sudah tahu dan yakin benar, bahawa hal
itu takkan dapat diperlakukan kecuali oleh Tuhan seru sekalian alam. Dan aku
yakin, bahawa engkau hai Fir’aun pasti binasa. QS.17:l0l-102.

Di ayat lain al-Quran membongkar isi hati Fir’aun dan kuncu kuncunya:

َفَلمَّا جَآءَتْهُمْ آيَاتُنَا مُبْصِرًَة َقاُلوا هَ َ ذا سِحْرٌ مُّبِينٌ
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيَْقنَتْهَآ َأنُفسُهُمْ

ُ ظْلمًا وَعُُلوا

Maka tatkala mukjizat-mukjizat Kami (Allah) itu sampai kepada mereka dengan
jelasnya, mereka sanggah: Ini adalah sihir semata. Sengaja mereka engkari,
padahal mereka yakin dalam hati akan kebenarannya. QS.27:l3-14.

Di bahagian lain, al-Quran mengungkapkan tipu daya pihak Fir’aun

terhadap dakwah Musa di muka umum:

َقا َ ل َلهُم مُّوسَى وَيَْل ُ كمْ َلا تَفْتَرُوا عََلى اللَّهِ َ كذِبًا
َفيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ وََقدْ خَابَ مَنِ

اْفتَرَى َفتَنَازَعُوا َأمْرَهُم بَيْنَهُمْ وََأسَرُّوا النَّجْوَى َقاُلوا
إِ ْ ن هَذَانِ َلسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ َأن

يُخْرِجَا ُ كم مِّنْ َأرْضِ ُ كم بِسِحْرِهِمَا وَيَ ْ ذهَبَا بِطَرِيَقتِكُمُ
اْلمُْثَلى

Kata Musa kepada mereka: Hati-hatilah, jangan berdusta terhadap Allah, kelak
kamu dibinasakanNya dengan azab. Dan pastilah rugi orang berdusta itu.

Lalu timbul perselisihan pendapat di antara mereka sendiri tentang sikap
yang akan diambilnya dalam sidang tertutup.

Lalu kata mereka di hadapan umum: Bahawasanya dua ahli sihir ini, akan
merebut kekuasaan negerimu ini dengan sihir serta mengubah
peraturan-peraturan mu yang sempurna itu sekali. QS.20:6l-63.

Adapun yang menimbulkan perselisihan di antara pihak. Fir’aun atau penguasa
ialah ancaman Musa terhadap mereka dengan kepastian menimpanya *azab* Allah
(bencana, kekacauan, kesulitan dan lain lain lagi) bila mereka menentang
ketentuan ketentuan Allah (norma-norma alamiah/insaniah) yang berlaku sejak
dahulu hingga akhir zaman. Dengan ini mereka sedari benar-benar dengan penuh
keyakinan, tidak dibantah. Akan tetapi kerana mereka khuatir kekuasaan
negeri jatuh kembali di tangan suku Israel golongan Musa itu, maka kebenaran
dan keadilan yang diperjuangkan Musa itu selalu diputar belitkan.

Mukjizat-mukjizat yang tak mungkin dilakukan kecuali oleh Allah dengan
perantaraan pesuruh atau RasulNya dianggapnya sihir seperti yang dilakukan
oleh banyak ahli sihir. Dan Musa difitnah mereka sabagai ahli sihir yang
sangat mahir yang mahu merebut kekuasaan negara dan bangsa Mesir, dimana
undang-undang dan peraturan serta adat istiadat bangsa Mesir yang sudah
sempurna itu dibuangnya.

Kerana jelas sudah hakikat tersebut, maka mudahlah bagi kita untuk
selanjutnya mengkaji:

(1) Apa sebab Fir’aun memusuhi Musa a s.

(2) Di sektor manakah kesesatan (kekeliruan) Fir’aun dan orang Mesir masa
lalu itu?

(3) Erti yang manakah dari kata *ar* *Rabb* yang dimaksud Fir’aun hingga ia
menganggap dirinya sebagai *ilah* dan *rabb* (sesembahan dan tuhan) itu?

Supaya mendapatkan jawapan yang memuaskan, baiklah kita telaah lebih dahulu
keterangan yang disertai ayat ayat al Quran sebagai berikut.

(1) Kelompok yang berpihak Fir’aun, setiap kali mendapat kesempatan dalam
pertemuan, baik di sidang mahupun di luarnya menganjurkan Fir’aun agar
bertindak sekeras-kerasnya terhadap gerakan atau dakwah Musa a.s. itu:

َأتَ َ ذرُ مُوسَى وََقوْمَهُ لِيُ ْ فسِدُوْا فِي الأَرْضِ وَيَ َ ذرَكَ
وَآلِهَتَكَ

Mengapa tuan biarkan saja Musa dan sukunya mengacau dan meninggalkan (tidak
menghiraukan) tuan dan sesembahan-sesembah an tuan itu? QS.7 :127.

Sebaliknya, di pihak yang pro Musa dan merahsiakan imannya di antara
pejabat-pejabat tinggi itu, berkata:

تَدْعُونَنِي لَِأكْفُرَ بِاللَّهِ وَأُشْرِكَ بِهِ مَا َليْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ

(Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir terhadap Allah dan mempersekutukan
dengan Dia apa yang tak kuketahui itu? Q.40:42.

Jika kedua ayat tersebut dan sejarah Fir’aun dan Mesir pada masa dahulu itu
diteliti, maka akan jelaslah bahwa berhala-berhala atau
sesembahan-sesembah an yang mereka persekutukan dengan Allah dalam
RububiyahNya, terbatas pada makna (Memelihara dan menjamin atau memenuhi
keinginan yang dipelihara) dan (Membimbing serta mengawasi di samping
memperbaiki dalam segala hal.). Maka itu, mereka sembah. Seandainya Fir’aun
mengangkat dirinya sebagai *rabb* (tuhan) dalam arti yang luas itu, iaitu
menguasai seluruh ketentuan alam dan tata-tertibnya serta tiada tuhan
mahupun sesembahan selain dia, maka takkan berdiri sebuah patung berhala pun
di tanah Mesir itu.

(2) Adapun pernyataan Fir’aun di hadapan seluruh pejabat tinggi:

يَا َأيُّهَا الْمََلأُ مَا عَلِمْتُ َل ُ كم مِّنْ إَِلهٍ َ غيْرِي

Hai seluruh pejabat: Selainku, tiada tuhan bagi kamu. Q.28 :38.

Dan ancamannya kepada Musa a.s.:

َلئِنِ اتَّخَذْتَ إَِلهًا َ غيْرِي َلَأجْعََلنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ

Akan kupenjarakan jika engkau mempertuhankan sesuatu selainku. Q.26 :29.

Maksud Fir’aun dengan kata-katanya di atas tadi ialah, melarang Musa untuk
berdakwah. Tidak bererti bahawa ia ingkar akan Allah dan ingkar terhadap
berhala-berhala yang disembahnya dan disembah rakyat. Kalau dibiarkannya
Musa herdakwah hingga berhasil, maka takkan ada satupun tuhan akan diakui
selain Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tuhan yang tak terbatas kekuasaanNya
di segala lapangan hidup, baik lapangan politik mahupun sosial dan
lain-lainnya tanpa kekecualian, dimana Fir’aun dan yang lain takkan berkuasa
dan berbuat semahunya. Dan tak dapat memperbudakkan rakyat sebagaimana
raja-raja dan penguasa dahulu. Sebab itulah, maka ia tak dapat menguasai
emosinya ketika berkata di hadapan umum: Hai ketahuilah, bahawa tiada
sesuatu yang bersifat seperti yang di katakan Musa itu selainku. Dan engkau,
hai Musa, jika engkau mempertuhankan sesuatu selainku, maka akan
kupenjarakanlah.

Dan penjelasan al-Quran dan dari sejarah bangsa-bangsa masa lalu dan
pengalaman-Pengalam an mereka, jelaslah bahawa raja-raja zaman dahulu (di
zaman sekarang pun ada) di antaranya Fir’aun-fir’aun Mesir, tidak hanya
bercita cita menguasai fisik dan material rakyat mereka, akan tetapi juga
hendak menguasai alam fikirannya. Mereka propagandakan dengan cara apapun
agar diri-diri mereka dianggap turunan dewa-dewa, sempurna, tiada kekurangan
atau kelemahannya, dimana kemudian mereka di persekutukan dengan Allah,
Tuhan seru sekalian alam dalam sektor *Uluhiyah* dan *Rububiyah*. Dalam pada
itu dan untuk maksud tersebut, sengaja diadakannya upacara-upacara khusus
yang harus ditaati, baik oleh rakyat-jelata mahupun pejabat setiap menghadap
sang raja. Jika mereka mati atau diganti, maka berpindahlah kekuasaan rohani
itu ke lain tangan, begitupun kebesaran dan keagungannya yang bersifat
sementara itu.

(3) Pengakuan Fir’aun akan uluhiyah (ketuhanan) dirinya hanya terbatas pada
lingkungan yang dikuasainya. Bukan *Uluhiyah* yang mutlak kekuasannya itu.
laitu kekuasaan atas seluruh alam semesta. Apabila ia berkata:

َأنَا رَبُّ ُ كمُ اْلَأعَْلى

Akulah tuhanmu yang paling tinggi. Q.79:24.

Maka yang dimaksudkan olehnya ialah bahwa ia adalah penguasa atau pemimpin
yang tertinggi di Mesir. Maka sudahlah sayugianya setiap perintah dan
larangannya diendahkan dan ditaati sekali. Tetapi terbatas pada tiga sektor,
iaitu sektor 3, 4 dan 5. Sedangkan sektor-sektor 1 dan 2 dikuasai Allah,
Tuhan seru sekalian alam itu, dimana tiada satupun yang ikut berkuasa. Kini,
apakah benar atau tidak penyataan Fir’aun menurut tutur al-Quran: Wahai
bangsa Mesir, apakah negeri ini bukan milikku di mana sungai-sungai mengalir
di bawah kekuasaanku (irigasi)?:

وَنَادَى فِرْعَوْ ُ ن فِي َقوْمِهِ َقا َ ل يَا َقوْمِ َأَليْسَ لِي مُلْكُ
مِصْرَ وَهَذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِن

تَحْتِي َأَفَلا تُبْصِرُو َ ن

Dan Fir’aun berseru kepada kaumnya seraya berkata: Hai Kaumku, bukankah
kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan bukankah sungai-sungai ini mengalir di
bawah kekuasaanku, apakah kamu tidak merenungkannya? Q.43:51.

Namrud Raja Babilon itupun, menganggap dirinya sebagai rabb (tuhan) dengan
alasan serupa, iaitu kekuasaan:

َأَلمْ تَرَ إَِلى الَّذِي حَآجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رِبِّهِ َأ ْ ن آتَاهُ
اللّهُ اْلمُْلكَ

Apakah engkau sudah tahu tentang orang yang mendebat Ibrahim tentang
Tuhannya kerana dianugerahi Allah sebuah *kerajaan*? Q.2:258.

Maka itu, raja Mesir sebelum Musa, telah menobatkan Nabi Yusuf a.s. sebagai
gantinya, tanpa pemilihan umum atau persepakatan dan majlis permusyawaratan.
Sebab, sebagai raja, maka ia berkuasa penuh, serupa diktator.

(4) Adapun faktor utama yang menyebabkan permusuhan yang tajam dari pihak
Fir’aun dari kawan-kawannya terhadap Musa a.s., bukanlah kerana Musa
menyatakan kemutlakan *Rububiyah* dan *Uluhiyah* Allah atas sekalian alam
ini, akan tetapi ialah kerana menganggap Allah itu sebagai satu-satunya
Tuhan yang berkuasa penuh di langit dan di bumi sekali. Maka itu, seluruh
makhluk harus tunduk pada ketentuan-ketentuan Nya dalam seluruh aspek-aspek
kehidupan, politik, sosial, ekonomi dan lain. Iainnya, baik individu,
mahupun perkumpulan.

Atas dasar ini, maka wajiblah Fir’aun menyerahkan kekuasaan negeri Mesir itu
kepada Musa a.s. yang sudah ditunjuk Allah sebagai Rasul (utusan), dimana
kemudian Musa akan menerima arahan arahan dan petunjuk Allah, Tuhan seru
sekalian alam itu. Dan mukjizat-mukjizat yang ditunjukkan oleh Musa dan
doa-doanya yang selalu dikabulkan Allah itu, sebagai langkah langkah pertama
untuk meyakinkan Fir’aun.

Kerana itulah, maka Fir’aun menjadi kalap dan berusaha menyahkan Musa walau
dengan membunuhnya. Sebab, jelas ia akan kehilangan kejayaan dan
kekuasaannya bila Musa dibiarkan bebas berdakwah. Ia mengerahkan segala
kemampuannya, mengerahkan Departmen Penerangannya untuk berkempen di seluruh
pelosok tanahair mengenai kegiatan Musa dan saudara kandungnya (Harun) untuk
mengembalikan kekuasaan Mesir kepada suku Israel seperti masa-masa lalu,
dimana nanti tatacara hidup, adat istiadat dan peraturan-peraturan kita yang
sempurna itu diganti dengan yang baru menurut kehendak mereka. Dan kita
dijajah serta dijadikan budak budaknya Demikian kurang lebih keterangan
al-Quran berikut:

وََلَقدْ َأرْسَْلنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا وَسُْل َ طانٍ مُّبِينٍ إَِلى
فِرْعَوْ َ ن وَمََلئِهِ َفاتَّبَعُوْا َأمْرَ فِرْعَوْ َ ن وَمَا

َأمْرُ فِرْعَوْ َ ن بِرَشِيدٍ

Dan telah, Kami (Allah) utus Musa dengan peraturan peraturan Kami dan dengan
mukjizat yang nyata. Kepada Fir’aun dan pembesar-pembesarny a. Tapi mereka
ikuti perintah Fir’aun padahal perintah Fir’aun tidak benar. Q.11:96-97.

ََلَقدْ َفتَنَّا َقبَْلهُمْ َقوْمَ فِرْعَوْ َ ن وَجَآءَهُمْ رَسُو ٌ ل َ
كرِيمٌ َأ ْ ن َأدُّوا إَِليَّ عِبَادَ اللَّهِ إِنِّي َل ُ كمْ

رَسُو ٌ ل َأمِينٌ وََأنْ لَّا تَعُْلوا عََلى اللَّهِ إِنِّي آتِي ُ كم بِسُْل
َ طانٍ مُّبِينٍ

Sesungguhnya sebelum mereka (Quraisy) telah Kami (Allah) cuba kaum Fir’aun,
dimana datang kepada mereka seorang utusan yang mulia (berwibawa).

Seraya berkata: Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (rakyat/bangsa) , aku
adalah pemimpin yang dapat dipercaya. Dan kamu jangan membangkang terhadap
perintah Allah. Kini kubawakan kepemimpinan yang jelas. Q.44:17-19

نَِّا َأرْسَْلنَآ إَِليْ ُ كمْ رَسُوًلا شَاهِدًا عََليْ ُ كمْ َ كمَآ
َأرْسَْلنَآ إَِلى فِرْعَوْ َ ن رَسُوًلا َفعَصَى فِرْعَوْ ُ ن

الرَّسُو َ ل فَأَخَذْنَاهُ َأخْ ً ذا وَبِيلًا

Bahawasanya Kami (Allah) mengutuskan kepada kamu (Quraisy) seorang Rasul
sebagai pimpinan atas kamu, sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul
kepada Fir’aun. Tetapi Fir’aun menderhakai Rasul itu, maka Kami balasnya
dengan tegas. Q.73.15-16.

َقا َ ل َفمَن رَّبُّ ُ كمَا يَا مُوسَى قَا َ ل رَبُّنَا الَّذِي َأعْ َ طى ُ
كلَّ شَيْءٍ خَلَْقهُ ُثمَّ هَدَى

Fir’aun bertanya kepada Musa dan Harun: Maka siapakah Tuhanmu itu? Maka
jawabnya: Tuhan kami ialah yang memenuhi segala keinginan makhlukNya,
kemudian diberinya naluri. Q.20 :49-50

قَا َ ل فِرْعَوْ ُ ن وَمَا رَبُّ الْعَاَلمِينَ قَا َ ل رَبُّ السَّمَاوَاتِ
وَالَْأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إن ُ كنتُم

مُّوقِنِينَ َقا َ ل لِمَنْ حَوَْلهُ َأَلا تَسْتَمِعُو َ ن َقا َ ل رَبُّ ُ
كمْ وَرَبُّ آبَائِ ُ كمُ الَْأوَّلِينَ َقا َ ل إِنَّ رَسُوَلكُمُ

الَّذِي أُرْسِ َ ل إَِليْ ُ كمْ َلمَجْنُو ٌ ن قَا َ ل رَبُّ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِن ُ كنتُمْ تَعْقُِلو َ ن

َقا َ ل َلئِنِ اتَّخَذْتَ إَِلهًا َ غيْرِي َلَأجْعََلنَّكَ مِنَ
الْمَسْجُونِينَ

Fir’aun bertanya: Apa gerangan Tuhan seru sekalian alam itu?

Musa menjawab: Tuhan Pencipta bumi dan langit serta apa yang ada antara
keduanya, jika kamu percaya.

Berkatalah Fir’aun kepada orang orang sekitarnya: Sudahkah kamu dengar?

Musa berkata: Dia, adalah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu.

Firaun berkata: Bahawasanya utusan yang akan dijadikan sebagai pemimpinmu
itu, sungguh gila.

Kata Musa selanjutnya: Dia Tuhan (yang menguasai) Timur dan Barat dan apa
yang ada antara keduanya, jika kamu menggunakan akal.

Lalu Fir’aun mengancam: Jika engkau mempertuhan selain daripadaku, nescaya
ku humbankan ke dalam penjara. Q.26:23-29.

َقا َ ل َأجِْئتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ َأرْضِنَا بِسِحْرِكَ يَا مُوسَى

Fir’aun bertanya: Hai Musa, apakah kau hendak mengambil alih kekuasaan
negeri ini dari tangan kami dengan mempergunakan sihirmu itu? Q.20:57.

وََقا َ ل فِرْعَوْ ُ ن َذرُونِي َاْقتُ ْ ل مُوسَى وَْليَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي
َأخَافُ َأن يُبَدِّ َ ل دِينَ ُ كمْ َأوْ َأن يُظْهِرَ

فِي الَْأرْضِ الْفَسَادَ

Dan berkatalah Fir’aun: Biarlah Musa kubunuh saja dan biarlah dia minta
tolong kepada Tuhannya. Sungguh aku khuatir akan diubahnya agamamu
(peraturan-peratura n) atau membuat kekacauan di negara ini. Q.40:26

َقاُلوا إِ ْ ن هَذَانِ َلسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ َأن يُخْرِجَا ُ كم مِّنْ
َأرْضِ ُ كم بِسِحْرِهِمَا وَيَ ْ ذهَبَا

بِطَرِيَقتِكُمُ اْلمُْثَلى

Mereka berkata: Bahwasanya kedua orang ini adalah benar-benar ahli sihir
yang hendak mengambil kekuasaan negerimu ini dengan sihirnya dan mengubah
tata-cara hidupmu (peraturan-peratura n) yang sudah sempurna itu. Q.20:63.

Ayat-ayat tersebut di atas, jika diteliti satu demi satu, akan jelaslah
bahwa kekufuran bangsa-bangsa masa lalu itu, serupalah dengan kekufuran
sebahagian dari bangsa Mesir di waktu Fir’aun. Maka itu dakwah dan
perjuangan para Rasul dan Nabi samalah motifnya dengan perjuangan dan dakwah
Musa dan Harun pada masa dahulu itu.

*Wallahu a’lam *bishawab

Disarikan dari : Empat Kalimah Di Dalam Al-Quran oleh *Al-Maududi*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar